09

77 19 5
                                    

Nindy selalu menatap ke layar ponselnya, berpengaruh pada pekerjaan yang dia lakukan sebagai pelayan cafe, dia sering kehilangan fokus dan sering kali di tegur oleh atasan maupun pelanggannya. Hanya notifikasi dari nama Tama yang dia harapkan.

Nindy tidak tau, hanya perasaannya saja atau memang iya. Namun Tama saat ini sedikit dingin. Sudah 5 bulan mereka berpisah jarak jauh, namun semakin lama sikap Tama semakin acuh.

Hingga notifikasi dari Tama muncul, yang membuat Nindy buru-buru membuka ponselnya.

dimasadyatama: maaf ya Ndy, semalem aku udah tidur. Capek banget abis nugas. Ini sekarang aku ada kelas, entar aku kabarin lagi. Kamu jangan lupa makan oke?

Nindy hanya dapat menghela nafas panjang.

nindykirana: oke, kamu juga. Jangan capek-capek entar malah sakit. Semangat terus yaa♥

Kemudian Nindy mematikan ponselnya lalu kembali fokus bekerja. Hingga Gama yang berkedok menjadi pelanggan mengagetkan Nindy.

"Ehm mbak?" Suara Gama menyadarkan Nindy dari lamunanya.

"Kok ngelamun, saya mau pesen lho ini. Capuccino, sama mau bilang. Sekarang waktunya jam istirahat, jadi ayo minum kopi sama saya." Nindy tersenyum mendengar penuturan Gama, setelah membuatkan pesanan Gama. Nindy duduk menghampiri Gama.

"Kenapa? Kok lo ngelamun? Hal yang sama lagi?"

Nindy mengangguk.

"Kenapa? Cowok lo gak bales pesan lo lagi?"

Gama memang sudah tau jika Nindy memiliki kekasih, unsur Gama terlebih dulu yang bercerita mengenai kisah percintaannya. Karena jika tidak, Nindy tetap akan bungkam.

"Bukan, dia makin cuek dari hari ke hari."

"Sabar aja Nin, bukan gue mau ngomporin atau apa ya. Mungkin dia lagi pada fase jenuh, apalagi kalian hubungan jarak jauh. Wajar kalo jenuh sama capek itu ada. Karena baik lo maupun dia gak bisa mengikis jarak itu kalo mau ketemu. Iya kan?"

"Tapi ini, gue sama dia bahkan sekarang jarang banget sekedar chattingan Gam."

"Iya gue tau, mungkin emang dia lagi sibuk juga Ndy, posthink aja. Yang di butuhin kalo di hubungan kalian ini cuman saling percaya. Karena kalo salah satu gak percaya, pondasi hubungan kalian gak akan kuat. Hubungan kalian bakal retak di jalan. Jadi lo yang kuat aja, kalo lo emang pengen ketemu dia. Lo balik pas liburan, lo susul dia ke Jogja."

Nindy menghembuskan nafas panjang, dirinya lelah. Ingin berbagi cerita panjang lebar dengan Tama, namun Tama sendiri sangat sulit bahkan untuk membalasa pesannya dengan 3 kata.

"Bulan depan liburan, lo bisa pulang."

"Emang mungkin bener kata lo Gam, dia lagi di fase jenuh. Dan gue gak bisa maksain hal itu, biarin dia nanti dengan sendirinya balik lagi. Buat sekarang biairn dia hilangin rasa jenuhnya dulu. Gue gak mau terlalu maksa apalagi nuntut dia selalu komunikasi sama gue."

Gama tersenyum mendengar penuturan Nindy yang mau mendengarkan nasehatnya. Hingga Gama bertanya-tanya, seberuntung apa Tama mendapatkan kekasih penuh pengertian seperti Nindy.

"Makasih juga udah ngasih masukan ke gue Gam. Kalo lo gak ngasih gue masukan kayaknya pikiran gue bakal sempit dan udah mikir yang enggak-enggak."

