13. Tuan Putri

2.5K 266 7
                                    


Ada yang beda dari Iasa, dia ponian lagiiiii. Menurut gue sih mau gimana pun, tetep cantik. Tuan putri gue❤  :p  wkwk ikut-ikutan camer kalo manggil tuan putri.

Btw males banget hari ini belajar kelompok sama jitni -,- pake gue nganterin dia pulang segala! Jangan bilang gue CLBK sama dia. No, gak akan pernah. Ini semua karena Bunda yang maksa😒 ngeselin emang.

***

(namakamu) menuruni anak tangga sampai ia hampir terpeleset. Indra pemciumannya sangat merasakan, langkah kakinya semakin mengikuti aroma sedap dari dapur. Dan benar, di dapur sedang ada yang memasak.

(namakamu) masih terdiam melihat seseorang yang sedang sibuk membuat makanan. Ia tidak salah melihat.

"Pah—Papah kok di sini?" (namakamu) bertanya sambil kakinya terus mendekat kepada Fadil yang masih sibuk. Bukan di kantor, melainkan di dapur.

Senyum (namakamu) mengembang, senang. Melihat Fadil yang masih pagi belum berangkat untuk bekerja. Pasti Fadil akan membuatkannya sarapan pagi ini.

"(namakamu), kamu duduk aja sana. Tunggu Papah ya, bentar lagi makanan siap buat Tuan Putri." balasnya.

Beberapa langkah (namakamu) mundur untuk duduk dan menunggu Fadil selesai memasak.

"Emangnya Papah masak apa?" tanya (namakamu).

Fadil menengok ke belakang sambil tersenyum, mendapati putrinya sedang duduk manis yang masih menggunakan baju tidur.

"Cuma nasi goreng, tapi ini spesial." jawabnya.

(namakamu) jadi teringat Iqbaal.

Tak lama kemudian Fadil membawa dua piring ke meja makan, meletakannya dan duduk di samping (namakamu).

Nasi goreng dengan omelette dan sosis di pinggir, tidak lupa Fadil juga menambahnya dengan sayur. Sangat spesial.

"Sayang, Papah boleh tanya sesuatu?" Fadil menoleh ke samping untuk menunggu jawaban (namakamu).

Sebagai respon, (namakamu) mengangguk sambil tersenyum sambil tangannya mengambil sendok yang ada di hadapannya.

"Poni kamu kemana?" Fadil bertanya seraya menyuapkan satu sendok nasi goreng ke mulutnya.

Haruskah (namakamu) jawab yang sejujurnya? Bahwa ia menghilangkan poninya ketika resmi berpacaran dengan Iqbaal, ini juga janjinya yang di ucapkan dirinya kepada Salsha dan Steffi. Padahal awalnya hanya candaan, tetapi (namakamu) menganggap serius. Ia juga bosan karena dari kecil keningnya selalu ditutup dengan poni.

"Bosen aja Pah, mau nyobain kayak gini. Soalnya kan dari kecil (namakamu) ponian mulu."

Fadil mengangguk seraya mengerti. Padahal ia lebih senang melihat putri tercintanya jika berponi. Terlihat lebih menggemaskan.

"Tapi, kalo kamu pake poni itu makin gemes sayang. Kayak Tuan Putri." ucap Fadil, tangannya bergerak mengelus rambut (namakamu).

(namakamu) terkekeh mendengarnya. Pagi ini hangat sekali menurutnya. Momen langka yang diciptakan Fadil tidak akan ia lupakan.

Dengan mulut yang masih di penuhi nasi goreng, Fadil masih ingin menanyakan sesuatu. Tentang Iqbaal.

"Oh ya, gimana kabar Iqbaal? Sama kamu masih baik-baik aja kan, sayang?" tanya Fadil tiba-tiba. Pasalnya, ia penasaran dengan hubungan mereka yang tidak disetujui oleh Rike.

(namakamu) yang sedikit tersedak mendengar pertanyaan Fadil, langsung meraih air putih di hadapannya. Ia tidak ingin menjawab sejujurnya.

"Emm, baik-baik aja kok Pah."

My Best GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang