PART 7

41 14 0
                                    


"Astaga!!! Disha ku sayang, gimana ceritanya kamu bisa sampai seperti ini!?" jelas sekali dari raut wajah Dinda memancarkan khawatiran yang teramat sangat. Bagaimana tidak, Disha adalah buah hati satu-satunya bersama Raka dan dia sangat menjaganya agar selalu sehat wal'afiat. Keselamatan serta kebahagiaan Disha adalah prioritas utama bagi Dinda dan Raka.

Disha tersenyum berusaha untuk menenangkan Dinda yang sedang cemas. Raka bahkan ingin segera membawa Disha ke Rumah sakit untuk mendapatkan pemeriksaan lebih lanjut namun segera ditolak Disha. Disha berkata kalau dirinya sudah merasa lebih baikan setelah mendapat pengobatan dari UKS tadi.

Disha hanya merasa sangat lelah hari ini dan ingin segera beristirahat di kamarnya yang hangat dan nyaman.

"Disha capek nih ma, pengen istirahat" ujar Disha dengan nada manjanya.

"Ya udah kamu ke kamar aja istirahat, nanti mama bawain makanan ke kamar kamu yah" Dinda menatap putrinya dengan penuh kasih sayang sambil mengelus lembut puncuk kepala Disha.

"Makasih ma, Disha sayang banget sama mama" Disha menciumi kedua pipi Dinda dengan penuh sayang kemudian berlalu menuju ke kamarnya.

Dengan tubuh yang seperti habis digebukin, Disha mencoba memejamkan matanya dan berusaha membuat posisi tubuhnya senyaman mungkin. Berharap sehabis tidur Disha bisa mendapatkan kembali energinya yang sedari tadi habis terkuras.

Walaupun mata Disha bisa tertutup dengan rapat namun pada kenyataannya otak Disha masih bekerja dan sedang berkelana kemana-mana. Disha hanya terlihat seperti cacing kepanasan karena badannya tidak berhenti bergerak ke kanan dan ke kiri.

Dengan perasaan malas, Disha bangkit dari tidurnya yang palsu kemudian duduk bersila diatas kasurnya. Mencoba untuk menenangkan pikirannya yang sekarang sedang tertuju pada satu orang.

NAUFAL.

Disha merasa kepanasan dan akhirnya menyibakkan selimut yang sedari tadi menindihnya. Disha bahkan menurunkan volume AC di kamarnya sampai dengan 16 derajat dan berharap hal itu dapat membantu untuk menyejukkan pikirannya yang juga sedang kepanasan.

Disha benci perasaan seperti ini, dan yang lebih lucunya lagi itu terjadi hanya karena sebuah nama yang entah kenapa terus berputar-putar di pikirannya dan membuat kepalanya semakin cenat-cenut.

Bahkan Disha sempat berpikiran bahwa mungkin saja nama Naufal itu memiliki semacam kekuatan gaib yang jika berhasil masuk kedalam pikiran seseorang akan memberikan efek negative seperti yang dialaminya sekarang ini.

"Kenapa Disha mikirin dia terus sih!?" Disha kesal pada dirinya sendiri karena sedari tadi terus saja memikirkan Naufal. "Bahaya tau kalau kepikiran terus, bisa-bisa Disha kena serangan jantung lagi" gumam Disha pada diri sendiri sembari memegang dadanya yang terasa sesak.

"Kenapa kamu jadi bodo banget sih Disha. Kamu pikir dengan mikirin 'dia' terus dia bakalan balik mikirin kamu juga, gitu!!?" marah Disha sambil menjambak rambutnya sendiri kemudian kembali berbaring diatas kasurnya.

"Tapi bukan salah Disha juga sih kalau akhirnya jadi mikirin Naufal terus, siapa suruh dia baik sama Disha tadi" otak Disha memutar kembali kejadian di sekolah layaknya film yang tidak akan pernah melewatkan setiap adegan-adegan yang sudah terekam. "Walaupun Disha juga nggak bisa memungkiri kalau kadang Naufal itu sangat jahat sama Disha" Disha mengingat kembali ketika Naufal hampir saja menabraknya dan membuatnya malah mendapat amukan dari laki-laki tampan itu, seakan-akan semua itu adalah kesalahannya. Disha bahkan tidak melewatkan untuk mengenang kembali kejadian tadi saat dirinya hampir saja menumpahkan buliran bening dari matanaya karena mendapat bentakan kasar serta kata-kata dingin yang menusuk hatinya dari Naufal.

"Sayang kamu sudah tidur?" panggil Dinda sambil mengetuk pelan pintu kamarnya.

"Belum ma, masuk aja nggak Disha kunci kok" teriak Disha sembari terduduk kembali dan mencoba untuk merapihkan rambutnya yang sedikit kusut.

"Kenapa belum tidur sayang?" tanya Dinda menghampiri sambil membawa nampan makanan kemudian meletakkannya di meja samping tempat tidur Disha.

"Kan Disha lagi nungguin makanan yang dibawa mama jadi mana mungkin Disha tidur kalo pengen makan" canda Disha sambil menaik turunkan kedua alisnya untuk menggoda Dinda.

"Ya sudah, kalau gitu kamu makan sekarang habis itu langsung istirahat yah sayang"

"Siap bos!!!" Disha memberi hormat sebagai tanda kalau dia akan segera mungkin melaksanakan perintah dari Dinda.

Sebelum meninggalkan kamar putri tercintanya, Dinda memberi kecupan sayang pada puncuk kepala Disha.

"Mendingan Disha makan aja dari pada sibuk mikirin Naufal yang setengah baik dan setengah jahat itu" putus Disha yang perlahan-lahan menyuapi mulutnya dengan bubur buatan Dinda namun sedetik kemudian menghela nafas panjang. "Kok rasanya hambar banget, kayak makanan rumah sakit yang biasa Disha makan nih" komentar Disha sambil menatap kosong bubur ditangannya. Tatapannya hambar seperti bubur buatan Dinda yang tanpa penyedap rasa.

###

Don't forget yah guys untuk like, komen dan juga sarannya :)

Thanks and see u guys in part 8


A Faith, Promise and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang