17. Penasaran

1.7K 189 1
                                    

Gue terus negbujuk dia biar mau ke sana, ngga tau lagi gimana caranya. Gue liat dia bahagia aja seneng banget.

***

Hari ini (namakamu) berjalan sendirian menuju kampus hanya sekedar untuk mencari wi-fi gratis. Padahal di rumah sendiri memasang. Ada maksud lain yang (namakamu) tuju. Yaitu bertemu dengan salah satu teman yang lumayan akrab dengannya di SMA dulu.(namakamu) akan bertemu dengan Dianty--si cantik berhijab yang pernah satu organisasi saat SMA. Ia masih belum jelas dengan mimpinya yang bertemu dengan Iqbaal. Penjelasan dari Salsha, Steffi, bahkan dari Thalita belum (namakamu) cerna seutuhnya.

Mungkin Dianty bisa membantu (namakamu) untuk meyakinkannya. Terlebih, dulu Dianty sekelas dengan Zidny. Entah mengapa (namakamu) merasa bahwa Zidny adalah orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan nyatanya yang sekarang setelah ia mengingat mimpinya yang Zidny menjadi tokoh antagonis antara dirinya dengan Iqbaal.

"Hei, udah lama nunggu?" sapa Dianty yang menarik kursi dan duduk di hadapan (namakamu) sambil meletakkan tasnya di meja.

Pandangan (namakamu) dari layar laptop beralih kepada Dianty yang sudah duduk manis. "Lumayan Dant," balasnya.

"Lo mau ngomong apaan?" tanya Dianty to the point karena penasaran. Pasalnya, di chat (namakamu) mengatakan bahwa ia akan membicarakan hal penting yang menyangkut masa depannya. Dan tentu saja ini membuat seorang Dianty penasaran.

(namakamu) memutar kedua bola matanya. Bingung untuk memulai ceritanya dari mana. "Ya elah nyante kali, kita kan baru ketemu. Emangnya lo buru-buru ya Dant?" ucap dan tanya (namakamu).

Mereka yang satu universitas, hanya berbeda fakultas. Tetapi jarang bertemu kecuali jika menyempatkan waktu seperti sekarang yang (namakamu) merelakan waktu praktikumnya demi bertemu dengan Dianty.

Dianty menggelengkan kepalanya. "Ya engga sih. Lo yang bolos praktikum cuma demi gue, emang ngga dimarahin dosen?"

"Ngga kok, nyante aja. Gue pengen banget tanya sesuatu sama lo, Dant."

Dianty menautkan kedua alisnya. "Apa?"

(namakamu) menghela napas. Pasti pertanyaannya akan ditertawakan oleh Dianty.

"Pas SMA, gue punya pacar ngga?" tanya (namakamu) hati-hati.

Seketika ekspresi Dianty yang datar berubah menjadi tertawa. Tepatnya tertawa jahat.

"Lo tanya apaan sih maksudnya, emang lo ngga inget masa-masa SMA lo sendiri ya?"

(namakamu) membiarkan Dianty tetap tertawa. Memang ia sudah menduga. Dan siapa pun pasti akan sama seperti Dianty jika ditanya hal seperti itu. Termasuk Salsha dan Steffi.

"Lo itu jomblo (nam), dari pertama masuk sampe lulus lo jadi jomblo ngenes gara-gara banyak yang ngedeketin lo tapi ngga lo tanggepin. Lo terlalu fokus sama lomba kimia yang lo kejar." jelas Dianty singkat.

"Gitu ya?" tanya (namakamu) bingung.

Dianty mengangguk sambil menyeruput cappucino ice yang (namakamu) pesankan untuknya. Sepertinya temannya sedang amnesia sementara. Atau sedang mengetesnya seberapa lama Dianty mengenal (namakamu).

"Lo itu lagi ngetes gue ya? Kok tanyanya gitu?"

Pertanyaan Dianty mengherankan (namakamu).Buat apa ia rela membolos praktikum hanya untuk mengetes Dianty.

"Buang-buang waktu aja buat ngetes lo kayak gini. Pas gue kecelakaan dan koma, lo tau ngga?"

Dianty kembali menganggukan kepalanya. "Ya tau lah, gue ke sana kok pas lo belum bangun. Tante Thalita yang nungguin lo terus, kadang sama Salsha atau Steffi. Kenapa? Apa jangan-jangan lo ngga inget juga kalo lo pernah koma."

My Best GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang