NP (2)

4.7K 343 103
                                    

"Aku tidak menyangka akan bertemu lagi denganmu disini Yoon." 

"Iya, dan orangtuamu memilihku menjadi Dokter pribadi keluargamu, aku terkejut saat pihak rumah sakit mengatakan aku diterima kerja disini dan aku dipilih menjadi Dokter Pribadi keluarga Kim, ternyata Bibi masih mengingatku padahal sudah lama tidak bertemu ya."

Namjoon mengangguk dan dia terlihat senang mendapati jika teman semasa sekolah menengah atasnya, lebih tepatnya kakak tingkatnya yang dulu cukup akrab, kini menjadi Dokter Pribadi keluarganya. Namanya Min Yoongi usianya lebih tua setahun dari Namjoon. Mereka berpisah karena harus berkuliah di jurusan yang berbeda. Min Yoongi mengambil kuliah jurusan Kedokteran, dan Namjoon Bisnis, membuat mereka tak bertemu beberapa tahun lamanya. Dan satu lagi pengecualian untuk Namjoon dia boleh memanggilnya hanya dengan nama, hanya diperbolehkan pada Namjoon saja.


"Tentu saja, temanku hanya kau dan Hoseok, dan kalian yang sering datang kerumah, jadi ini juga hari pertamamu masuk kerja?"

"Iya, aku dibagian Dokter Umum, oh ya siapa Dokter menanganimu?"

"Dokter Park, dia masih muda sepertinya seumuran denganku, dia orangnya baik."

"Dokter Park?"

"Iya, sebentar lagi jam periksa, kau disini saja dulu, biar bisa bertemu dengannya."

"Iya, apa masih sakit?"

Yoongi bertanya sembari melihat kearah bekas luka dilengan Namjoon.

"Tidak, ini tidak sakit."

Namjoon mengusap pelan bekas luka memanjang dilengannya, luka sayatan benda tajam.

"Syukurlah."

Jawaban Yoongi nampak tidak terlalu bersemangat. Namjoon menatap bingung. Namjoon mencoba duduk bersandar di tempat tidurnya, dia masih dirawat dirumah sakit ini hari ketiganya disini, dan baru bertemu dengan Dokter pribadinya, yang sebenarnya sudah di jadwalkan kemarin, tapi Yoongi belum bisa menemui keluarga Kim, jadila baru sekarang mereka bertemu.

"Kau kenapa?"

Namjoon menyadari ada yang berbeda dari Yoongi, dia tahu Yoongi meskipun dia terlihat dingin dan pendiam sebenarnya dia agak berisik dan sedikit cerewet.

"Aku sudah mendengar cerita kejadian itu dari orangtuamu."

"Oh, kau sudah tahu. Baguslah kalau begitu."

Namjoon tersenyum dipaksakan.

"Bagaimana bisa hal itu menimpamu Joon."

"Takdir." Jawab Namjoon singkat.

"Aku tahu, tapi bagaimana bisa kau diculik lalu ditemukan di dekat sungai, itu sangat menakutkan."

Namjoon sebenarnya enggan untuk menanggapi karena kejadian dibulan maret minggu kedua itu, tapi sepertinya pria putih didepannya menuntut penjelasan.

"Preman itu menginginkan hartaku, aku sudah memberikan barang-barang milikku, tapi mereka tetap menyerangku."

Namjoon berusaha tenang saat menjelaskan meski hatinya kini mulai merasa gelisah. Trauma itu pasti dan ada.

No PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang