Rea membuka kedua matanya perlahan. Burung-burung yang berkicau menandakan pagi telah menjelang. Namun bukan pagi pukul 5 subuh seperti jadwal biasa Rea bangun.
Dengan masih menyipitkan mata, Rea mengambil ponsel di nakas samping tempat tidurnya. Melirik jam seketika Rea mengangkat tubuhnya. Refleks Rea segera menyambar handuk dan segera melesat menuju kamar mandi.
Hari ini Rea akan menemui Billy sebelum kekasihnya itu terbang ke Jepang untuk melanjutkan sekolahnya. Semalam, Billy memberi tahu Rea agar cewek tersebut datang ke Pantai satu jam sebelum Billy berangkat ke Bandara.
Kurang setengah jam lagi Rea akan terlambat. Karena mobilnya sedang disewa Ayahnya untuk touring bersama rekan-rekan satu kantornya ke Puncak Bogor, dengan keteguhan hati Rea berlari dari arah rumah menuju halte terdekat.
Tak lama, Rea akan memberhentikan sebuah taksi ketika sebuah motor yang cukup dikenalnya menyalip taksi tersebut dan berhenti di depan Rea.
"Lo mau ketemu Billy, kan? Ayo naik cepat," perintah Elby setelah melepas kaca helm-nya.
Rea sedikit terkejut, namun sebisa mungkin ia tutupi. "Gue naik taksi aja," tolak Rea halus.
Elby berdecak gemas, "Kalau naik taksi bakalan lama, belum lagi macet ntar. Udah buruan keburu Billy check in."
Rea berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk dan duduk di boncengan Elby. Untuk yang kedua kalinya Elby bisa melihat wajah manis Rea dari kaca spion motornya. Di saat bersamaan Rea juga sedang menatap Elby. Sontak Rea mengalihkan pandangan ketika kedua pasang mata tersebut saling bertemu. Elby terkekeh lirih sebelum mulai menjalankan motornya.
"Pegangan ya Kakak cantik," ujar Elby sesaat sebelum meng-gas motornya dan berlaju dengan kecepatan tinggi.
Setelah perjuangan menerobos lalu lintas yang cukup padat. Elby dan Rea sampai di Pantai tempat di mana Billy dan Rea berjanji bertemu.
Rea berlari mendekati bibir pantai. Menoleh ke sekitar ketika tak di dapatinya Billy di sana. Mendadak kedua matanya terasa panas. Apakah Billy sudah meninggalkannya? Rea menggeleng kuat-kuat. Cewek itu belum sempat mengucapkan selamat jalan untuk kekasihnya. Seketika terlintas di pikiran Rea untuk segera ke Bandara. Masih ada Elby yang menunggunya.
Rea hendak melangkah meninggalkan bibir pantai dengan hati pilu ketika sebuah tangan menutupi matanya. Rea terpaku sejenak. Perasaan lega seketika memenuhinya. Rea melepas kedua tangan tersebut dan berbalik menatap sang pemilik tangan.
Di dapatinya Billy tersenyum di hadapannya. Rea membekap mulutnya haru.
"Gue pikir lo udah ninggalin gue Bill," kata Rea dengan suara bergetar.
"Maafin gue ya?"
"Maaf?" Rea mengernyit bingung.
"Gue ngga mau membebani hubungan kita dengan kita yang saling berjauhan, lama ngga akan ketemu. Untuk itu ijinkan gue Re buat fokus kuliah. Dan satu hal, jaga hati lo buat gue jika lo bersedia, tunggu gue jika lo mau."
"Intinya lo mau bilang kita putus kan?" ujar Rea kembali meneteskan air mata yang membuat Billy mengusap dengan jari-jari tangannya.
"Seperti yang udah gue bilang tadi Re, jaga selalu hati lo. Tapi kalau lo mau membuka hati buat orang lain, itu hak lo dan gue ngga bisa melarang." Billy berkata lembut.
"Jadi kita cukup sampai di sini dulu?" tandas Rea.
Billy mengangguk tersenyum lantas memeluk Rea untuk yang terakhir kalinya. Sesaat Rea menikmati dekapan tubuh Billy untuk mungkin yang terakhir kalinya ia tak bisa bersamanya lagi.
Billy melepaskan pelukannya dan melirik arlojinya. Waktunya untuk ke Bandara.
"Semangat ya!" Rea tersenyum.
Billy mengangguk takjim. Lantas menemukan sosok orang berkaca mata hitam yang sedang menikmati kelapa muda tak jauh dari mereka. Billy terkekeh sebelum berseru, "Elby sini lo ngga usah mengintai!"
Dengan santai Elby beranjak sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana pendek. Hari ini memang sedang hari libur, Elby yang awalnya berencana ke rumah Evan untuk persiapan nge-trip akhirnya tak sengaja bertemu Rea.
"Jagain Rea ya. Lo sebagai adik yang baik harus bisa melindungi," tukas Billy setelah Elby berdiri di dekat mereka.
Elby mengedikkan bahu. "Tanpa lo minta pun gue juga bakal jagain dia, Mas Bro!"
Billy geleng-geleng kepala. "Bagus lah kalau gitu. Ya udah gue sudah harus ke Bandara. Selamat tinggal, sukses selalu salam buat yang lain," kata Billy menatap Rea dan Elby bergantian sesaat sebelum berbalik arah.
Rea berusaha menahan rasa perihnya agar tak menangis lagi hanya karena cinta. Billy yang memulai Billy pula yang mengakhiri. Rea menatap lurus kepergian Billy sebelum akhirnya cowok tersebut menghilang dari pandangannya.
Rea terkesiap saat Elby menjentikkan jarinya di depan wajah Rea. Rea menoleh menatap Elby gemas. Sementara yang ditatap tertawa tak merasa bersalah.
"Inilah yang dinamakan realita cinta. Semua ngga ada yang tahu akhirnya seperti apa, apakah bertahan sampai ke pelaminan ataukah berakhir di tengah jalan." Elby menatap lurus lautan di hadapannya dari balik kacamata.
"El? Gue..."
"Gue tahu apa yang mau lo omongin," komentar Elby memotong ucapan Rea. Rea gemas setengah mati.
"Lo mau ngomong kalau lo sebenernya kangen kan sama gue? Lo sayang kan sama gue?" lanjut Elby percaya diri. Terkekeh masih menatap lurus ke depan.
Rea menatap Elby terkesiap. "Ngaco! Kepedean tingkat katulistiwa." Rea sebisa mungkin menahan perasaan anehnya agar tak membuat wajahnya merasa panas.
"Apaan sih? Lebay banget perkataan lo," ujar Elby seraya mengambil dua buah batu tak jauh dari mereka berdiri.
"Sekarang gini aja deh." Elby meraih tangan Rea dan meletakkan satu batu yang diambilnya digenggaman tangan Rea.
"Lo lempar batu ini ke arah laut sana." Elby menunjuk ke tengah lautan. Rea mengernyitkan dahi bingung. Maksudnya apa?
"Buat apa?"
"Udah lempar aja. Gue mau lihat sejauh mana lemparan lo itu," jawab Elby santai.
Kini Rea tahu bahwa Elby sedang mengajaknya bermain. Baiklah Rea akan menuruti kemauan cowok di sebelahnya tersebut.
Rea mengangguk mantap sebelum akhirnya melemparkan batu sekuat tenaga. Beberapa meter batu tersebut jatuh di atas lautan lepas dan menghilang dari pandangan seketika.
Elby tersenyum mengangguk. "Okee sekarang giliran gue. Kalau lemparan gue lebih jauh dari lemparan lo itu artinya lo harus jadi pacar gue," ujar Elby memasang wajah serius.
Rea geleng-geleng kepala tak percaya. "Ngaco mana bisa gitu?" Setengah tersenyum Rea berusaha menahan perasaannya.
"Gue ngga peduli lo baru putus dari Billy."
"Baiklah. Lemparan lo ngga bakalan lebih jauh dari gue?"
"Masa?" Elby mendekatkan wajahnya di dekat wajah Rea. Refleks, Rea mendorong wajah Elby dengan gemas.
Elby tertawa lantas segera melemparkan batu digenggamannya ke tengah lautan. Rea terlonjak ketika menyadari bahwa lemparan Elby terlihat jelas lebih jauh darinya.
Rea membekap mulutnya menahan seringai senyum. Elby berseru lantang dengan yakinnya. "Yess gue akhirnya bisa dapatin Kakak Cantik."
Rea seketika mendorong tubuh Elby ke bibir pantai. Dalam sekejap Elby membasahi pakaian Rea dengan air dari percikan ombak. Tak mau kalah, Rea membalasnya sambil tergelak.
Bahagia itu sederhana. Ketika bisa melihat lo tertawa lepas seperti saat ini, Kak. Ingat selalu cinta kita ini yang terukir permai hingga tua nanti, batin Elby lega.
Di atas pasir pantai, Rea dan Elby menulis nama mereka masing-masing, lalu kedua pasangan tersebut melingkari nama itu dengan bentuk hati.
SELESAI
NANTIKAN KARYA SAYA SELANJUTNYA...
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Remember [Completed] ✔
Ficção AdolescenteRea dijodohkan oleh orangtuanya dengan Gilvan, pacar dari Elsa, sahabatnya sendiri. Tentu saja mereka menolak keputusan sepihak tersebut, namun akhirnya Rea dan Gilvan memutuskan menjalani hubungan pura pura meski hanya di depan orangtua mereka. Sem...