"Sombong lo, mentang lo pinter."
"Lo yang ngomong gue pinter bukan gue," ledek Erland.
"Diem lo! Gue punya ide, gimana kita tukaran mobil saja. Kalau lo jemput Anna, lo usahain jangan turun dari mobil." Erland memasang wajah yang serius.
"Ide lo bagus juga. Tapi bagusan mobil gue kali!" Erland melihat mobilnya dan mobil Aryo yang terparkiran di depan kafe.
"Enggak papa lah. Ini demi Anna."
"Ini demi Anna ya, kalau bukan karena Anna. Ogah gue tukeran mobil sama lo."
"Dasar lo! Oh ya gue mau nanya, cewek itu tahu enggak kalau lo suka sama Anna?" tanya Aryo.
"Enggak, soalnya gue dulu enggak deket sama Anna. Jadi gue pastiin kalau dia enggak tahu," ucap Erland.
"Ok, seengaknya untuk beberapa saat ini aman." Aryo dan Erland merasa lega karena ia saat ini ia bisa mengelabui cewek itu.
"Oke thanks, informasi. Gue harus balik, gue takut pacar gue nyariin gue." Erland segera bergegas masuk ke dalam mobilnya.
"Lo sudah jadian sama Anna," teriak Aryo karena Erland dengan tergesa-gesa masuk ke dalam mobil.
"Sudah!" teriak Erland dari kejauhan. Mereka menghiraukan semua pengunjung kafe yang melihat ke arah mereka berdua.
Anna tertidur dengan pulas. Membuat Erland yang baru saja masuk ke kamarnya, tidak tega mengganggu. Sesekali Erland memerhatikan muka Anna yang sedang tetidur. Sangat jelas kalau keadaan Anna sudah membaik. Membuat Erland sedikit lega melihat Anna yang semakin sehat.
Erland memutuskan untuk tidur di sofa kamar Anna. Erland tahu kalau Anna ketakutan, buktinya lampu kamar Anna tidak dimatikan padahal Anna tidak akan bisa tidur kalau lampu masih menyala.
Erland terbangun saat Anna memanggil namanya.
"Mama, Erland, Papa," panggil Anna dengan ketakutan.
"Iya aku di sini sayang," Erland mendekat tempat tidur Anna.
"Kamu siapa?" tanya Anna, ia tidak jelas siapa orang di hadapannya karena lampu kamarnya mati.
"Aku Erland," ucap Erland.
"Erland hiks... hikss," Anna segera memeluk Erland.
"Kenapa? Kamu mimpi buruk?" tanya Erland.
"Enggak, tapi aku takut, lampu kamar aku mati saat aku buka mata," ucap Anna gemetaran karena ia sangat takut.
"Aku yang matiin tadi, maaf aku enggak maksud membuat kamu takut," Anna melonggarkan pelukannya.
"Kamu ke sini tadi jam berapa?" tanya Anna.
"Sudah lama. Aku saja sudah ketiduran di sofa."
"Papa Mama sudah pulang?" Anna kembali memeluk Erland dengan erat.
"Belum, mungkin mereka menginap di hotel karena besok mereka masih banyak urusan." Erland mengelus punggung Anna agar ia tidak ketakutan lagi.
"Tapi kamu di sini terus kan?" tanya Anna.
"Iya, tapi pagi nanti aku pulang mau tukar baju terus kita berangkat kampus bareng. Sesuai keinginan kamu kan," Anna melepaskan pelukan mereka dengan mata yang berbinar.
"Serius? Aku sudah boleh kuliah?" tanya Anna riang.
"Iya boleh tapi jangan pecicilan dulu. Kamu cukup datang terus belajar, terus aku jemput. Kamu enggak boleh ke mana-mana dulu. Sudah kuliah langsung pulang," perintah Erland dan Anna mengangguk.
"Sampai kapan, Lan?" tanya Anna.
"Sampai kamu sehat, Sekarang kamu tidur, masih malam soalnya." Anna mengangguk. Erland merapikan tempat tidur Anna.
"Goodnight Erland," ucap Anna.
"Goodnight too, sayang." Erland mencium kening Anna.
"Kalau butuh sesuatu panggil aku saja ya." Anna mengangguk sebelum ia memejamkan matanya. Saat Anna sudah tertidur, Erland kembali ke sofa untuk tidur juga.
Anna sudah bersiap-siap untuk ke kampus pagi ini. Sedangkan Erland sudah pulang untuk tukar pakaian. Jam 8, Erland sudah berada di rumah Anna untuk menjemput Anna.
"Assalamualaikum," ucap Erland di depan pintu rumah Anna.
"Erland!" pekik Anna. Anna berlarian ke arah pintu untuk menyambut Erland.
"Jangan lari-lari," ucap Erland saat melihat Anna berlarian ke arahnya.
"Iya maaf, yuk sarapan dulu." Anna menggandeng tangan Erland.
"Kamu kayaknya sudah sehat." Erland memeriksa kening Anna.
"Sudah dong, kamu tadi pulang kenapa enggak kasih tahu aku," rajuk Anna.
KAMU SEDANG MEMBACA
He's For Me [END]
Teen FictionAnna dipertemukan kembali dengan Erland, adik tingkatnya dua tahun di bawahnya. Anna melihat Erland bersama cewek yang sebenarnya kakak Erland saat mereka pertama kali di pertemukan lagi. Anna dan Erland akhirnya dekat, dan tidak butuh waktu lama un...