Eps.22 - Alunan Lagu Tentang Kamu

98 27 25
                                    

"Jadi Vicko bilang gitu?" tanya Gilvan.

Elsa mengangguk. Ia baru saja selesai menceritakan kejadian tadi di sekolah kepada Gilvan.

Elsa dan Gilvan sedang makan malam di sebuah kafe.

"Gue sebenarnya nggak tega lihat Rea tadi," kata Gilvan mengaku.

"Iya sama, dia dipermalukan di depan anak-anak. Gue bener-bener nggak nyangka Vicko tega ngambil tindakan itu." Elsa menyeruput jus alpukatnya.

"Gue ke toilet bentar ya," ujar Gilvan beranjak berdiri, Elsa mengangguk.

Ke luar dari pintu toilet, Gilvan terkejut melihat orang yang baru saja ke luar juga dari pintu di sampingnya. Seseorang yang baru saja dibicarakan. Tanpa pikir panjang, amarah Gilvan memuncak dan tak bisa ditahannya. Gilvan bergerak maju lalu dengan sigap mencekal kerah belakang baju Vicko lalu menyeretnya dan membenturmya ke dinding. Tangan Gilvan mengepal, lalu sedetik kemudian, ia menonjok perut Vicko beberapa kali hingga cowok itu tak bisa berkelit.

"Ini pembalasan atas perlakuan lo terhadap Rea." Sekali lagi, ditonjoknya rahang kiri Vicko sampai sudut bibirnya mengeluarkan darah. Beberapa orang yang melihat kejadian itu berusaha melerai.

"Gue nggak terima, lo mempermalukan Rea di depan umum seperti tadi," ujar Gilvan geram.

"Emang lo siapanya Rea. Bukannya lo kekasih hatinya Elsa?" jawab Vicko yang sudah berhasil berdiri sambil memegangi luka di bibirnya.

"Bukan urusan lo," tukas Gilvan sambil berlalu pergi. Beberapa orang yang berkerumun telah membubarkan diri.

Urusan kita belum selesai Gilvan. Sisi lain dalam diri Vicko siap beraksi. Mengancam.

◆◆◆

Dalam perjalanan pulang, Gilvan mengemudikan mobilnya dengan pikiran kacau. Gilvan memutuskan untuk tidak memberitahu Elsa soal pertemuannya dengan Vicko di toilet kafe tadi.

"Van, kamu kenapa? Dari tadi diem aja?" tanya Elsa di sampingnya.

"Aku nggak apa-apa kok," sahut Gilvan, pandangannya fokus ke jalanan di depannya.

"Apa... aku ada salah?" Pertanyaan Elsa membuat Gilvan menoleh ke arahnya, lalu tersenyum meyakinkan sambil membelai rambut Elsa lembut.

"Aku cuma cap-"

"Gilvan awas!" teriak Elsa. Refleks Gilvan mengerem mobilnya dengan mendadak. Dua sepeda motor dengan pengendara yang masing-masing memboncengkan satu orang, tiba-tiba berhenti di depan mobil Gilvan, menghalangi jalannya. Elsa menengok kanan-kiri, ini di daerah yang terbilang sepi. Raut mukanya mendadak khawatir.

"Woy keluar lo!" Salah satu orang yang berwajah garang mengetuk pintu kaca mobil
Gilvan. Gilvan akan membuka pintu, namun tangan Elsa menahannya.

"Nggak usah diladenin Van, mereka pasti perampok," ucap Elsa khawatir.

"Keluar! Atau mobil lo bakal jadi rongsokan!" ancam orang bertampang garang lagi.

"Kamu tenang aja." Gilvan meyakinkan, tersenyum, lalu ke luar. Sedetik setelah Gilvan keluar dari mobilnya, Gilvan merasa pukulan keras menghujam punggungnya. Gilvan dipukul oleh salah satu komplotan mereka dari arah belakang dengan menggunakan balok. Pukulan yang cukup keras itu membuat Gilvan jatuh tersungkur dan tak sadarkan diri.

"Gilvan!" Elsa menjerit histeris dan memberanikan diri keluar dari mobil.

Seketika tangan Elsa dicekal dari belakang. Hp yang dipegangnya lantas terjatuh. Elsa berusaha berkelit ketika sebuah lampu mobil lain terlihat berkelip di kejauhan. Mobil itu semakin mendekat, membuat para komplotan jahat itu mempercepat aksinya. Sebelum Elsa berteriak minta tolong, orang yang kepalanya botak membekap mulut Elsa hingga cewek itu tak sadarkan diri. Elsa diseret masuk ke dalam mobil Gilvan. Tak lama, tubuh Gilvan juga diseret lalu dimasukkan ke mobil di samping Elsa.

Love To Remember [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang