blurb;

531 67 0
                                    

Tama

Menurut gue, yang bisa mewakilkan rasa kangen gue ke dia yang jauh di sana itu 3 hal, langit, langit lagi, baru setelahnya angin.

Karena kenapa gue bisa bilang langit dua kali? Karena kemana lo pergi, hal pertama yang terlihat pasti langit, sadar atau enggaknya diri lo. Bahkan saat lo di dalam bangunan sekali pun yang terdapat di atasnya adalah langit, baru setelahnya yang menemani lo ngelihat langit itu angin.

Berhubung gue gak bisa menyampaikan rasa kangen gue yang gue pendem lama buat dia, jadi sebisa mungkin gue juga ngelihat langit sambil ngebatin namanya kalo gue kangen sama dia. Kali aja kan dia juga ngerasa kangen, kalau kata bokap nyokap sama keluarga besar gue di Jawa sih gini 'Kalau kangen, dia juga bakal kerasa terus keikut kangen. Namanya itu nembus.' Ya gue mempercayai hal yang sudah terdoktrin di otak gue sejak kecil lah yang pasti. Harap-harap cemas tapi banyak cemasnya kalau dia juga kangen sama gue.

Banyak yang bilang 'Kalau kangen ya tinggal ngomong lah frutang!' Ya kalo buat gue gak sesulit itu mah gue udah ngomong, masalahnya ini rumit. Kayaknya soal kimia pas dulu jaman gue SMA yang seringnya malah hampir tiap saat gue gak pernah dengerin karena gue gak mudeng dan sulit, tapi ternyata gue baru tau kalau ini lebih bikin gue gak mudeng dan lebih sulit. Serius.

Gimana ya, keadaannya tidak mendukung, terus waktu dan tempatnya juga gak bisa di harapkan. Intinya gitu lah, ya masa sih di antara lo lo pada gak pernah ngerasain kangen orang tapi gak bisa bilang, ada kan? Alasan kebanyakan sih karena gengsi terus yang kedua karena 'Emang gue siapanya? Sadar diri lah gue.' Nah, yang kedua tuh yang gue rasain, kalo gengsi sih kayaknya gue malah gak punya malu, tapi dulu. Kalau sekarang ya gengsi juga. Hilih.

.
.
.

CERITA INI BAKAL PENUH DENGAN CRINGE DAN KEHANCURAN PENULISAN.

FirmamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang