Chapter 10 - Tamu Spesial

920 65 4
                                    


[Setelah aku pertimbangkan, judul dan cover yang lama terlalu suram, oleh karena itu aku menggantinya dengan yang baru.
JADI, bagaimana pendapat kalian tentang cover baru cb ini?

Oh iya, jangan terlalu berharap banyak yah sama author, soalnya author suka ngangkat terus jatuhin ceritanya lagi loh, hehe... -Maaf ya Nadz!]

... dan Ia datang ke dunia sebagai titipan dari yang maha kuasa. Itu adalah anugrah terindah dalam kehidupan setiap keluarga...

*

**

***

"Nadz! Nadz! Nadine! Kau kenapa, ayo aku antar ke dokter!" ucap Joseph setengah berteriak sambil mengoncangkan tubuh Nadz yang terlihat mulai kehilangan kesadaran dan masih memegangi kepalanya, tak berapa lama iapun jatuh pingsan. Joseph kemudian membawanya ke rumah sakit. Tak lupa ia bawa barang-barang miliknya dan Nadz yang tertinggal di meja sambil masih dalam posisi menggendong Nadz dengan bridal style, orang-orang di restoran tersebut mencoba membantu, tetapi Joseph berkata ia dapat menggendong Nadz sendirian dan ia langsung membawa Nadz ke rumah sakit terdekat dengan mobil sedan hitamnya.

****

Di rumah sakit, setelah dokter selesai memeriksa Nadine. Joseph dipersilahkan untuk melihatnya, ia pun masuk ke ruangan Nadz, dan dadanya terasa sakit melihat sang adik ipar terbaring lemah tak berdaya di peraduan rumah sakit, dengan tangan terinfus dan wajah pucat pasi.

Tak berapa lama seorang dokter wanita datang untuk membawa hasil laporan pemeriksaan kesehatan

"apa kau suaminya?"

"bukan Dok. Saya kakak iparnya"

"Oh, sepertinya kau harus menghubungi suaminya dulu"

"Jo...." Seketika Joseph terkejut mendengar suara Nadz yang memanggilnya pelan, ternyata Nadz sudah terbangun

"Nadz kau sudah sadar?" Tanya Joseph sembari kembali duduk di kursi samping ranjang Nadz dan mengelus-elus dahi Nadz. Nadz hanya mampu menjawabnya dengan anggukkan.

"Biarkan saya memeriksa keadaanmu" ucap sang dokter kemudian memeriksa sang pasien

"bagaimana keadaannya, Dok?" Tanya Joseph kemudian.

"baiklah, saya akan memberi tahu tentang keadaan pasien, tapi saya ingin membicarakan ini dengan suaminya" ucap sang Dokter

"Dok~" nadz membuka suara "bicarakan saja langsung dengan saya dan kakak ipar saya ini. Sebab suami saya sedang berkerja"

"tidak apa, Nadz. Aku bisa menghubunginya sekarang, lagi pula ayahku tidak akan marah jika ia kemari"

"Tidak! Jangan, Jo!" Nadz menghentikan tangan Joseph yang mencoba meraih ponsel yang ada di sakunya "Aku mohon, aku hanya tidak ingin membuatnya khawatir, aku lihat bahwa akhir akhi ini, ia diam-diam mencari uang tambahan dengan perkerjaan paruh waktu yang lain"

"baiklah... jika itu maumu.." Joseph mengurungkan niatnya untuk menghubungi James

"baiklah Dok! Katakan saja kepada kami, nanti saya yang akan menyampaikan semuanya kepada suaminya."

"baiklah, sebenarnya saya membawa berita baik dan buruk" ucapan sang dokter cukup membuat Joseph dan Nadine tegang "berita baiknya adalah selamat nyonya bahwa anda sedang hamil, dan ini sudah 6 minggu" keduanya sangat terkejut mendengar itu

"APA? Saya hamil, Dok?!" Tanya Nadz setengah tak percaya, ia tak pernah membayangkan ekspresi apa yang akan ia tunjukkan atau perasaan apa yang ia akan rasakan jikalau suatu saat nanti Ia mengandung. Tapi saat ini yang ia rasakan sungguh luar biasa, ia merasakan semua itu bagaikan sebuah keajaiban, bagaimana ia bisa membawa kehidupan lain di dalam perutnya. Walaupun sebelumnya ia sempat merasa belum yakin untuk mempunyai bayi, tetapi seketika setelah ia mendengar berita ini insting keibuan-nya muncul untuk melindungi sang cabang bayi yang ada di perutnya walau umurnya baru beberapa minggu.

Memories of My WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang