3. Roti Bakar

4.2K 353 2
                                    

Hari ini gue bawain roti bakar buat Iasa :v galaknya udah ilang gara-gara gue bawain roti bakar buatan gue sendiri :p

***

Dengan semangat, pagi ini Iqbaal sudah duduk di depan kelas (Namakamu). Ingin bertemu dengan (Namakamu) dan memberikan sesuatu.
Iqbaal melirik jam tangannya sekilas, lima menit sudah ia menunggu (Namakamu).

Iqbaal segera bangkit dari duduknya ketika melihat (Namakamu) yang berjalan menuju kelasnya dengan diapit dua sahabatnya.

Lalu dua sahabatnya berjalan lebih dulu meninggalkan (Namakamu) ketika sampai di depan kelas dan mendapati Iqbaal.

"Hai, Iasa." sapa Iqbaal.

(Namakamu) memutar kedua bola matanya, untuk apa pagi-pagi Iqbaal menemuinya? Pasti membahas chat kemarin yang di kirim Steffi.

"Ngapain sih lo! Mau bahas chat kemaren? Yang ngirim itu bukan gue, tapi Steffi."

"Galak amat sih masih pagi, nanti cantiknya ilang loh."

(Namakamu) melangkahkah kakinya, tetapi dengan cepat tangan Iqbaal mencekal.

"Apa lagi sih! Gue ga ada waktu nanggepin orang ga penting kayak lo." Ketusnya.

Iqbaal membuka tasnya dan mengambil kotak makan berwarna pink lalu memberikan itu pada (Namakamu).

"Buat lo." Tangan Iqbaal yang memegang kotak itu, terulur ke arah (Namakamu). "Gue bikin sendiri loh."

Tangan kiri Iqbaal mengangkat tangan kanan (Namakamu) dengan paksa, agar (Namakamu) menerimanya.

"Apaan nih?" Tanya (Namakamu) sambil tersenyum miring.

"Roti bakar. Buatan gue sendiri. Kalo lo udah sarapan, istirahat aja di makannya." Saran Iqbaal.

(Namakamu) tersenyum tipis. Perutnya masih kosong belum memakan apapun pagi ini karena tidak ada Ibunya di rumah. (Namakamu) hanya tinggal bersama Ayahnya.

Dan untuk pertama kalinya kedatangan Iqbaal tidak membuat (Namakamu) risih. Bahkan (Namakamu) ingin Iqbaal menemuinya setiap pagi hanya mengantarkan sarapan untuknya.

"Gue belum sarapan. Makasih ya, Baal." Balas (Namakamu) sambil tersenyum penuh kepada Iqbaal.

Iqbaal senang. Ralat, bukan senang. Tapi sangat senang. (Namakamu) tersenyum ke arahnya.

"Sama-sama Iasa. Gu—gue"

Bastian yang sedari tadi mencari Iqbaal, akhirnya menemukan Iqbaal di kelas tetangga. Kelas sebelahnya. Bastian baru ingat, jika Iqbaal menemui (Namakamu).

"Woy!" Bastian menepuk punggung Iqbaal dari belakang. "Masih pagi udah berduaan aja."

(Namakamu) terkekeh melihat ekspresi Iqbaal yang terkejut karena Bastian. Sangat lucu.

"Yaudah Baal, gue ke kelas dulu ya. Sekali lagi makasih." Ucap (Namakamu) sambil berlalu dari hadapan Iqbaal dan Bastian.

Iqbaal kesal dengan Bastian yang sudah mengganggu waktunya dengan (Namakamu). Ia bahkan belum menyelesaikan ucapannya dengan (Namakamu) tetapi Bastian merusak.

"Gara-gara lo." Iqbaal kesal. Ia meninggalkan Bastian dan berjalan menuju kelasnya.

Bastian menatap Iqbaal heran. Harusnya ia yang bertanya kepada Iqbaal, bukan Iqbaal yang menyalahkannya.

"Baal tunggu." Bastian mengejar Iqbaal.

Bastian duduk di samping Iqbaal. "Baal, justru gue mau tanya sama lo."

Iqbaal menatap Bastian sekilas. "Lo udah ganggu gue sama Iasa, bego."

"Lo apain dia, Baal? Kok bisa ga galak lagi? Kok bisa dia senyum sama lo?" Tanya Bastian bertubi-tubi dengan sangat penasaran.

My Best GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang