28

52 3 0
                                    


Erland mendatangi rumah Anna. Seperti biasa, Erland selalu menjemput Anna untuk pergi ke kamus bersama. Namun Anna sudah pergi lebih dulu sebelum Erland datang. Ia berusaha menghubungi Anna namun telepon Anna tidak aktif. Membuat Erland sangat khawatir.

Erland memasuki kelas pagi ini. Ia datang dengan muka yang tidak semangat. Setelah beberapa saat di dalam kelas, Erland memutuskan keluar untuk mendatangi kelas Aryo.

"Aryo?" panggil Erland. Erland menunggu Aryo menghampirinya di pintu kelas Aryo.

"Kenapa, Lan?" Aryo menghampiri Erland.

"Gue bisa minta tolong enggak?"

"Minta tolong apaan?" tanya Aryo.

"Gue minta tolong untuk lo hubungi Fela. Pagi tadi gue jemput Anna tapi dia sudah pergi. Dan mobil dia ada di garasi mobilnya. Gue khawatir."

"Mereka enggak sekelas, Lan. jadi percuma lo hubungi Fela." Erland segera meninggalkan Aryo saat solusi tak di temukan Erland di kelas Aryo.

Erland seganja bolos perkuliahan untuk menunggu Anna di gedung kuliah Anna. Tak ada sedikitpun rasa bosan bagi Erland untuk menunggu Anna keluar dari kelasnya. Anna keluar dari kelasnya seorang diri, Erland sedikit lega melihat Anna baik-baik saja. Erland hendak turun dari mobil untuk menghampiri Anna. Namun saat Erland melepas seat belt, ia melihat sebuah mobil berhenti di hadapan Anna dan Anna masuk ke dalam mobil tersebut. Erland yang melihat itu sangat emosi.

Erland segera mengikuti mobil itu sampai mobil itu berhenti sebuah kafe yang bernuansa mewah. Anna turun dari mobil itu dan diikuti seorang laki-laki yang tidak asing bagi Erland.

Erland turun dari mobil dan mendekat ke tempat Anna dan laki-laki itu berada. Erland memerhatikan dengan saksama. Sekarang, Erland tahu kalau itu adalah Zio, mantan kekasih Anna dulu. Erland segera membalikkan badan dan masuk ke dalam mobilnya. Erland sangat tak percaya tentang apa yang ia lihat barusan. Erland pergi ke sebuah gedung tinggi yang tak terpakai lagi.

"Arrrgggghhhhh." Erland menumpahkan semua emosinya di sana.

"Kenapa kamu kayak gini Anna! Kamu nyakitin aku, aku lebih baik mati Anna!" teriak Erland dari gedung tersebut.

Zio mengantar Anna ke rumahnya. Saat ini Zio yang selalu mengantar Anna pulang. Anna terpaksa menuruti keinginan Zio untuk mengantar Anna ke kampus karena ia tidak mau melihat Zio sedih. Anna ingin sekali membuat Zio menjadi punya semangat hidup.

Setelah mobil Zio meninggalkan rumah Anna. Mobil Erland datang ke rumah Anna. Langkah Anna terhenti saat Anna mendengar suara mesin mobil. Anna membalikkan badannya, Anna melihat Erland mendekatinya.

"Erland?" gumam Anna girang. Anna berlari kecil untuk mendekati Erland.

"Kamu kenapa?" Anna menyadari penampilan Erland yang kacau.

"Siapa dia?" tanya Erland datar.

"Maksud kamu?"

"Dia siapa Anna? Kamu bersama dia di belakang aku! Aku lebih baik mati Anna!!" bentak Erland.

"Maafkan aku Erland. Semuanya rumit sekali" ucap Anna mencoba meyakinkan Erland.

"Serumit apa Anna!! Ah, aku tahu. Maksud kamu rumit, saat kamu masih sayang sama mantan kamu sedangkan sekarang kamu bersama aku. Iya? Gitu?"

"Bukan gitu Erland. Tolong mengerti. Aku cuma sayang kamu saat ini. Hanya saja semua di luar rencanaku," ucap Anna. Erland meninggalkan Anna. Namun langkah Erland terhenti karena ucapan Anna.

"Zio sakit!" ucap Anna yang tidak bisa menahan air matanya.

"Maksud kamu?" Erland mendekati Anna.

"Zio sakit Erland. Dan dia bilang, dia mau sama aku di saat hari terakhirnya."

"Enggak mungkin Anna."

"Aku juga enggak tahu kebenarannya, Lan. aku takut semua itu benar dan aku akan merasa bersalah." Tangis Anna pecah karena ia harus di hadapkan dengan masalah yang rumit.

"Tapi aku enggak ikhlas kalau kamu harus bersama orang lain." Erland memeluk Anna untuk menenangkan Anna yang sedang menangis.

"Aku juga terpaksa, Erland. Tapi aku mohon untuk kamu ngertiin aku." Erland tidak tega melihat Anna yang menangis dengan tersedu-sedu.

"Baiklah. Meski berat untuk nerima kamu harus bersama laki-laki lain. Tapi berjanjilah untuk tidak akan berpaling dengan siapapun." Erland memegang ke dua pipi Anna yang sudah dibanjiri dengan air mata.

"Iya, aku janji." Anna memeluk Erland dengan erat. Tangisan Anna sedikit reda.

Zio memerhatikan itu dari kejauhan. Zio sangat kesal melihat pemandangan yang membuat ia menggeram kesal. Zio meninggalkan rumah Anna karena ia tak sanggup memandang lebih lama lagi.

Erland menemui Aryo di rumahnya. Aryo tengah asyik main PS di kamar, Erland datang ke kamarnya tanpa bersuara sedikitpun. Aryo yang tengah asyik dengan game, tak sedikitpun menyadari kehadiran Erland. Akhirnya Erland memanggilnya agar ia segera berhenti memainkan game.

"Woi, bego!" Aryo menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke belakang.

"Ha? Lo? kenapa bisa di kamar gue?" tanya Aryo.

"Ya bisalah, gue masuk lewat pintu!"

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang