PART 1

53 12 6
                                    


Langit yang semakin cerah memaksa untuk menyalurkan sinar terangnya melalui jendela kamar Disha yang bernuangsa putih dan pink, ciri khas dari sang punya kamar. Badan si pemilik kamar tersebut mulai bergerak dari posisi tidurnya yang nyaman namun tidak sepenuhnya sadar. Dia terduduk diatas tempat tidurnya yang terbungkus dengan seprai berwarna pink dengan bunga-bunga kecil sebagai motifnya. Disha berusaha untuk mengumpulkan nyawanya yang sudah menjelajah ke dunia lain ketika dia terlelap. Setelah dirasa sudah cukup sadar, Disha beranjak dari zona nyamannya kemudian masuk kedalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuh serta pikirannya sebelum melakukan aktifitas hariannya.

Disha memandang pantulan dirinya dicermin dengan cukup lama dan seketika berkerut sebagai tanda bahwa dia masih merasa ada yang kurang pada dirinya saat ini.

"Ohh iya, lupa pakai lip gloss" Disha segera mengambil benda kecil berwarna merah muda dan sedikit mengkilap itu di atas meja riasnya. "Perfect" lanjutnya merasa puas kemudian mengambil tas ransel merek guccinya yang berada dikursi dekat kasurnya.

Disha menuruni anak tangga dirumahnya dengan wajah yang sumringan, dia begitu bersemangat menyambut hari pertamanya mengenakan seragam putih abu-abu yang selama ini telah diidam-idamkannya.

Dan sekarang, hari besar itu telah tiba.

HOREE!!!

"Morning ma" sapa Disha ceria sambil bersenandung ria kemudian menarik salah satu kursi kosong di ruang makan dan bersiap-siap untuk menyantap masakan-masakan enak dari mamanya.

"Pagi sayang" Dinda balik menyapa anaknya dengan ramah lembut.

"Papa nggak disapa nih, cuma mamanya aja?" sahut Raka dengan wajah yang dibuat cemberut dan membuat Disha ikut berpura-pura menepuk keningnya singkat, bercanda.

"Pagi papaku sayang" sapa Disha kembali dengan nada manja kemudian menyuapi Raka nasi goreng buatan mamanya. "Enak pa?" tanya Disha dengan wajah menyelidik begitu juga dengan Dinda yang sepertinya tidak sabar menunggu respon dari orang yang saat ini tengah mengunyah dalam-dalam makanan yang tadi disuapi oleh Disha.

"Hhmmm.." gantung Raka membuat Disha cekikikan. Disha tahu kalau Raka sedang ingin bercanda dengan Dinda. "Gimana Pa?" tanya Disha ulang sambil menyuapi dirinya sendiri dengan nasi goreng buatan Dinda.

Bagaikan anak kembar siang, Raka dan Disha dengan kompak berkata "enak" dan membuat Dinda yang sedari tadi menunggu respon dari keduanya seketika merasa lega dan juga senang tentunya. Dinda merasa usahanya yang bangun pagi-pagi tidaklah sia-sia dan langsung terbayarkan lunas saat melihat orang-orang yang amat dia sayangi Disha dan Raka memakan makanannya dengan sangat lahap. Dalam hati Dinda bersyukur bisa melihat pemandangan indah itu dan berharap tidak akan pernah pudar untuk selama-lamanya.

Tidak butuh waktu lama bagi Disha untuk mengosongkan isi dari piringnya itu, bahkan piring Disha terlihat sangat bersih. Sakin bersihnya, Dinda sepertinya tidak perlu lagi untuk mencuci piring Disha yang terlihat bersih tanpa sisa-sisa makanan sedikit pun.

"Ma Pa, Disha berangkat dulu yah" pamit Disha sambil menyeka mulutnya dengan tisu kemudian bangkit dari duduknya untuk cipika cipiki dengan kedua orang tuanya.

"Disha tidak mau Papa antar saja?" tawar Raka sebelum Disha melangkahkan kakinya keluar dari rumah tempat dia berteduh selama ini.

Disha yang sibuk memakai sepatu hitamnya di ruang tamu menyahut dengan sedikit teriak agar Raka bisa mendengarnya. "Disha mau berangkat sendiri aja Pa, Disha bisa naik bus. Lagian halte busnya dekat kok dari sini"

"Ya sudah, kamu hati-hati yah sayang" pesan Raka hangat sebelum Disha berangkat.

"Siap big boss, Disha pamit yah" sahut Disha kemudian melangkah keluar dari rumahnya dan seketika itu juga Disha langsung disambut oleh udara pagi yang menyegarkan. Disha semakin tak sabar untuk segera sampai di sekolahnya dan bertemu dengan teman-teman barunya. Dan mungkin juga bertemu dengan... cogan?

Disha terkikik memikirkan pikiran konyolnya itu walaupun dalam hati dia benar-benar berharap akan ada cowok yang ganteng di sekolahnya nanti. Lumayan buat cuci-cuci mata.

"Semoga ada yang mirip kayak Kang Daniel Wanna One, atau nggak kayak Lee Min Ho deh" harapnya yang mungkin terdengar imposibble, tapi Disha percaya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ya kan guys?

Disha selalu berusaha untuk berpositif thinking, bahkan untuk khayalannya yang kadang suka sekali melawati batas jalur normal.

###

Guys, dont forget yah buat like, komen dan juga saran kalian. Karena semua itu adalah semangat untuk gue buat lanjutin cerita ini sampai selesaiiii. :)


See yah in part 2 :)

A Faith, Promise and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang