10

84 2 2
                                    

"Makanya kamu tu jangan suka jodohkan aku sama suster di sini. Jelas aku pilih kamu lah." Anna masih diam.

"An, maafin aku dong," bujuk Erland.

"Siapa yang jodohi kamu sama suster di sini!! Dasar kamunya saja ke ganjenan. Kamu pulang sana. Aku bisa sendiri dan aku bisa teriak kalau dokter di sini mau ngambil mata aku atau ginjal aku. PERGI SANAA!!!" bentak Anna.

"Sayaangg... Aku minta maaf." Anna mengalihkan pandangannya dari Erland.

"Sudah aku maafin, kamu pulang sana. Aku bisa sendiri di sini!" usir Anna.

"Kalau memang kamu mau aku pergi. Kamu hati-hati ya, besok aku ke sini lagi. Nanti Papa Mama kamu ke sini. Aku pulang ya, sekali lagi maaf. Cokelat ini buat kamu." Erland meletakkan cokelat di meja samping sebelah Anna.

"Bawa saja pulang, aku bisa beli sendiri kalau aku mau. Kamu kasih saja sekalian sama suster di depan!" ucap Anna.

"Kan aku sudah bilang ini buat kamu!" ucap Erland.

"Terserah!" Anna menutupi seluruh badannya dengan selimut. Erland berbalik badan untuk keluar ruangan, Erland sengaja memperlambat langkahnya, ia berharap Anna menghalanginya namun Anna tak juga memanggilnya.

"Kalau gitu, aku pulang," ucap Erland lagi, sebelum keluar dari ruangan Anna.

Anna membuka selimut dari mukanya. Anna sebenarnya takut harus berada sendiri di ruangan tapi rasa kesalnya lebih besar dari pada rasa takutnya.

Erland masuk ke dalam mobilnya. Sangat berat bagi Erland untuk meninggalkan Anna di ruangannya. Erland melihat orang tua Anna,ia segera turun dari mobilnya dan menghampiri orang tua Anna.

"Om , Tan," Gunawan dan Erlin segera menoleh ke arah Erland.

"Loh, Erland. Kok di sini, Bukannya kamu di ruangan Anna," ucap Erlin.

"Anna lagi marah, Tan," jawab Erland.

"Serius? Kalau gitu, kita ke ruangan Anna, Ma." Gunawan berlarian untuk segera sampai di ruangan Anna dan diikuti oleh Erland dan Erlin.

"Annaaa!!" pekik Gunawan saat mereka semua ada di ruangan Anna.

Anna tidak ada di ruangan, Erland sangat merasa bersalah. Gunawan segera mengecek CCTV yang berada di dekat ruangan Anna. Di dalam CCTV, Anna keluar dari ruangan dengan membawa infusnya.

"Anna keluar," ucap Gunawan.

"Kalau gitu, Om. Kita carinya berpencar saja," usul Erland .

Erland segera berlari kecil dari ruangan CCTV untuk mencari Anna.

Erland mencari di setiap sudut rumah sakit namun Anna tak ketemu juga. Erland mendatangi taman di rumah sakit yang ramai dengan anak kecil.

"Annaa!!" pekik Erland dari kejauhan saat ia melihat Anna ada didekat taman. Anna menengok ke belakang saat namanya dipanggil.

"Kamu kenapa di sini?" tanya Erland saat ia sudah ada di sebelah Anna yang sedang duduk di kursi taman.

"Aku takut di ruangan tadi, aku bingung mau ke mana. Terus aku ketemu taman ini. Mau balik ke ruangan tapi aku lupa jalannya," jelas Anna.

"Maaf ya, tadi aku enggak maksud mau ninggalin kamu di ruangan sendirian," ucap Erland.

"Erland," panggil Erland.

"Kenapa?" tanya Erland.

"Sakit," rintih Anna.

"Apa yang sakit?" tanya Erland cemas.

Erland sangat terkejut melihat Anna sudah jatuh di bahunya. Muka Anna sangat pucat. Erland dengan cepat membawa Anna ke ruangannya.

Anna terbaring di tempat tidurnya. Dokter sudah mengatakan tentang kondisi Anna yang sangat lemah dan Anna harus istirahat.

Erland tetap setia menunggu Anna bangun. Erland melakukan kesalahan yang sangat fatal bagi kekasihnya. Orang tua Anna sedang berada di dalam ruangan dokter untuk membicarakan sakit Anna. Anna masih belum membuka matanya karena Anna masih terlihat lemah. Mukanya yang pucat membuat Erland tidak tega melihat Anna yang masih tertidur di tempat tidur. Erland merapikan rambut Anna yang berantah kan dan merapikan selimut Anna.

"Om," Gunawan masuk ke dalam ruangan dan diikuti oleh Erlin dari belakang.

"Anna sudah sadar?" tanya Gunawan.

"Belum Om," jawab Erland.

"Kondisi Anna sangat lemah saat ini. Jadi om minta tolong jangan buat dia berpikir keras," jelas Gunawan.

"Emang Anna sakit apa Om?" Erland memberanikan untuk bertanya.

"Jantung lemah," Erland terkejut mendengar itu. "Setiap kali ia berpikir keras, ia kan jatuh sakit, lunglai dan pingsan."

"Aku minta maaf Om, enggak seharusnya aku ninggalin Anna sendirian tadi."

"Ini bukan salah kamu, tapi memang Anna seperti itu. Om cuma minta tolong saja sama kamu, untuk buat dia enggak berpikir keras," pinta Gunawan. 

He's For Me [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang