13

89 2 0
                                    

"Enggak usah lebay!" tegur Anna. "Aku belum kasih tahu teman aku, Lan."

"Enggak papa." Erland mengelus rambut Anna.

"Kamu dulu kenapa enggak pernah hubungi aku?" Erland dibuat gugup oleh pertanyaan Anna.

"Ya gitu deh," jawab Erland yang tak ingin membahas dulu.

"Maksudnya apa sih? Aku serius nanya nya." Anna sedikit kesal mendengar jawaban Anna yang bertele-tele.

"Soalnya kamu sudah punya pacar," jawab Erland.

"Siapa?" tanya Anna yang sedikit terkejut.

"Ya enggak tahu, kamu kan cantik pasti banyak yang mau jadi pacar kamu."

"Tapi kan aku enggak mau, aku cuma mau pacaran sama kamu!" Erland sedikit senang mendengar ucapan Anna.

"Tapi kamu tega, menghilang dari hidup aku. Dan kamu selalu menghindar. Kamu jahat!" rajuk Anna.

"Jadi setelah Zio, kamu enggak ada pacar lagi," tanya Erland memastikan.

"Enggak, aku berharapnya kamu." Erland langsung memeluk Anna. Anna sedikit terkejut saat Erland tiba-tiba memeluknya.

"Maaf ya, aku takut kamu enggak suka sama aku." Erland melonggarkan pelukannya.

"Aku juga enggak suka sama siapapun selain kamu." Anna langsung mencium pipi Erland. "Aku bahagia deh, sekarang kita sama-sama. Ini pasti takdir tuhan yang buat kita bersama meski dulu tuhan enggak satukan kita saat kita sama-sama punya rasa. Unik ya?"

Anna mengulum senyumnya karena ia tidak menyangka bisa bersama Erland saat ini.

"Iya, aku juga bahagia banget saat aku bisa duduk di sebelah kamu, bisa peluk kamu dan bisa dicium kamu. Padahal dulu aku cuma lihat foto kamu saja. Walaupun tuhan persatukan kita baru sekarang tapi aku tetap bahagia. Percayalah Anna, saat aku lihat kamu seperti ini, hati aku sakit. Jadi berjanjilah, ini yang terakhir kamu berada di sini." Anna terharu mendengar setiap kata yang dikeluarkan Erland. Dan tanpa disadari cairan bening itu menetes dari mata Anna.

"Erland, iya aku janji," ucap Anna dengan mata yang sudah basah. Erland yang menyadari itu segera memeluk Anna untuk memberikan ketenangan.

Erlin masuk ke dalam ruangan Anna. Erlin melihat, Erland dengan telaten menyuapi bubur ke dalam mulut Anna. Anna menyadari kedatangan Ibunya.

"Mama," panggil Anna.

"Kenapa sayang?" tanya Erlin yang mendekati tempat tidur Anna.

"Ma, aku mau pulang," rengek Anna.

"Iya sayang. Nanti Mama tanya, kamu habisin dulu makanan kamu." Anna menerima suapan dari Erland.

"Sudah ya, Lan."

"Sedikit lagi sayang," pinta Erland.

"Sudah Lan!" tolak Anna.

"Iya-iya. Mau minum?" Anna mengangguk.

Erlin datang ke ruangan Anna dengan muka yang sedikit bahagia karena putrinya akan keluar dari rumah sakit. Anna yang melihat ekspresi itu berharap bahwa Ibunya membawa berita baik. Erland membereskan tempat makanan Anna dan merapikan kembali posisi tidur Anna.

"Ma, gimana aku boleh pulang?" tanya Anna tak sabaran.

"Iya boleh," jawab Erlin.

"Serius, Ma, yeee akhirnya pulang," ucap Anna kegirangan. "Kapan Ma aku boleh pulang?"

"Nanti sore, tunggu dokter meriksa kamu sebelum pulang," jawab Erlin yang sedang memainkan telepon.

"Oh ya, Lan. Papa Anna, enggak bisa ke sini. Nanti bantui tante ya," pinta Erlin.

"Iya, Tan," jawab Erland.

"Sekarang kamu tidur, biar tambah sehat. Nanti sore kita pulang," ucap Erland. Anna mengangguk.

"Iya, betul itu. Dan jangan lagi masuk ke rumah sakit. Buat semua nya repot saja. Apalagi Erland, pasti kerepotan karena kamu." Anna melirik Erland sebentar sebelum ia menjawab ucapan Erlin.

"Biarin. Lagian Erland enggak ngeluh tu sama aku!" sombong Anna.

"Kamu mana tahu isi hati Erland." Anna terdiam sejenak untuk mencerna ucapan Erlin.

"'Maaf ya," ucap Anna ke arah Erland.

"Buat apa?" tanya Erland bingung.

"Karena ngerepotin kamu. Pasti kamu capek kan. Maaf ya," ucap Anna.

"Enggak papa. Mama kamu cuma becanda. Aku enggak kerepotan kok, malah aku seneng bisa di samping kamu. Kalau kamu enggak sakit, aku juga enggak bisa nyuapin kamu," bujuk Erland.

"Terima kasih," ucap Anna.

"Sekarang kamu tidur." Anna mengangguk. Erland segera merapikan selimut Anna sebelum ia benar-benar tertidur.  

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang