Eps.19 - Kunang-Kunang Menjadi Saksi

104 29 17
                                    

"Billy!" seru Rea tersenyum, lalu melangkah mendekat ke arah Billy.

"Rea? Kok lo di sini?" tanya Billy mengangkat tubuhnya setelah tidur-tiduran di pinggir danau dengan tas sekolah sebagai bantalnya. Lantas Rea duduk di sebelah Billy.

"Tadi gue ngikutin lo, dan ternyata lo ke sini," jelas Rea sambil memandang danau.

Billy menganggukkan kepala membuat Rea menoleh ke arahnya.

"Sori ya, barangkali gue ganggu lo. Gue ke sini mau jawab soal kemaren," kata Rea berusaha menetralkan perasaannya.

"Terus jawaban lo apa?" tukas Billy sambil bangkit berjalan menuju dermaga yang berada tak jauh di depannya. Pandangannya menatap danau, untuk sesaat ia merasakan sejuknya udara.

"Kita jalani pelan-pelan ya?" kata Rea yang ternyata sudah duduk di tepi dermaga. Billy berbalik, kedua tangannya dimasukkan ke dalam celana abu-abunya, lantas tersenyum simpul.

"Jadi...?" tanya Billy memastikan.

Rea mendongak, menatap garis wajah Billy, lalu mengangguk tersenyum. Billy lantas berjalan sesaat kemudian duduk di sebelah Rea. Akhirnya penantian selama ini terwujud, perasaan yang terpendam terbayar sudah ketika Rea menerimanya.

"Tapi sori, kita backstreet dulu aja ya? Lo nggak keberatan kan?" tanya Billy.

Rea menggeleng bermaksud tidak masalah jika hubungannya akan berjalan dengan diam-diam.

"Nggak apa-apa kok. Lagian gue nggak enak kalau sampai Miss Riana tahu," pungkas Rea setuju.

"Setuju."

Tentu saja kesepakatan mereka untuk backstreet merupakan keputusan yang tepat, mengingat Miss Riana yang begitu tidak sukanya dengan anak didiknya yang berpacaran dalam satu lingkup. Pernah beberapa kali Elsa kena semprotan guru bahasa Inggris tersebut. "Di sini mana yang namanya Elsa Ayunda?" Begitu ujar Miss Riana sambil memandang seisi kelas, spontan Elsa tunjuk tangan bingung.

"Oh jadi kamu pacarnya Gilvan anak IPS itu. Kok mau-maunya pacaran sama dia. Bahasa Inggris aja nggak bisa. Udah putusin aja!" Begitulah saran Miss Riana. Beliau mungkin bermaksud baik, agar anak-anak didiknya tidak berhubungan selama bersekolah, namun cara penyampaiannya, membuat setiap anak yang terkena tegur menjadi dongkol. Dan tak sedikit yang menyumpah di belakangnya agar anaknya kelak menjadi jomblo forever.

Itulah alasan mengapa Rea dan Billy harus diam-diam atas hubungannya. Selain itu, mereka juga lebih merasa nyaman. Mungkin jika saatnya tiba, mereka akan memberi tahu teman-temannya, minus Elsa, Mala, dan Vicko tentunya, karena mereka sudah diberi tahu Rea sebelumnya.

Hari menjelang senja ketika lagi-lagi mereka kedapatan hujan. Bukannya beranjak, Rea dan Billy malah menikmati anugerah alam yang begitu menenangkan hati.

◆◆◆

Gilvan mengajak Elsa jalan malam ini. Menurut Gilvan, mereka sudah jarang sekali memiliki quality time berdua. Sebenarnya Elsa agak malas keluar, terlebih hujan baru saja berhenti setengah jam yang lalu. Namun Elsa juga membenarkan perkataan Gilvan, akhirnya ia mengiyakan ajakan Gilvan.

Elsa sedang bersiap ke luar kamar ketika Sherly berhambur masuk ke kamar dan mengempaskan tubuhnya ke kasur. Elsa mengernyit heran. Lagi-lagi ada sesuatu yang terjadi pada adiknya.

Elsa menghela napas lalu mendekati Sherly yang terlungkup di kasur sambil sesenggukan.

"Sher? Ada apa?" kata Elsa menyentuh Sherly. Sherly lantas bangkit dan refleks memeluk Elsa yang duduk di tepi ranjang. Tangisnya pecah, sesekali ia memberut ingusnya.

Love To Remember [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang