Satu bulan tapi rasanya masih sama. Masih kehilangan dan belum bisa melupakan. Untuk orang yang sedang bersamaku sekarang, maaf masih belum bisa memastikan apakah Anda benar-benar sedang diperjuangkan.
***
Sepanjang perjalanan menuju ke makam Zidny, (namakamu) hanya diam dan melirik Iqbaal yang masih fokus ke jalanan.
(Namakamu) memegang erat bunga yang ada ditangannya. Setangkai mawar merah untuk Zidny."Lo suka mawar?" Tanya Iqbaal tiba-tiba. Seolah memecah keheningan yang selama perjalanan tercipta.
(Namakamu) menoleh dan mengangguk. "Suka. Tapi lebih suka kalau warnanya putih."
"Kenapa?"
"Mawar putih itu menurut gue suci. Jadi kalo ada yang ngasih tandanya tulus." Jelasnya.
Iqbaal hanya menganggukkan kepalanya. Belum berniat untuk memberikan mawar putih kepada perempuan yang ada disebelahnya.
Ia belum bisa sepenuhnya menerima (namakamu) untuk menggantikan posisi Zidny dihatinya.Padahal mereka sudah sebulan menjalani hubungan yang spesial. Iqbaal menghargai keputusan terakhir yang Zidny minta sebelum meninggal. Yaitu dengan menjadikan (namakamu) menjadi kekasih Iqbaal.
Entah untuk sementara, atau selamanya itu tergantung pada Iqbaal.
Masalah (namakamu), ini adalah mimpinya yang menjadi nyata. Antara senang dan sedih.
Senang karena Iqbaal mewujudkan mimpinya dengan keadaan sekarang yang mereka sudah menjadi pasangan.
Di sisi lain, (namakamu) sedih karena ia belum melihat ketulusan hati seorang Iqbaal."Zidny suka mawar merah. Katanya, tanda cinta seseorang bisa dilihat dari cara dia ngasih mawar itu." Ucapnya lagi.
(Namakamu) tersenyum tipis. "Pasti kalian dulu bahagia banget ya,"
Iqbaal melirik ke arah (namakamu) sekilas. "Kenapa kamu berpikiran gitu?"
"Gue liat kalian cocok, udah pas banget. Zidny lembut, Lo pengertian."
"Itu karena gue sama Zidny udah lama aja, kok. Nanti kalau kita sering jalan bareng, semuanya bakal kerasa."
(namakamu) hanya diam dan mengharapkan bahwa yang Iqbaal tadi katakan akan terwujud.
Dan mereka sampai ke tempat peristirahatan terakhir Zidny.***
Sudah dua bulan terakhir sejak kematian Zidny, Iqbaal mengajak (namakamu) ke makam untuk menjenguknya meskipun tidak akan pernah bertemu lagi.
Setiap tanggal 22 Iqbaal menyempatkan waktu untuk datang ke sini. Dan sudah kedua kalinya iaa mengajak (namakamu).(Namakamu) menekuk lututnya dan memegang nisan bernama Zidny Iman Lathifa. Kemudian meletakkan mawar itu pada bagian atas tepat pada kepalanya direbahkan.
"Zid, semoga Lo ga bosen ya sama gue. Setiap tanggal 22 kita bakal kesini terus jenguk Lo. Oh ya, gue juga bawain mawar merah nih. Kata Iqbaal, Lo suka banget." Ucap (namakamu) seolah-olah perkataan itu sampai kepada Zidny.
Iqbaal yang di samping (namakamu), merangkul bahunya. "Makasih ya udah sabar nunggu gue." Ucapnya kepada (namakmau) yang dibalas dengan senyum tipis.
"Zid, yang tenang ya disana. Jujur aku belum bisa lupa sama kamu. Aku udah jalan sama (namakamu) satu bulan, tapi pikiran ini tetep ngarah sama Lo. Aku harus gimana, Zid?"
Menjalani hubungan dengan (namakamu) memang belum terbiasa. Bahkan rasa Iqbaal masih sama.
"Aku jalani sama (namakamu) dulu ya, Zid. Ini juga atas kemauan kamu."
Mendengar hal itu, (namakamu) memejamkan matanya. Tidak mau lagi mendengar kalimat yang akan keluar dari mulut Iqbaal atas kejujurannya.
(Namakamu) sayang Iqbaal. (Namakamu) ingin Iqbaal menjadi miliknya seutuhnya tanpa memikirkan Zidny lagi.
![](https://img.wattpad.com/cover/93735938-288-k72422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Girlfriend
FanficSemua berawal dari mimpi. Terima kasih sudah membantu mewujudkannya. Dengan cinta, (namakamu) Iasa.