Hari ini dan mungkin hari-hari berikutnya akan berbeda untuk Tama. Akan berpengaruh pula pada kebiasaanya. Yaitu menjemput dan mengantar pulang Ninda. Kini setiap harinya wajah Ninda yang sering dia curi-curi untuk di saksikan melalui kaca spionnya. Ninda pula yang sudah tiga kali menemaninya untuk makan.
Sekarang Tama bukan lagi merasakan dia berjalan dengan Nindy saat melihat Ninda. Melainkan Tama benar-benar merasa bahwa dia sedang berjalan bersama Ninda. Ninda Lituhayu.
"Kamaren pulangnya kemaleman gak Nda? Dapet pintu kan?" Ninda mendekat ke arah Tama, karna Ninda tidak dapat mendengar jelas apa yang sedang Tama katakan.
"Iya, untung aja Intan masih belum pulang. Jadi pas Intan dateng sekalian gue masuk."
"Sorry ya, gara-gara nemenin gue makan soto sih." Memang semalam Tama tiba-tiba meminta Ninda menemani untuk makan malam bersama, dan tanpa terasa karena terlalu asik berbincang waktu sudah menunjukkan pukul setengah 12.
"Ya lagian juga, salah siapa gak bawa kunci."
"Ya kan keburu, lo sih juga ngeburu-buru." Tama hanya tertawa, apalagi melihat tampang kesal Ninda melalui spion.
"Hehe, abisnya gue laper banget."
"Halah lo mah ngomong aja pengen ngerjain gue sekalian."
"Ngerjain dari mananya sih Nda??"
"Ya itu buktinya lo seneng banget ngetawain gue." Tama melirik lagi wajah Ninda yang terlihat kesal.
"Abisnya lo cantik, makin cantik kalo lagi marah." Hening, Ninda tidak membalas pernyataan Tama. Bahkan tidak berani menatap wajah Tama melalui spion. Yang Ninda lakukan hanya menoleh ke arah lain, melihat kendaraan yang saling menyalip.
"Merah banget mukanya, malu ya gue puji?" Lagi, Tama menggoda dan tidak ada balasan dari Ninda. Hanya semburat merah yang muncul di pipi sebagai jawaban.
Bahkan setelah Tama memarkirkan motornya pun Ninda tidak berkata apapun.
"Gue anterin ke fakul lo ya Nda." Tama berjalan beriringan dengan Ninda, memang setiap Tama menjemput Ninda, Tama juga akan mengantarkan Ninda ke kelasnya.
"Gak usah, lo langsung aja ke kelas lo. Katanya ada kelas pagi."
"Gakpapa, sekalian." Tanpa rasa canggung, dan tanpa tau bahwa Ninda sudah mau meledak karena malu Tama terus saja berjalan di sebelah Ninda.
"Kok lo diem aja Nda? Kepikiran omongan gue ya? Kalau bikin lo gak nyaman gak usah di pikiran."
"A-apa, enggak gue gak mikirin kok." Namun dari cara Ninda yang berbicara dengan gugup Tama dapat menyimpulkan bahwa Ninda sedang memikirkan perkataanya.
"Udah sampek kelas lo nih, gue ke kelas gue dulu ya. Nanti siang gue juga ada kelas, kalo lo gak ada kelas tunggu gue di cafetaria kampus gue. Oke? Gue ke kelas dulu." Dan sebelum Tama pergi, Tama sempat mengacak rambut Ninda, yang mana menurut Tama wajah Ninda sangat menggemaskan.
Tanpa Tama tau saja, bahwa hati Ninda sangat menyukai perlakuan Tama itu. Hingga membuat pipinya menghangat.
***
"Piye iki konco mesra mergo kependem cinta? Wis wani ngungkapke roso urung?" Ini adalah sekelumit kalimat panjang dari Bayu begitu Tama memasuki kelasnya.
"Apaan."
"Lo tanya apaan, ke artinya, apa maksud lo apaan karena lo belum ngungkapin ke Ninda?"
Tama hanya menggeleng, malas menanggapi tapi temannya perlu di tanggapi, jika tidak pembicaraan mereka akan panjang.
"Gak lah, orang gue sama Ninda cuman temen."
KAMU SEDANG MEMBACA
Firmament
General FictionBertahan dengan yang sudah ada, atau pergi mencari hal baru yang menurutnya lebih membuat bahagia? Cover photo Lai Guanlin by mandarin orange Start : 28 November 2018 End : -