NP (23)

1.1K 63 28
                                    

"Aku tidak tahu harus apa Jimin-ah."

"Lebih baik katakan perihal ini pada Ibumu Hyung."

Seokjin sedang bertemu dengan Jimin, ya dia butuh teman curhat sekedar berbagi sedikit cerita hidupnya yang cukup rumit.

"Tapi aku tidak bisa, ada hal yang membuat Ibuku membencinya, sangat membencinya."

"Tapi seorang Ibu pasti akan mengerti perasaan putranya, oh iya memangnya darimana Hyung tahu jika orangtua Hyung sedang menjodohkan Hyung dengan yang lain?"

"Aku tidak bodoh Jimin, aku pria berusia 30 tahun, aku  tahu gelagat mereka sedang berusaha menjodohkan aku dengan pria itu, ah iya aku rasa kau juga tahu siapa."

"Siapa?"

"Tuan Muda Pertama Kim."

Jimin terdiam matanya membulat terkejut ya tentu saja, pasalnya Kim siapa lagi jika bukan Kim Namjoon yang beberapa kali terakhir intens bersama Seokjin, ditambah Seokjin bekerja menjadi sekretaris pribadinya tanpa ba-bi-bu.

"Kim Namjoon-sshi?"

Jimin memastikan dan dijawab tegas oleh Seokjin.

"Iya."

Seokjin menelungkupkan kepalanya di lengannya yang dia lipat di meja.

"Apa Seokjin Hyung tidak tahu perihal penyakit Kim Namjoon?"

"Eum Hyung, sebelumnya apa kau pernah mengenal Kim Namjoon-sshi?"

"Tidak, aku hanya beberapa kali bertemu dengan dia, yang aku tahu dia adalah CEO Kim Crops. Dan yah dia Tuan Muda yang sangat manja, dan licik."

"Licik?"

"Iya, dia dalang di balik perusakan Toko Bunga milik orangtuaku lalu datang kembali berlagak seolah menjadi penolong, kau tahu? Tapi Ayahku tidak percaya jika mereka-lah yang melakukannya, dan malah menyalahkan aku."

"Tapi setahuku keluarga Kim bukanlah orang yang seperti itu Hyung, Ayahku kenal baik dengan keluarga mereka dan yang aku tahu dari Ayahku mereka sangat dermawan."

"Ah ... Masa bodoh dengan itu, tapi yang aku tahu mereka membuat orangtuaku berubah."

"Hyung, sebaiknya kau pulang, sepertinya kau sudah mabuk, ayo aku antar."

Seokjin mengangguk dan mengiyakan saja Jimin memapahnya, ya mereka minum Soju di pinggir jalan.

.
.
.

Jimin mengantar Seokjin kembali kerumah, disambut oleh Ayah Seokjin.

"Jimin tidak mampir dulu?"

"Tidak paman, terimakasih, saya langsung pulang."

"Baiklah, maaf merepotkanmu."

"Tidak apa Paman, saya pergi dulu."

Jimin segera kembali ke mobilnya dan segera meninggalkan kediaman Kim.

Diperjalanan Jimin melihat jadwal kerjanya untuk hari esok ternyata ada jadwal dia bertemu dengan Namjoon.

"Berarti Seokjin Hyung tidak tahu tentang penyakit Namjoon-sshi, bagaimana jika dia tahu? Apa dia akan menerima perjodohan itu? Apa aku bilang saja? Ah tidak tapi ini bukan urusanku, ah bukan ini urusanku, Yoongi Hyung ya dia ada rasa dengan Namjoon-sshi, aku yakin itu, jika di tahu hal ini aku yakin dia juga sedih, lebih baik aku membuat Seokjin Hyung menerima Namjoon-sshi, Ya Tuhan bukan bermaksud memanfaatkan kesempatan, tapi sepertinya ini yang harus ku lakukan."

Jimin bergelut dengan pemikirannya, dia tahu jika dia sekarang ada diposisi cinta segita hubungan antara Kim Namjoon, Kim Seokjin dan Min Yoongi, tapi sepertinya akan berubah menjadi cinta bujur sangkar karna Jimin akan turut masuk kedalamnya.

NO PROMISES

"Pagi Tuan Kim, hari ini ada jadwal anda bertemu dengan Tuan Min Yoongi jam 12, setelah selesai Rapat dengan Tuan Wang Yibo."

Seokjin membacakan jadwal Namjoon hari ini dengan seksama setelah Namjoon duduk di kursinya.

"Baik, siapkan apa yang diperlukan untuk rapat nanti."

"Iya, saya sudah menyiapkan berkas untuk dibahas pada saat rapat nanti, disini sudah ada surat kontrak kerja antara Wang Production dan Kim Crops."

"Baiklah, apa hari ini Appaku ikut rapat?"

"Tidak, hari ini anda yang akan memimpin rapat."

"Baiklah,oh iya Seokjin tolong pesankan menu sehat di restoran sebelah kantor,untuk 2 orang kita bawa saat jam makan siang nanti."

"Baik."

"Ayo kita keruang rapat."

Seokjin mengangguk, dan mengikuti Namjoon yang berjalan dibelakangnya.

.
.
.

"Terimakasih, Tuan Kim Namjoon, senang bekerjasama dengan anda."

"Sama-sama, Tuan Wang Yibo, Tuan Xiao Zhan juga senang dengan kesepakatan ini."

"Tentu, dia pasti akan senang, saya permisi dulu."

"Baik, hati-hati dijalan."

Wang Yibo mengangguk dan tersenyum tipis sebelum meninggalkan ruang rapat dengan sekretarisnya, Yubin.

Namjoon menghela nafas, dan kembali duduk di kursinya, Seokjin melihat Namjoon terlihat kelelahan setelah rapat sekitar 2 jam, Tuan Wang Yibo meminta rapat tanda tangan kontrak selesai hari itu juga karna dia masih harus pergi ke Thailand, membuat Namjoon mengiyakan, demi calon investor.

"Anda baik-baik saja Namjoon-sshi?"

"Hah?iya aku baik saja. Kita bersiap ke rumah sakit."

"Baik Tuan."

Seokjin menjawab dengan nada pelan terdengar seperti suara lelah.

"Kau baik-baik saja?"

"Iya, Tuan saya baik-baik saja, hanya sedikit mengantuk."

"Baiklah."

Didalam mobil Seokjin hanya diam, jujur dia masih terasa pusing efek mabuk semalam, dan juga perutnya yang sedikit tidak nyaman karna tidak sarapan.

"Tuan Kim, pesanan anda sudah saya bawa."

Seokjin memecah keheningan di dalam mobil.

"Baik, terimakasih. Kita makan siang dulu direstoran biasa, setelah itu ke rumah sakit."

Seokjin bingung saat mendengar Namjoon meminta ke sang supir untuk berhenti makan siang, lantas untuk apa tadi dia memesan makan siang 2 porsi.

.
.
.

"Namjoon, sudah berapa kali aku bilang padamu, tidak perlu membawakan aku makan siang, kau membuatku merasa spesial."

Namjoon terkekeh pelan.

"Jangan begitu, aku hanya ingin membelinya untukmu dan Dokter Park Jimin, Pak Lee sudah mengantarkan untuk Dokter Park."

"Oh begitu."

"Sudah jangan kesal seperti itu, aku kesini untuk mendapat perawatan, mau ingatkan aku pasienmu."

.
..
...
....

"Menggelikan, jika memang menyukai Dokter itu, katakan saja."



TBC

Masih adakah yang inget ff ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

No PromisesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang