PART 11-1

44 16 2
                                    

"Bisa tolong lepasin tangan Disha nggak?" pinta Disha setengah memohon. Disha merasa sakit pada pergelangan tangannya karena sedari tadi Naufal tampak betah dan enggan melepaskan cengkraman dilengannya itu.

Naufal diam. Matanya kemudian melirik tangannya yang masih memegang lengan gadis itu. Seperti permintaan Disha tadi, Naufal segera melepaskan genggamannya yang kini meninggalkan bekas memerah di pergelangan tangan gadis itu. Kembali Naufal merasa bersalah pada gadis itu, karena sepertinya hari ini dia sudah membuat gadis itu banyak menderita.

"Sorry" ucap Naufal pelan namun telinga Disha masih sanggup untuk menangkap permintaan maaf laki-laki itu yang membuatnya tersenyum kecil.

Walaupun sangat simple, tapi Disha bisa merasakan adanya sebuah 'ketulusan' dari permintaan maaf laki-laki itu. Apalagi ketika melihat wajah Naufal yang biasanya dingin kini menunjukkan raut penyesalan. Disha yang pada dasarnya selalu mengekspresikan perasaannya tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya sehingga senyuman indah terus terukir di bibirnya.

"Tangan lo baik-baik aja, kan?" tanya Naufal memastikan, Disha mengangguk pelan sebagai jawaban tanpa melepaskan senyuman manisnya.

"Ya udah, Disha duluan ke kelas yah" pamit Disha sebelum suasana canggung yang mendalam menghampiri mereka.

"Lo nggak jadi ke UKS?"

"Buat?"

"Buat?" Naufal balik bertanya.

"Iya, buat apa Disha ke UKS?" tanya Disha bingung.

"Bukannya lo tadi mau ke UKS yah?"

"Nggak tuh"

"Terus yang tadi di lapangan?"

Disha diam, berusaha untuk mencerna setiap pertanyaan yang tadi ditanyakan oleh Naufal. Setelah beberapa detik kemudian, akhirnya Disha sadar maksud dari pertanyaannya Naufal dan dia menjadi heboh sendiri karena keterlambatan dirinya dalam memahami sesuatu.

"Jadi kamu menganggap serius omongan Azka tadi yah?" sepertinya Disha sudah salah menyebut nama Azka di depan Naufal. Rasanya seperti kutukan yang bisa membuat laki-laki didepannya itu kembali menegang. "Hhmmm.. Disha baik-baik aja kok, nggak butuh ke UKS" lanjutnya buru-buru sebelum Naufal berubah menjadi, monster?

"Disha boleh minta sesuatu nggak?" pinta Disha tiba-tiba dengan nada misterius, tatapan dalamnya jatuh pada Naufal.

"Apa!?" tanya Naufal cuek namun tertekun ketika Disha menyentuh dengan lembut tangannya.

Mendadak sekali. Naufal merasa tidak siap dengan sentuhan itu, walaupun hanya sentuhan kecil. Dan kini pandangan mereka bertemu namun keduanya hanya diam. Seolah-olah tiap detik yang berlalu dapat menyampaikan keinginan Disha lewat sorot matanya pada Naufal.

"Jika kamu ingin marah, jangan pernah mengeluarkannya saat ada Disha. Kamu tau kan, kalo Disha itu takut kalo kamu lagi marah" kata Disha lembut, selembut kain sutra. "Disha ke kelas duluan yah" lanjutnya kemudian meninggalkan Naufal sendiri dengan pikiran dan hatinya yang campur aduk.

"Naufal!!" panggil seseorang membuat laki-laki itu tersadar dari lamunannya.

Alisnya terangkat sebelah begitu melihat penampakan Disha yang sedari tadi dikiranya sudah menghilang.

"SMILE!!!" teriak Disha sambil menarik kedua sudut bibirnya untuk membentuk sebuah senyuman. "Disha rasa tersenyum itu nggak susah buat dilakuin, jadi sekali-sekali cobalah untuk tersenyum bahkan jika itu untuk diri kamu sendiri. Jadi, nanti saat kamu pulang sekolah, coba deh kamu berdiri di depan cermin terus senyum. Disha yakin banget kamu pasti bakalan kaget sendiri..,"

"Kenapa?" namun itu diucapkan Naufal hanya dalam hatinya.

"Kamu bakalan kaget betapa tampannya seorang Naufal saat tersenyum" lanjut Disha tersipu malu dan segera berlari meninggalkan Naufal yang ikut tersipu mendengar kata-kata indah dari gadis polos bernama Disha.

###

Hy guys, ketemu lagi nih. Hehehe

Gimana kabar kalian teman? Baik" aja kan? Hehe

Don't forget yah guys untuk vote, komen, dan juga saran" kalian yang berharga :)

Thanks and See u again in part 11-2

A Faith, Promise and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang