Rea baru saja keluar dari bilik toilet ketika dua cewek menghalangi jalannya.
"Fraya? Ada apa?" tanya Rea heran. Terlebih mendapati ekspresi wajah Fraya yang tak bersahabat.
"Nggak usah basa-basi. Lo kemaren ngapain jam empat baru pulang?" tanya cewek yang bernama Fraya dengan nada mengintimidasi.
"Kenapa lo pengen tahu? Kepo amat. Emangnya cuma anak OSIS aja yang boleh pulang sore?" Rea menjawab santai. Merasa agak aneh dengan Fraya yang tiba-tiba menanyakan hal itu.
"Heh, lo cuma modus doang kan berduaan sama Billy kemaren?" kata Fraya menuduh, cewek dengan rambut ikalnya yang sengaja diuraikan.
"Eh Rea, gue peringatin ya, Billy itu suka sama Fraya, jadi lo nggak usah berharap lebih deh," sahut Vani, teman Fraya di sampingnya. Ekspresinya tak kalah jauh dengan Fraya.
"Oh ya? Terus apa hubungannya sama gue?" jawab Rea ketus. Merasa dirinya terancam, nada suaranya naik satu oktaf.
"Lo nggak usah deket-deket sama dia!" Fraya menjawab dengan nada yang semakin tinggi.
Rea menaikkan alisnya. Benar-benar merasa heran dengan perkataan Fraya. Apa maksudnya?
"Apa hak lo ngelarang-ngelarang gue deket sama Billy? Dia sahabat gue dari dulu! Dan hei... lo siapa Fraya? Pacar juga bukan. Palingan lo cuma dianggap sebatas teman!"
"Enggak sebentar lagi, karena Billy-"
"Fraya, kita ini hidup di dunia nyata. Bukan di sinetron. Jadi, nggak usah kebanyakan drama!" Rea memotong ucapan Fraya lantang. Untungnya di toilet hanya ada mereka bertiga. Karena ini memang sedang jam pelajaran berlangsung.
"Okee kita buktiin siapa yang bisa menaklukkan hati Billy."
"Hellooo ...." Rea mengangkat satu tangannya, "Maaf ya sayangnya gue bukan penakluk dan pengemis cinta kayak lo. Dan satu lagi ...." Rea spontan mengambil botol minuman dingin dari tangan Vani, dengan gerakan santai ia menyiram air dingin itu dari atas kepala Fraya membuat rambut dan seragam cewek itu basah seketika.
"... ini hadiah terindah dari gue buat lo," desisnya lalu berbalik meninggalkan Fraya dan Vani yang sedang menganga lebar.
"Awas aja lo gue bakal balas semua ini!" kata cewek yang satu kelas dengan Billy itu.
Fraya memang sudah lama berambisi untuk menjadi pacar pertama Billy. Sikap Billy yang baik dan ramah terhadap semua orang, termasuk Fraya membuat cewek populer itu semakin keukeuh untuk mendapatkan hatinya. Tak peduli jika harus menghalangi cewek-cewek yang dekat dengan sang ketua OSIS meski dengan cara melabrak seperti tadi.
◆◆◆
Jam pelajaran sejarah di kelas X-5 ternyata guru yang mengajar tidak bisa hadir tanpa meninggalkan tugas untuk dikerjakan anak-anak penghuni kelas X-5. Tentu saja hal itu merupakan suatu hal yang dianggap surga dunia bagi sebagian dari mereka.
Menurut Elby dan teman-temannya, cara mengajar Pak Harun—guru muda dan masih baru, belum banyak pengalaman itu sangat membosankan. Pak Harun mengajar sejarah dengan berdiri di depan kelas sambil membaca buku modul dan hanya sesekali menjelaskan. Elby dan teman temannya berpendapat bahwa cara mengajar Pak Harun yang seperti itu, sesekali juga hanya mencatat, semua anak juga bisa. Bisa membaca maksudnya tanpa harus repot-repot dibacakan. Tentu saja pendapat tersebut diutarakan ketika Pak Harun sedang tidak mengajar, seperti saat ini misalnya.
"Pak Harun kenapa nggak berangkat ya? Apa jangan-jangan Pak Harun marah ya sama kita, gara-gara sering kita ledekin," ujar Dion berjalan keluar kelas seraya menenteng gitar ukulele yang sering dibawa dari rumahnya. Begitu juga dengan anak-anak anggota Elby and The Genk yang lain ikut keluar kelas. Mereka duduk-duduk lesehan di depan kelas dengan maksud menyanyikan lagu-lagu yang diiringi gitar ukulele serta sesekali cari-cari perhatian kepada cewek-cewek kelas lain yang kalau kalau sedang lewat di depan dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love To Remember [Completed] ✔
Fiksi RemajaRea dijodohkan oleh orangtuanya dengan Gilvan, pacar dari Elsa, sahabatnya sendiri. Tentu saja mereka menolak keputusan sepihak tersebut, namun akhirnya Rea dan Gilvan memutuskan menjalani hubungan pura pura meski hanya di depan orangtua mereka. Sem...