PART 10-2

39 13 1
                                    

"Hai!!" Disha mengatur nafasnya terlebih dahulu sebelum sapaan itu berhasil keluar dari mulutnya.

Namun sedetik kemudian Disha bergidik ngeri ketika sepasang mata elang itu menatapnya lurus seakan tidak peduli dengan sapaan ramahnya tadi. Dalam hati, Disha merasa menyesal karena sudah bersikap sok kenal pada laki-laki itu.

"Hhmm... Della mana yah kok lama banget ngambil ikat rambutnya" ucap Disha berusaha mencairkan suasana canggung yang sedang tercipta sekarang. Disha bahkan memberanikan diri tersenyum manis pada Naufal namun tetap saja pandangan laki-laki itu tidak berubah padanya. Malahan tatapan itu terlihat semakin tajam.

Disha merasa bisa mati berkali-kali jika saja tatapan itu sebuah benda tajam seperti pedang. Walaupun sebenarnya tatapan itu cukup membuat kedua kaki Disha yang menapak menjadi sangat lemas tak bertenaga.

"Disha ada salah yah sama kamu?" ujar Disha tiba-tiba, dia merasa sudah tidak tahan lagi dengan suasana di sekitarnya yang terasa mencekam dirinya. "Apa Disha udah nyusahin kamu karena waktu itu udah nolongin Disha, Iya!?" lanjut Disha berusaha mengumpulkan keberanian-keberanian yang masih tersisah dalam dirinya.

Disha selalu saja merasa takut dan lelah setiap kali harus berhadapan dengan Naufal. Walaupun kadang Disha juga merasa hatinya jadi deg-degan karena keberadaan laki-laki itu.

Tapi sekarang Disha sangat membutuhkan Della untuk meneriaki namanya sehingga dia bisa secepat mungkin kabur dari tempat itu.

TING.

Disha berucap penuh syukur ketika merasakan smartphonenya bergetar dalam saku celananya yang menandakan kalau dia sedang mendapat pesan dari seseorang.

From: Della

"Dish, aku lagi di UKS nih. Perut aku tiba-tiba sakit banget, kayaknya lagi dapet deh. Sorry Dish kamu jadi harus senam sendirian. Jangan kangen sama aku yah, hehe. Have fun sis"

"Have fun apaan? Sekarat sih iya" batin Disha lemas. "Apa Disha perlu pura-pura sakit aja yah biar nggak usah ikutan senam dan Disha bisa jauh-jauh dari Naufal" pikir Disha bimbang. Disha sudah lama menunggu hari ini tiba, bukan hanya karena dia suka senam tapi dia merasa membutuhkan senam untuk merilekskan pikirannya sejenak setelah belajar hetik beberapa hari kemarin.

Disha jenuh belajar terus.

Namun khayalan tetap saja khayalan, bisa terpenuhi tapi bisa juga malah mengecewakan. Seperti nasib Disha sekarang ini, merana.

Disha sangat senang dengan wajah tampan Naufal yang luar biasa sempurna bahkan tanpa cacat, seakan-akan Tuhan menciptakannya dengan sepenuh hati. Tapi dia tidak suka dengan kepribadian Naufal yang seperti tidak memiliki hati itu, sangat bertolak belakang dengan wajahnya.

"Disha kesana aja deh soalnya dikacangin mulu dari tadi, berasa lagi ngomong sama tembok" ucap Disha yang berusaha mencari-cari alasan untuk segera kabur. Tapi Disha merasa sudah salah ngomong tadi, soalnya laki-laki itu memandangnya dengan tatapan misterius dan Disha sulit untuk mengartikannya. Tatapan Naufal itu seperti soal matematika yang rumusnya sudah banyak tapi masih saja susah untuk dikerjakan.

"Apa dia marah?" pikir Disha merasa takut dan berusaha sebisa mungkin untuk tidak melakukan kontak mata dengan orang disampingnya itu. "Maafin Disha udah salah ngomong tadi" lanjut Disha cepat sebelum dia mendapat amukan dari Naufal. Disha merasa trauma sejak dirinya dibentak waktu itu oleh Naufal, sungguh membuat hatinya perih.

"Bisa nggak," Naufal akhirnya memutuskan untuk mengakhiri masa kebisuannya namun Disha malah segera memotongnya.

"Bisa-bisa, bisa banget. Bye.." Disha pikir Naufal berniat untuk menyuruhnya pergi maka dari itu dia dengan suka rela menyetujuinya sebelum secara resmi diusir oleh laki-laki itu.

"Bisa nggak kalo gue ngomong tuh jangan dipotong, dengerin dulu sampai selesai" Naufal segera mencegah kepergian Disha dengan memegang lengan gadis itu geram.

"Bukannya kamu nggak suka Disha ada di deket-deket kamu yah?" tanya Disha polos.

"Sok tau"

"Jadi kamu suka?"

"No"

"Ya udah, kalo gitu Disha pergi aja"

"Diem disini" ucap Naufal tegas.

"Plin-plan banget sih jadi orang" Disha mencibir.

"Kok jadi ngatain gue!?" sahut Naufal tidak terima mendapat tuduhan seperti itu.

"Ya udah sih.. Kalau emang kamu mau Disha tetap tinggal, kamu jangan galak-galak sama Disha, mudah kan?" pinta Disha sambil melepaskan tangannya dari genggaman Naufal. "Dan satu lagi, kamu kalo natap Disha tuh harus dengan tatapan yang hangat"

OK. Disha merasa kalau pemintaannya barusan sangatlah berlebihan. Tapi yah mau diapakan lagi, nasi sudah menjadi bubur. Disha sudah tidak bisa lagi menarik kembali kata-katanya. Kecuali ada mesin waktu yang membawa Disha kembali sebelum kata-kata itu terucap.

Adakah? Disha mau banget.

Naufal yang terlihat baru saja ingin membalas perkataan Disha terpaksa harus menahannya karena tiba-tiba salah satu guru olahraga di sekolahnya datang dan segera mengambil alih kegiatan senam pagi hari itu. Dengan menggunakan pengeras suara, laki-laki setengah baya itu memerintahkan semua siswa-siswi yang berkumpul di lapangan untuk tetap tenang dan segera bersiap-siap karena sebentar lagi ritual senam dihari jum'at akan dimulai.

###

Don't forget guys untuk like, komen dan juga sarannya yah :)

Thanks and see u in part 10-3

A Faith, Promise and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang