Eps.25 - Pelukan Terakhir

104 27 16
                                    

"Mah, ini semua nggak salah siapa-siapa. Ini salah aku sendiri. Mamah nggak sepatutnya nyalahin orang lain," jelas Elby datar.

 Pagi tadi cowok itu sudah tersadar. Dan keadaannya sudah jauh lebih baik.

Mamanya mengelus rambut Elby lembut sambil berkata, "Mamah percaya, yang penting kamu nggak kenapa-napa."

"Makasih ya, Mah?" Elby menyentuh lengan mamanya, lalu tersenyum.

◆◆◆

Pagi menjelang siang di hari Minggu, Rea meminta Billy untuk ke rumah sakit tempat Elby dirawat. Sehabis pulang dari rumah sakit semalam, Rea tidak bisa memejamkan matanya sama sekali. Ia terus kepikiran Elby.

Rea dan Billy berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Ketika hendak membuka pintu ruangan Elby, lagi-lagi pintu terbuka sebelum Rea sempat menyentuhnya. Yuni keluar dari kamar inap anaknya, lalu tersenyum melihat kedatangan Rea dan Billy.

"Kalian? Pasti mau jenguk Elby ya? Dia udah siuman tadi pagi." Nada suaranya terdengar lebih ramah daripada semalam.

"Alhamdulillah," ujar Rea dan Billy bersamaan. Lega.

"Kalau kalian mau masuk, masuk aja, Tante mau pulang dulu," kata mamanya Elby tersenyum. Menyilakan Rea dan Billy memasuki ruang inap Elby.

"Makasih, Tante." Rea menganggukan kepala. Lalu masuk ke dalam diikuti Billy. Sementara Yuni berjalan meninggalkan mereka untuk pulang.

"Hai," sapa Rea tersenyum, memandang Elby yang sedang bermain game di ponselnya.

"Belum sembuh udah nge-game aja lo," kata Billy heran.

"Gue nggak apa-apa kok. Ntar sore juga udah boleh pulang. Mereka aja yang terlalu berlebihan," kata Elby seolah-olah dirinya hanya pingsan belaka, pandangannya tetap terfokus pada ponsel. Namun sedetik kemudian ia meletakkan ponselnya di nakas samping ranjangnya. Memandang Rea dan Billy bergantian. Seperti orang linglung.

"Hmpfh lo nggak amnesia kan?" tanya Rea sambil meletakkan buah-buahan yang di bawanya ke nakas.

"Nggaklah. Kalian ngapain sih pake bawa gituan segala?" kata Elby terlihat tak senang.

"Namanya juga jenguk orang sakit, jadi harus bawa apa-apa dong," jawab Billy terkekeh.

"Gue nggak sakit. Oh ya selamat ya buat kalian!" Elby berkata setengah hati.

Sesaat terjadi keheningan di antara mereka.

"Bro, boleh nggak gue ngomong berdua sama Rea?" pinta Elby memecah keheningan. Menatap Billy penuh harap.

"O-oh boleh dong. Sekalian gue mau cari camilan," sahut Billy berusaha terlihat santai. Lalu Billy berjalan keluar meninggalkan Elby dan Rea hanya berdua.

"Ayah lo nggak jenguk lo?" tanya Rea yang duduk di samping ranjang Elby.

"Ayah aku lagi ada di Bali," jawab Elby, seperti enggan membicarakan Ayahnya. Rea mengangguk, mulutnya membentuk huruf O. Sesaat kemudian Rea berkata, "El, gue minta maaf ya?"

"Aku seneng selama ini bisa kenal sama kakak. Walau pada akhirnya aku nggak bisa dapatin kakak," kata Elby murung.

Kedua tangan Rea memegang lengan Elby. "Gue selama ini jahat sama lo, gue selama ini-"

"Kakak nggak jahat. Sekarang aku seneng kalau lihat kakak bahagia. Billy orang yang baik. Dia pantas sama Kak Rea."

Rea mengigit bibirnya. Kenapa dia baru menyadari arti seorang Elby dalam hidupnya. Namun Rea telah memilih cintanya.

Love To Remember [Completed] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang