41

54 2 0
                                    


Erland tak sengaja menginjak sesuatu. Erland mengambil sesuatu yang tak sengaja ia injak. Erland mengetahui tas yang ia injak ini ada milik Anna. Dengan langkah menggebu gebu Erland segera mencari keberadaan Anna di sekitar toilet laki-laki.

"Ada orang di dalam?" Erland menempelkan telinganya ke pintu toilet.

"Ada!" jawab Anna dari dalam. Anna merasa tak asing dengan suara itu. Dan Anna segera menyadari pemilik dari suara yang ia dengar.

"Erland, kamu Erland kan. Aku Anna." Anna menangis menjadi-jadi. "Erland tolongi aku!"

"Kamu Anna, sabar sayang, aku dobrak pintu ini dulu." Dengan sekuat tenaga, Erland mendobrak pintu toiltet dengan dua kali dobrak kan. Pintu terbuka dan menampakkan Anna yang terbaring di lantai toilet dengan baju yang basah dan tercetak jejak sepatu di bagian perut Anna, juga bekas tamparan di pipi Anna, dan terdapat luka kecil sudut bibir Anna.

"Erland?" Anna menangis sejadinya.

"Kamu kenapa?" Erland segera memeluk Anna.

"Aku takut Erland, di sini gelap. Aku sendiri di sini. Aku enggak bisa berdiri, badan aku sakit semua." Anna menjelaskan apa yang terjadi sambil menangis.

"Iya sayang, sekarang kita pergi dari sini." Erland memberikan jaketnya ke tubuh Anna dan Erland menggendong Anna ala bridal style untuk membawanya ke dalam mobil.

"Kamu pulang ke rumah aku dulu, aku enggak mau Papa sama Mama kamu khawatir lihat kamu kayak begini." Anna mengangguk saat mereka meninggalkan gedung tersebut.

Ella sangat terkejut melihat Erland membawa Anna yang dipenuhi dengan luka lebam di seluruh badannya. Ella yang sedang menonton TV segera mendekati yang sedang menggendong Anna ala bridal style. Anna sangat tak berdaya, semua badanya terasa sakit.

"Anna kenapa?" Ella memegang badan Anna yang penuh dengan luka lebam.

"Kak, lo bisa pinjam kan baju sama Anna enggak? Baju dia basah semua."

"Iya," Erland mengantar Anna ke kamar Kakaknya agar kakaknya bisa menggantikan baju Anna yang basah.

Erland menunggu di luar dengan rasa emosi yang bersarang di dirinya. Erland mengepal tangannya seolah-olah tak terima Anna di perlakukan seperti ini.

Ella keluar dari kamarnya, Erland bergegas masuk ke dalam untuk melihat keadaan Anna yang sangat lemah.

"Dia kenapa?" tanya Ella saat Erland membelai wajah Anna yang sedang tertidur di tempat tidur.

"Gue jelasin di luar." Anna membuka matanya sebentar saat ia mendengar suara Erland .

"Erland?" panggil Anna pelan namun tetap terdengar dengan Erland.

"Kamu istirahat dulu, nanti aku antar kamu pulang." Anna mengangguk dan langsung memejamkan matanya kembali.

Erland keluar dari kamar Kakaknya dan segera duduk di ruangan keluarga, dan Ella mengikuti Erland.

"Anna kenapa?" Erland sangat kesal untuk menjelaskan tentang keadaan Anna saat ia menemukannya.

"Gue enggak tahu ini ulah siapa? Gue bakal bunuh orang itu!"

"Emang lo ada di mana, sampai-sampai Anna kayak gitu." Ella masih sangat belum mengerti apa yang sebenarnya terjadi.

"Anna kirim pesan ke gue kalau dia pulang telat karena dia ada urusan, dia enggak bilang urusan apa. Gue juga enggak nanya urusan apa. Gue tahu dari temennya Anna kalau Anna mau ngajari Selvi." Ella merasa tidak aneh dengan nama Selvi.

"Selvi?" Ella mencoba mengingat nama itu.

"Iya, dia yang mau nyelakain lo dulu." Erland mengingatkan suatu peristiwa yang pernah membahayakan nyawa Kakaknya.

"Atau dia yang ngelakuin semua ini?" tebak Ella.

"Gue juga berpikiran kayak gitu. Karena Selvi ngelakuin ini buat dapatin gue!"

"Anna ada ngomong sesuatu enggak?"

"Belum, dia masih lemah banget, semua luka lebam itu membuat dia meringis kesakitan terus."

"Lo bisa minta bantuan gue untuk balaskan kejahatan Selvi," ucap Ella sebelum ia meninggalkan Erland di ruang keluarga.

"Lo mau ke mana?" teriak Erland yang melihat Kakaknya bangkit dari tempat duduk dan meninggalkannya.

"Gue mau buatkan makanan untuk Anna," teriak Ella dari dapur.

Erland mengambil kompresan untuk luka lebam Anna. Erland masuk ke dalam kamar Kakaknya. Pandangan Erland langsung tertuju ke arah Anna yang sedang tidur di tempat tidur. Erland meletakan kompresan di meja samping dan mulai mengobati luka lebam Anna, sesekali Anna meringis kesakitan, meski Erland sangat pelan mengompresnya namun tetap saja menimbulkan rasa sakit bagi Anna. Anna membuka matanya saat rasa sakit itu membuat tidurnya terganggu.

"Maaf, aku banguni kamu." Erland melihat Anna membuka matanya.

"Aww," ringis Anna.

"Tahan sebentar, sebentar lagi selesai." Anna menahannya meski rasa sakit itu semakin sakit terasa.

Setelah selesai, Anna bangun dari tidurnya. "Erland?" Erland menatap wajah Anna yang penuh     

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang