PART 13-2

62 10 6
                                    

Guys... Guenya di follow dong. Hehe

Nanti di fback :)

---


"Nanti di rumah, kamu pikir-pikir lagi yah Dish. Siapa tau aja kamu ada rasa sama Azka juga terus kalian bisa jadian deh" rasanya Disha ingin sekali melayangkan sepatunya ke arah Della, biar temannya itu kembali waras dan berhenti untuk menjodoh-jodohkan dirinya dengan Azka.

"Sumpah deh Del, kenapa nggak kamu aja yang jadian sama Azka dari pada repot-repot mak comblangin Disha sama Azka" tutur Disha dengan sedikit nada sewot.

"Sumpah juga deh Dish. Kalo Azka itu naksir sama aku sih, aku ridho banget dijadiin pacar dia. Tapi sayang beribu sayang, dia sukanya sama kamu Dish. Lagian kan aku bukan tipe orang yang suka nikung teman sendiri" ucap Della lebay sambil menyenggol lengan Disha pelan.

Pengen rasanya saat itu juga Disha ke kantin terus beli lakban hitam buat nutupin mulut Della yang bawel kayak burung beo itu.

"Untung kamu teman Disha yah, kalo orang lain udah Disha gampar pake tas dari tadi" kata Disha yang nada bicaranya dibuat sesangar mungkin biar Della merasa terintimidasi dan akhirnya menyerah untuk melakukan hal-hal bodoh dan tidak penting tentang menjodohkannya dengan Azka.

"Cantik-cantik kok galak sih" Della tidak menanggapinya dengan serius dan malah membuat perkataan Disha tadi sebagai bahan candaan baru untuknya.

"Kamu kira judul FTV apa. Ini nih kalo kebanyakan nonton sinetron Indonesia, alaynya jadi kumat kamit" timpal Disha sambil menggeleng-geleng prihatin.

"Sialan, enak aja!!" Della yang memang dari sananya sudah jahil kini kembali mengusili Disha dengan menggelitikinya. Disha yang tidak ingin hanya pasrah dan menyerah begitu saja segera membalas perbuatan Della dua kali lipat.

Namun setelah beberapa saat saling menyerang satu sama lain, Disha dan Della tertawa bareng begitu menyadari tingkah konyol mereka sendiri yang mirip seperti anak kecil itu.

Setelah keadaan kembali normal, Disha dan Della sama-sama menunggu dengan setia jemputan mereka di depan gerbang sekolah. Della menunggu sopir pribadinya datang dan Disha menunggu bus yang menuju ke arah rumahnya.

Tanpa diketahui oleh Disha dan Della, Naufal sudah cukup lama  berada di dalam mobil sport merahnya yang terparkir di seberang jalan dan tersenyum simpul melihat tingkah mereka berdua  yang kekanak-kanakan.

Naufal begitu terfokus dan menikmati setiap tindakan yang dilakukan oleh dua adik kelasnya itu, terutama Disha. Tidak ada satupun gerak-gerik dari Disha yang berhasil lolos dari tangkapan mata hanzelnya.

Naufal terus menunggu sampai akhirnya Della berpamitan pulang dan hanya menyisakan Disha seorang diri yang kini tengah sibuk merapihkan rambutnya yang berterbangan karena tertitup angin siang bolong.

Naufal ingin menemui Disha, berdiri di depannya dan ingin melihat wajah gadis itu dari dekat seperti yang dilakukan Azka. Namun lagi-lagi egonya terlalu besar, harga dirinya tidak mengijinkan dia untuk melakukan semua tindakan itu.

Kenapa Azka bisa, dan dia tidak?

Kenapa sesuatu yang simple seperti itu menjadi begitu sulit dan 'hanya' berlaku untuknya saja?

"Dasar pengecut!! Kenapa juga gue mesti takut buat ketemu sama dia. Gue itu COWOK, bukan BANCI" kata Naufal membatin kemudian segera keluar dari mobilnya untuk mencegat Disha masuk ke dalam bus yang baru saja tiba di depan halte.

"AMPUN PAK... DISHA JANGAN DICULIK DONG. DISHA INI CUMA GADIS BIASA PAK, BUKAN GADIS MILIONER. BAPAK BAKALAN RUGI BERAT LOH KALO SAMPE NYULIK DISHA, NGGAK BAKALAN DAPAT UNTUNG SAMA SEKALI. MALAHAN YANG ADA DOSA BAPAK AJA YANG MAKIN NAMBAH" pinta Disha dengan mata yang tertutup rapat. Disha merasa sangat takut ketika tangannya dicekal dengan sedikit kasar oleh seseorang. Dan karena ketakutan itu jugalah yang membuat Disha jadi ngomong ngelantur seperti tadi.

A Faith, Promise and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang