38

49 1 0
                                    


"Jangan lari Anna." Erland sangat khawatir melihat Anna yang belari seperti anak kecil.

"Hehe iya maaf." Anna sangat senang Erland datang menjemputnya. Membuat Anna tidak memikirkan tentang sikapnya yang seperti anak kecil.

"Kita pula sekarang ya." Anna segera menggandeng tangan Erland untuk menyuruh Erland masuk ke dalam mobil.

"Aku benci sama mereka, mereka, dan mereka!" tunjuk Anna kepada semua orang yang mencuri pandang ke arah Erland.

"Emang dia buat salah apa sama kamu?" Erland mengikuti arah yang ditunjuk Anna.

"Mereka dari tadi selalu nyari-nyari kesempatan ngelirik ke arah kamu." Erland melirik Anna yang menyampaikan kekesalannya. Erland hanya bisa tersenyum melihat Anna yang tak rela jika Erland diambil orang.

"Pantesan kamu teriak-teriak, terus tadi langsung gandeng tangan aku, biasanya juga enggak pernah." Anna melirik ke arah Erland yang terdengar sedang menyindiri Anna.

"Bukan, Lan. Aku enggak mau mereka semua ngarap sama kamu." Anna mencoba meyakinkan Erland agar ia tak salah paham.

"Lagian aku juga enggak mau sama mereka, aku tu cuma mau sama kamu!" Erland menekan kata 'kamu' di depan Anna.

"Iya tapi aku cemburu." Anna mengakui kalau sebenarnya ia cemburu.

"Iya-iya aku ngerti." Erland mengelus rambut Anna yang sedang menunduk karena malu mengakui apa yang ia rasakan saat ini. Erland menghidupkan mesin mobilnya dan segera meninggalkan gedung kampus Anna.

Anna masih diam di perjalanan menuju rumahnya, Erland sesekali melirik Anna yang sedang memainkan tas yang berada dipangkuannya.

"Kamu kenapa? Apa yang kamu lihat di sana." Anna menatap Erland yang sedang bertanya padanya.

"Enggak ada apa-apa kok." Anna menyembunyikan perasaan malunya.

"Kamu kenapa? Ada yang salah sama aku?" Erland menatap ke dua bola mata hitam pekat milik Anna. Anna hanya bisa mengalihkan pandangannya agar matanya tak bertemu dengan mata milik Erland karena itu yang akan membuat jantung Anna berdetak tak karuan.

"Anna, aku bicara sama kamu, jawab dong!" Erland meminggirkan mobilnya dan menatap Anna dengan intens dan Anna masih saja menunduk.

"Kenapa berhenti?" Anna menyadari kalau mobil berhenti bukan di rumahnya melainkan di pinggir jalan.

"Kamu enggak mau jawab pertanyaan aku, jadinya kita berhenti dulu." Erland masih setia menatap Anna namun Anna sengaja mengalihkan pandangannya agar tak bertemu dengan mata indah Erland bagi Anna.

"Pertanyaan yang mana?" Anna pura-pura tidak tahu. Padahal sangat jelas kalau Anna mengetahui apa yang di maksud Erland.

"Oke, aku ulangi, kamu dari tadi selalu nunduk dan kamu selalu saja mengalihkan pandangan kamu dari aku. Kamu kenapa?" Erland memegang ke dua pipi kekasihnya untuk membuat Anna menjawab pertanyaannya.

"Aku kayaknya egois ya." Anna menatap mata Erland kemudian ia menunduk lagi.

"Siapa bilang?" Erland menghalangi kepala Anna yang hendak menunduk dengan kedua tangannya.

"Aku boleh cemburu enggak, Lan?" kedua tangan Erland masih berada dikedua pipi Anna. Membuat jantung Anna tak berhenti berdetak dengan cepat.

"Boleh kok, itu tandanya kamu sayang sama aku. Terus apa yang kamu pikirkan dari tadi." Erland sangat bingung dengan sikap Anna saat ini.

"Kamu enggak marah kan, kalau aku marah-marah enggak jelas saat orang lain ngelirik kamu." Seketika Erland tertawa dan melepaskan tangannya dari pipi Anna untuk memegang perutnya.

Anna sangat kesal melihat Erland tertawa. "Ihhh Erland, kenapa kamu ketawa? Ada yang lucu?"

"Habisnya kamu itu lucu, untuk apa aku marah sama kamu, malahan aku ngerasa ingin terbang saat kamu sedikit posesif sama aku."

"Bagus deh." Bibir Anna seketika tersenyum karena ia tidak harus memikirkan sikapnya yang sedikit posesif hari ini kepada Erland.

"Kamu ini ada-ada saja." Erland sangat gemas melihat tingkah Anna.

Erland melajukan mobilnya kembali, yang sempat terhenti. Erland mencoba sebisa mungkin untuk menahan tawanya.

Akhirnya Erland bisa bersatu lagi dengan Anna. Dunia Erland hampir berhenti berputar saat Anna memutuskan hubungan mereka, beruntunglah itu hanya sebentar, jika tidak? Erland akan memilih mati dari pada hidup tanpa Anna. Erland melirik ke sebelah, ia sangat senang melihat cewek yang ia sayangi bisa tersenyum seperti saat ini.

Ella dikejutkan dengan Erland yang bersikap seperti orang gila. Menyanyi tidak jelas, berputar-putar tidak jelas. Ella hanya memerhatikan adiknya yang seperti orang terkena overdosis obat. Sambil memakan snack yang berada di tangannya, Ella masih setia menonton Erland yang bertingkah seperti cacing kepanasan.

"Lo kenapa?" Ella mulai bertanya saat Erland masih bertingkat seperti cacing kepanasan.

"Gue?" Erland berhenti sejenak, seolah-olah berpikir. "Enggak tahu haha!" Ella tambah muak dengan sikap Erland.

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang