23

51 11 6
                                    

Gama tetap terdiam memandang Ninda. Hingga Nindy menyenggol tangannya untuk duduk.

"Gama, sini duduk dulu."

"Oh iya iya." Gama tersadar dari ketercengangnya, lalu duduk di samping Nindy.

"Tama, Ninda. Kenalin ini Gama, temen aku di Brooklyn dan yang udah ajak aku balik lagi ke Jogja."

Tama menyalami Gama. "Gue temennya Nindy dari Jakarta."

"Iya, gue Gama. Salam kenal bro."

Tama hanya tersenyum tipis, namun wajahnya menunjukkan dia sedikit malas.

"Oh iya, Ninda tadi udah kenal ya sama Gama?" Nindy berujar, membantu Gama yang terlihat tidak nyaman dan ingin terlepas dari rasa canggung.

"Ehh mm iya, kita kenal waktu sma." Ninda sedikit tergagap, apalagi fokusnya kini sepenuhnya menatap Gama.

"Ninda juga asli Jogja?"

Ninda menggeleng, "Gue asli Semarang, terus pindah ke Bandung. Tapi pas sma nyokap nyuruh gue sekolah di Jogja aja."

Nindy mengangguk lalu menyuruh Gama untuk memesan.

"Mau pesen apa Gam?"

"Samain aja kayak lo."

Nindy mengangguk, lalu berjalan ke meja pemesanan, meninggalkan Gama yang terjebak pada keheningan.

Bahkan sampai Nindy kembali pun baik Gama, Tama, dan Ninda saling diam. Seolah tak ada yang menempati meja itu.

"Kok pada diem-dieman?" Gama menoleh ke arah Nindy, lalu lebih mendekatkan kursinya pada kursi Nindy. Membuat Tama langsung menoleh ke arah mereka berdua.

"Masih kagok mau ngomong bareng Ndy."

Nindy tersenyum tipis.

"Ehh Tam, gimana kabar mama sama papa?"

Nindy menanyakaan keadaan kedua orang tua Tama, karena selama ia di Brooklyn ia tidak sempat untuk bertemu orang tua Tama.

"Baik sih Ndy, apalagi kemarin mama maksa banget mau ke sini."

"Terus? Jadi kesini akhirnya?"

"Enggak, gak aku bolehin. Mama abis dateng dari Padang, terus mau langsung ke sini. Kan kasian, bakalan capek. Apalagi mama di Padang abis ngurusin kerjaan."

"Iya sih, tapi palingan entar juga bakal ke sini Tam."

"Kayaknya sih iya, mama banget kalau gitu. Mama nanyain kamu mulu, kangen katanya."

"Ya udah entar aku vc mama."

Gama dan Ninda hanya diam, memandang Tama dan Nindy yang asik bercerita. Gama yang paham segelanya dan Ninda yang tak tau apa-apa.

"Emang mama Tama kayak gimana Ndy?"

Nindy menoleh ke arah Ninda, lalu menunjukkan senyum antusias.

"Mama Tama baik banget Ndy, beneran. Alus banget. Pinter masak, apalagi kalau masak kare. Gak kayak anaknya nih."

"Aku apa?"

"Ngeselin." Ucapan Nindy, otomatis membuat Tama tersenyum. Dia rindu cara Nindy yang berbicara begini padanya. Serta ekspresi wajahnya yang semakin membuat rindu.

Ninda kembali terdiam, nyatanya mengajak Nindy dan Tama mengobrol percuma, mereka hanya asik dengan satu sama lain.

Makanan yang mereka pesan datang, membuat meja kembali hening dan hanya terdengar dentingan sendok.

"Siniin acarnya Ndy."

"Gakpapa Gam?"

"Udah siniin." Nindy tersenyum, lalu memberikan acarnya pada Gama.

FirmamentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang