14

85 2 0
                                    

Bagian Empat

ANNA sudah siap untuk pulang ke rumahnya. Anna sudah tidak memakai lagi pakaian rumah sakit. Anna yang sedari tadi hanya memasang wajah cemberutnya, karena ia harus duduk di kursi roda padahal kakinya masih kuat berjalan. Erland tidak mengizinkan Anna untuk berjalan tapi Anna berusaha sekuat tenaga untuk menolaknya. Namun Erland selalu mengacam untuk membuat Anna tidak pulang dari rumah sakit hari ini. Karena itu Anna terpaksa duduk di kursi roda, dari pada harus kembali ke ruangan di rumah sakit ini.

"Mukanya kenapa masam saja," ledek Erland.

"Enggak papa," jawab Anna singkat.

"Tadi senang banget pas tahu bakal pulang. Sekarang sudah mau pulang, malah cemberut. Kenapa ingin kembali ke ruangan kamu di rumah sakit?" tanya Erland.

"Enggak!" jawab Anna.

"Kalau gitu, aku bilang saja sama Tante kalau anaknya ini belum sembuh, biar masuk lagi ke rumah sakit," ucap Erland berhadapan dengan muka kesal Anna.

"Kamu saja yang masuk ke rumah sakit! Aku enggak mau!" ucap Anna tanpa melihat kearah Erland .

"Kamu kenapa sih? Marah-marah enggak jelas." Erland yang bingung dengan perubahan sikap Anna.

"Kamu kenapa sih lebay banget. Aku tuh sudah sehat, sudah bisa lari-lari. Kenapa kamu nyuruh aku pakai kursi roda!" ucap Anna.

"Kamu itu masih lemes sayang. Aku enggak mau waktu kamu jalan nanti, kamu pingsan." Erland melembutkan nada bicaranya.

"Kan ada kamu. Apa gunanya kamu kalau enggak bisa gendong aku," ucap Anna.

"Bukan masalah enggak bisa gendong kamu. Aku takut sakit kamu datang lagi. Kamu itu belum sehat total. Paham enggak?" tanya Erland .

"Enggak!" jawab Anna dan Erland berusaha untuk tidak emosi.

"Kalau gitu, terserah kamu. Yang penting aku enggak mau lihat kamu sakit. Itu saja kok, kalau kamu marah masalah tadi, aku minta maaf." Anna hanya diam.

Sesampai di rumah Anna. Asisten rumah tangga Anna segera membantu mengeluarkan barang-barang Anna. Dan Erland segera menggendong Anna ala bridal style ke kamarnya karena Erland belum mengizinkan Anna untuk jalan. Anna hanya diam saja menerima perlakuan Erland. Setelah mengantar Anna ke kamarnya, Erland hanya diam. Kemudian Erland keluar dari kamar Anna tanpa mengatakan sepatah katapun kepada Anna.

"Erland?" panggil Anna pelan. Erland tetap keluar dari kamar Anna, tanpa menyadari kalau Anna memanggil namanya.

"Erland?" panggil Anna lagi. Erland masih enggan untuk menjawab.

Anna bangkit dari tempat tidurnya untuk menyusul Erland yang baru saja keluar dari kamar Anna.

"Erland?" panggil Anna dan Erland tidak sedikitpun berbalik badan.

"Mama?" Erlin tak menampakkan diri saat Anna memanggilnya.

"Kalian emang kayak gini semua sama aku!! Giliran aku sudah sembuh, semua mengabaikan aku. Giliran aku sakit, kalian mulai perhatian. Kalian semua jahaat!!" teriak Anna.

Kemudian Erland mendekati Anna yang tengah berdiri di depan pintu kamarnya. "Kamu sudah sehat kan? Kamu bisa ambil apapun yang kamu mau. Aku pulang, banyak urusan yang harus aku urus," ucap Erland datar.

Anna menghancurkan guci yang berada didekatnya dan setelah itu tak sengaja ia menginjak pecahan guci tersebut. Asisten rumah tangga Anna segera menghampiri Anna saat ia mendengar suara benda yang pecah.

"Ya Allah, kenapa bisa pecah. Ini kakinya berdarah," ucap Asisten rumah tangga Anna, ia sangat panik.

Erland segera mendekati Anna, yang sedang menahan darah dari kakinya. Sedangkan Asisten rumah tangga Anna segera berlarian untuk mencari kotak P3K.

"Bisa enggak, kamu enggak usah nekat. Semua orang bakal kerepotan dengan sifat nekat kamu ini." Anna hanya diam karena luka yang ada di kakinya sangat perih.ganteng

"Kayaknya kamu memang suka berdiam di tempat tidur," ucap Erland.

"Ini, Nak." Asisten rumah tangga Anna menyerahkan kontak P3K kepada Erland.

"Biar aku saja , Bik."

Erland mengangkat Anna ke tempat tidur, kemudian Erland membersihkan luka Anna dan tak lupa membalutnya. Anna hanya menahan rasa perih akibat cairan anti infeksi. Anna hanya diam melihat Erland yang telaten mengobati lukanya.

"Aku pulang!" Erland segera bangkit dari posisinya saat luka Anna sudah selesai ia obati.

"Jangan. Hiks.. hiks!" Anna menahan tangan Erland agar ia tidak meninggalkan Anna.

"Aku ada urusan. Nanti aku ke sini lagi." Erland melepaskan tangan Anna yang manahan tangannya.

"Aku masih sakit," ucap Anna pelan agar Erland tidak meninggalkannya.

"Kamu bilang tadi kamu sudah sembuh."

"Maaf, Lan.. hiks.. hiks," ucap Anna yang menahan tangan Erland meski sempat dilepaskan Erland.

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang