44

51 1 0
                                    


"Lo serius?" Zio sangat tak yakin dengan rencana Selvi.

"Kenapa? Lo enggak mau bantui gue?"

"Gue bakal nolongi lo!" Zio sebenarnya ragu untuk menolong Selvi.

"Kali ini harus berhasil, lo tenang saja , gue bakal kasih berapapun lo minta. Gue bakal kasih mobil yang lo pakai sekarang!" Zio yang sempat ragu, sekarang tidak ragu lagi karena imbalan yang akan ia dapat sungguh menarik bagi Zio.

"Oke, kapan gue lakuin ini semua?" Zio tidak sabaran mendapatkan imbalan itu.

"Secepatnya. Gue enggak akan ngulur-ngulur waktu. Tapi kita enggak bisa cuma beruda. Kita harus ada yang bantu."

"Aman, temen gue banyak yang bakal bantui lo!" Selvi keluar dari rumah Zio sedangkan Zio keluar dari rumahnya untuk pergi ke klub.

"Lo harus mati Anna. Enggak boleh ada yang miliki Erland kecuali gue," gumam Selvi saat ia di dalam mobil.

Aryo berlarian ke rumah Erland. Ia memarkirkan mobilnya ke sembarang tempat. Ella yang keluar dari mobil dikejutkan dengan Aryo yang tiba-tiba datang dengan muka cemasnya.

"Lo ngapain?" Aryo berhenti di depan Ella dengan menarik napas sebanyak-banyaknya.

"Erland ada di rumah enggak, Kak?"

"Ada, masuk saja ke kamarnya. Paling dia lagi mandi jam segini sebelum tidur." Aryo berlarian menuju kamar Erland. Ella hanya menggeleng kepala melihat teman adiknya yang sangat aneh. Ella masuk ke dalam rumah dengan belanjaan dapur yang sengaja ia beli untuk mengisi kekosongannya.

"Erland?" Aryo membuka pintu kamar Erland.

"Lo ngapain ke sini?" Erland baru saja selesai mandi. Dan handuk kecil masih melilit di pinggangnya.

"Gue ada berita penting buat lo!" Erland hanya memandang kasihan melihat Aryo bernapas dengan susah payah.

"Lo tarik napas dulu deh. Gue kasihan lihat lo kayak gitu." Aryo duduk di kasur Erland dan menetralkan pernapasan.

"Sekarang berita apa yang penting buat gue?" Erland sudah berganti pakaian dan menghampiri Aryo yang sedang duduk di atas kasurnya.

"Gue tadi ngikuti Selvi dan dia datangi ke rumah Zio. Gue dengar Selvi mau bunuh Anna dan dia minta bantuan Zio!" Erland yang duduk di sofa dengan santai menjadi tegang dan terkejut.

"Lo serius?"

"Iya, bego! Selvi iming-iming kan sesuatu tapi yang gue denger Selvi akan ngasih mobil yang di pakai Zio sekarang."

"Terus apalagi yang lo denger?"

"Dia minta bantuan sama teman-teman Zio juga." Erland mengepalkan tangannya untuk menahan emosi yang berada di tubuhnya sekarang.

"Gue pulang dulu ya, gue mau jemput Fela di rumah Anna." Erland mendengar nama Anna, membuat ia ingin bertemu dengan Anna.

"Gue ikut." Erland mengambil jaketnya dan kemudian ia dan Aryo keluar dari kamar.

"Assalamualaikum." Aryo mengetuk pintu Rumah Anna.

"Wa'alaikumsalam." Erlin membuka pintu untuk Erland dan Aryo.

"Eh ada Erland ?" Aryo yang berada di depan malah yang ditegur Erlin adalah Erland yang berada di belakang Aryo.

"Masuk yuk, Anna di kamarnya lagi sama Fela." Erlin masuk lebih dulu diikuti Erland dan Aryo dari belakang.

"Gue yang di depan tapi malah lo yang ditegur," bisik Aryo.

"Namanya juga calon menantu, wajar saja yang ditegur duluan dari pada lo," kekeh Erland yang merasa senang dengan sikap Erlin.

Erland dan Aryo berjalan menuju kamar Anna, di sepanjang jalan Erland tak sabar untuk bertemu dengan Anna. Erland melangkah sangat cepat meninggalkan Aryo di belakang.

"Woii, Lan tunggui gue!" Aryo berjalan cepat untuk mengejar Erland.

"Cepetan makanya, jangan kayak cewek!"

Erland masuk ke dalam kamar Anna, Fela sedikit terkejut karena pintu dibuka sedikit kasar oleh Erland.

"Bisa enggak diketuk dulu." Fela melirik Aryo.

"Bukan aku yang buka pintu tapi Erland," bela Aryo.

"Erland?" panggil Anna yang terbaring di tempat tidur.

"Apa?" Erland mendekati tempat tidur Anna. Fela langsung sadar melihat Erland sudah berada di sebelah Anna.

"An, gue pulang ya. Aryo sudah dateng, lo cepet sembuh ya. Besok gue ke sini lagi." Anna membalas dengan anggukan kecil.

"Masih sakit?" tanya Erland saat Anna memandang keluar kamar untuk melihat kepergian sahabatnya.

"Sudah enggak."

"Kamu sudah minum obat? Kamu sudah oleskan salep?" Anna hanya tertawa melihat Erland.

"Kenapa ketawa?" Erland merasa aneh melihat Anna yang tertawa.

"Kamu lucu deh, padahal aku cuma sakit kayak gini saja ."

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang