Iasa udah tau semuanyaaaaa. Trus gue harus gimana :"))
***
Agenda (namakamu) yang pertama hari ini adalah meminta pertanggung jawaban kepada Steffi yang membuatnya malu di depan Iqbaal dan keluarganya. Apalagi Ody yang memakai kado pemberian dari (namakamu). Ia juga tidak tahu, dimana pikiran Steffi sampai ada pikiran memberikan kado itu kepada Ody. Bisa dibilang kalau kapasitas otak Steffi lebih luas dari (namakamu). Tapi entah mengapa Steffi bisa melakukan hal itu. Antara lucu dan ingin marah.
Pintu itu tidak hentinya (namakamu) gedor dari luar sampai pemilik kamar membukanya.
"Steffi buka." suara nyaring (namakamu) masih meneriakan Steffi dari luar kamar sambil menggedor pintu.
Hingga pemilik kamar risih dan akhirnua memutuskan untuk membuka pintu.
Steffi mengehela napas, ia menatap (namakamu) dengan malas. Pasti (namakamu) akan membicarakan tentang kado yang ia berikan untuk Ody. Salah siapa yang tiba-tiba menyuruh Steffi untuk membelikan kado apapun. Lagi pula kado ini anti mainstream. Tidak harus boneka. Akan lebih baik kalau memberikan kado yang termasuk kebutuhan primer. Celana dalam contohnya."Ada apa sih (nam)." Steffi mendengus sambil membenarkan posisi handuk di rambutnya.
(namakamu) masuk ke kamar Steffi tanpa disuruh dan langsung duduk.
"Malu-maluin gue banget sih lo." ucapnya kesal.
Steffi duduk di sebelah (namakamu) tanpa mempedulikan betapa kesalnya dia menunjukkan ekspresi kesalnya.
"Ini tuh namanya kekinian. Mana ada sih yang ngasih kado gituan." jawab Steffi santai.
Masih sesantai itu Steffi merespon ucapan (namakamu). Memang Steffi tidak mempunyai rasa malu. Dan sangat cocok dengan Bastian.
Ngomong-ngomong tentang Bastian, mereka masih seperti biasa. Latihan dance jika ada waktu luang. Tapi masih belum ada kejelasan tentang status mereka.
"Nyebelin banget sih lo, kekinian apaaan. Gue jadi malu mah iya, bahkan Bundanya Iqbaal tau." kesalnya lagi.
Tawa Steffi semakin meledak. Ditambah ekspresi kesal (namakamu) yang terlihat semakin lucu dan menggemaskan. Terlebih saat (namakamu) masih menggunakan poni.
"Yaudah sekarang lo ke rumah Iqbaal san. Sekalian ketemu sama kakaknya, bilang aja lo ngga sengaja ngasih gituan." ucap Steffi santai.
"Gue anterin." lanjutnya.
***
Steffi meninggalkan (namakamu) yang akan masuk ke rumah Iqbaal. Ada latihan dance rutinnya dengan Bastian. Ia sudah menyuruh (namakamu) untuk menghubunginya jika ingin di jemput. Tapi, mungkin (namakamu) akan Iqbaal antar pulang.
Tanpa ragu (namakamu) mengetuk pintu rumah Iqbaal sambil mengucapkan salam.
Beberapa kali ia ketuk, tidak ada jawaban sama sekali.(namakamu) mendorong pintu, ternyata tidak dikunci. Kakinya melangkah masuk ke rumah Iqbaal. Sepi sekali seperti tidak berpenghuni.
"Iqbaal."
Langkahnya semakin dekat dengan kamar Iqbaal.
"Iqbaal, lo dimana."
Di depan kamar Iqbaal, (namakamu) mendengar Iqbaal sedang bercakap-cakap dengan seseorang. (namakamu) mengenal suara itu. Seperti suara Ody.
(namakamu) menurunkan tangannya lagi yang semula ingin mengetuk pintu kamar Iqbaal.
Menempelkan telinganya di pintu dan mulai mendengarkan percakapan serius."Mau sampe kapan? Bunda masih marah sama kamu."
"Aku udah berkali-kali minta maaf ke Bunda, Teh. Dan soal perasaan ku, ini ngga bisa dipaksa dong. Masa aku harus balik ke Zidny, aku ngga mau nyakitin Iasa."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Best Girlfriend
FanfictionSemua berawal dari mimpi. Terima kasih sudah membantu mewujudkannya. Dengan cinta, (namakamu) Iasa.