Mungkin pemikiran semua murid yang sudah duduk di bangku kelas 12 bahwa semakin hari waktu semakin cepat memang benar. Setelah seminggu yang lalu mereka mengikuti ujian, dan pengumuman penerimaan mahasiswi sudah di umumkan, namun sampai detik ini pun Nindy belum mengatakan apapun kepada Tama tentang dirinya yang kini resmi menjadi mahasiswi di luar.
Nindy dan Tama kini duduk berdua untuk makan siang sehabis Tama meminta Nindy untuk menemaninya ke rumah Riki.
"Gimana persiapan kuliah kamu, Tam?"
"Gak ngerti, masih gak tau aku. Berat rasanya yang mau pindah Jogja." Dan seperti yang sebelumnya Tama bicarakan bahwa kemungkinan dia berkuliah di Jogja terbukti benar.
"Tama?" Nindy meminum minumannya sebelum memulai pembicaraannya dengan Tama, membahas perihal kepindahannya ke Brooklyn.
"Apa? Ehh Ndy, ngomong-ngomong gimana ya kalau disana aku kecantol sama cewek lain?" Nindy menghela nafasnya, sambil menyunggingkan senyum. Bahkan belum sempat Nindy berbicara tentang dirinya, Tama sudah memotong pembicaraannya dengan kemungkinan hal yang menyakitkan dan sangat menyebalkan untuk di dengar.
"Ya aku tinggal pergi lah." Nindy menjawab sekenannya sambil melihat ke sekelilingnya.
"Kamu gak mau nyuruh aku jangan ninggalin kamu gitu?"
"Buat apa, kalau kamu sayang sama aku ya ngapain aku bilang gitu ke kamu? Emang logis? Kalau kamu mau ninggalin aku ya silahkan."
Entah mengapa perasaan Nindy saat ini sangat kesal kepada Tama, mungkin Nindy selalu berpikir bahwa Tama selalu menerapkan Nindy seharusnya bersyukur mendapatkan kekasih seperti Tama.
"Ih gitu aja ngambek. Takut banget ya aku tinggalin?" Lagi dan lagi, hingga Nindy merasa terlalu muak. Setiap saat pemabahasan Tama tidak akan jauh dari kata bersyukur karena dapat menjadi pacarnya, dan tentang Nindy yang seolah sangat takut kehilangan Tama dan tidak bisa mendapatkan pengganti seperti Tama.
"Enggak, siapa juga yang marah. Aku mau pulang aja, capek banget." Sebisa mungkin wajah Nindy tidak terlihat kesal bahkan meskipun hatinya sangat kesal terhadap Tama.
"Kok udah mau balik, kayaknya tadi kamu mau ngomong sama aku ya?"
"Kapan? Enggak tuh, kamu aja kali salah denger Tam. Ayo deh yuk pulang." Tanpa banyak bertanya dan membantah Tama mengajak Nimdy pulang.
Selama di jalan menuju rumah Nindy, baik Nindy maupun Tama hanya diam tanpa banyak bicara. Bahkan setelah sampai rumah pun Tama hanya berpamitan untuk langsung pulang dan di jawab dengan anggukan oleh Nindy.
***
Nindy
Aku tidak tau, apa hanya kisah hubunganku saja atau mungkin kisah orang lain juga mengalami perubahan. Dari awal kedekatan hingga berjalannya hubungan itu sendiri.
Mungkin dapat aku ceritakan sedikit tentang kisah yang ku jalin dengan Tama. Saat awal kita dekat Tama adalah orang yang sangat perhatian dan pengertian. Mungkin sifat awal masih ada meskipun sedikit. Namun semakin kesini Tama sedikit banyak berubah, entah hanya aku yang terlalu berlebihan mengartikan atau memang begitu adanya.
Dia yang biasanya menanyakan bagaimana aku saat ini, sudah tidak lagi. Semakin lama yang aku rasakan dalam hubunganku dengan Tama adalah dia hanya mengejar status pacaran dan membuang status sendiri. Bahkan aku bersanding dengannya, terkadang aku merasa hampa dan kosong.
Hubunganku dengan Tama tidak bisa di katakan sebentar juga, hubunganku dengannya bukan lagi hitungan minggu atau bulan namun sudah hitungan tahun, kira-kira hampir 4 tahun, jika bulan depan hubunganku dengannya baik-baik saja. Aku harap begitu.
![](https://img.wattpad.com/cover/164688139-288-k888017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Firmament
General FictionBertahan dengan yang sudah ada, atau pergi mencari hal baru yang menurutnya lebih membuat bahagia? Cover photo Lai Guanlin by mandarin orange Start : 28 November 2018 End : -