"Sama-sama, jadi sekarang yang fokus biar gak di marahin mulu sama atasan lo. Kalo emang Tama gak bales pesan lo, atau gak ngehubungin lo. Udah positif thinking aja, mikir aja kalo Tama sibuk. Atau kalo enggak jangan terlalu dipikirin. Kalo dia ngehubungin lo ya lo bales, kalo enggak ya udah, kasih dia waktu. Tapi jangan lupa, meskipun dia gak ngehubungin lo. Tapi lo harus tetep hubungin dia."

"Emang kenapa gue harus ngehubungin dia?"

"Biar suatu saat kalo semisal ada kejadian yang gak mengenakkan dan gue harap jangan sampek, lo gak jadi pihak yang di salahkan. Karena meskipun dia gak ngabarin lo atau gak ngechat lo, seenggaknya lo udah menyempatkan diri buat ngehubungin dia dulu secara rutin. Paham?"

Nindy mengangguk paham mendengar Gama berbicara, dan anggukan Nindy membuat Gama merasa gemas. Hingga Gama menarik pipi yang dulunya saat pertama kali bertemu terlihat bulat kini semakin tirus.

"Aww sakit Gama."

"Abisnya lo ngegemesin banget, makan yang banyak kek jangan malem-malem juga tidurnya, jangan capek-capek. Lihat tuh pipi lo tirus banget, entar kalo lo pulang ke Indo, malah bikin kepikiran nyokap lo. Mau?"

Nindy menggeleng, yang lagi-lagi di mata Gama terlihat menggemaskan.

"Kayak kucing lo."

"He?! Kok bisa? Emang mata gue narik ke atas?!"

Gama tertawa ringan.

"Bukan, tapi lo ngegemesin, cocok buat di unyel-unyel."

"Huu, gue kira apaan, ya udah gue kerja lagi ya."

"Iya sana, gue tungguin disini sampek lo pulang."

"Iya awas aja ganggu kayak biasanya."

"Enggak nona." Nindy tertawa sejenak lalu kembali berdiri di belakang mesin pemesan.

Nindy bersyukur setidaknya di sini ada Gama yang sedikit banyak mengerti tentang Nindy, yang dapat menjadi tempat Nindy berbagi keluh kesah.

Gama yang selalu menenangkan Nindy dengan pemikiran-pemikiran postifnya, Gama yang selalu mengajak Nindy untuk berjalan-jalan ketika melihat Nindy merasa suntuk atau melihat Nindy banyak masalah.

Dan Gama orang pertama yang ada di dekat Nindy jika Nindy sedang sedih, butuh penenang dan membutuhkan tempat berbagi masalah yang dia hadapi setiap harinya. Di saat orang yang Nindy harapkan sekarang tidak pernah mengisi posisi Gama.

Meskipun sejujurnya dalam benak dan hatinya Nindy sangat ingin, yang berada di tempat Gama adalah Tama.

Namun apakah Tama juga merasakan hal yang serupa, seperti apa yang Nindy inginkan? Apakah Tama juga akan berharap bahwa di dekatnya ia ingin melihat Nindy? Apakah ia juga merindukan Nindy?

Seharusnya jika dia merindukan Nindy bukankah Tama dapat lebih sering menghubungi Nindy, di saat dulu yang dia katakan adalah, Nindy prioritas utamanya.

Dan akankah kemungkinan buruk yang tadi di bicarakan oleh Gama akan terjadi? Mungkin iya meskipun hati berkata tidak akan.

Mata Nindy menatap Gama yang fokus mengerjakan sesuatu di ponselnya sambil sesekali menyesap kopi pesanannya.

Wajahnya tampan dan sikapnya juga baik, hingga tanpa sadar bibir Nindy terangkat ke atas membentuk senyuman sembari menatap wajah tampan Gama dari samping.

.
.
.

Hayoo jadi kira-kira yang salah siapa? Nindy juga salah gak, gara-gara senyum ngelihat wajah ganteng Gama?

Ada yang tau visualisasi Gama gimana?

FirmamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang