Nindy kini sudah berganti pakian menggunakan baju santai bermotif batik yang kemarin ibu Gama belikan, ia keluar dari kamar untuk menuju kamar Gama. Berniat turun kebawah untuk makan bersama Gama.
Tok tok tok
"Gama?"
Tok tok tok
"Gama?"
Setelah ketukan kedua, Gama membuka pintu dengan mata setengah terpejam. Matanya seketika terbuka ketika melihat Nindy di depan pintunya.
"Nindy? Kok lo pakek daster?" Tanya Gama sedikit terkejut.
"Kenapa? Aneh ya gue pakek ini?"
"Eh enggak, lo cocok banget pakek ini. Masuk warnanya di kulit lo." Ucap Gama, harus Gama akui pakaian sederhana dengan rambut Nindy yang di gelung ke atas membuat Nindyse makin terlihat cantik.
"Bilang aja deh kalau gue cantik." Canda Nindy sambil terkekeh pelan.
"Iya lo cantik." Nindy langsung terdiam mendengar jawaban Gama, ia tersenyum tipis.
"Lo udah mandi?" Tanya Nindu mengalihkan rasa canggungnya.
"Belum."
"Ya udah mandi dulu, terus turun kebawah buat makan. Gue mau siapin dulu masakannya."
"Loh ibu kemana?"
"Tadi ibu pesen ke gue. Kalau lagi ada acara di kantor bapak."
"Oh gitu. Ya udah gue mandi dulu."
Nindy mengangguk kemudian menuju dapur untuk berkutat dengan bahan makanan malam ini. Ibu berpesan agar Nindy yang memasak, karena kata ibu, Gama kurang cocok dengan masakan pekerja di rumah ini.
Nindy fokus dengan segala hal di hadapannya, memotong sayuran, menyicipi kuah, dan kegiatan lainnya. Hingga tidak menyadari bahwa Gama sudah duduk di meja makan sambil mengamati segala aktivitas Nindy. Gama tersenyum, boleh tidak jika kali ini ia membayangkan bahwa posisi Nindy adalah istrinya ah tidak itu terlalu jauh untuk Gama, cukup menjadi kekasihnya. Gama membayangkan Nindy menjadi kekasihnya, itu mampu membuat senyum Gama mengembang.
Gama berjalan mendekati Nindy, kemudian duduk di kursi pantry.
"Loh udah kelar mandinya Gam?" Tanya Nindy menatap Gama sekilas kemudian mengecek masakannya kembali.
"Hmm, perlu bantuan gak?"
"Gak usah deh, entar nih malah gak jadi makananya."
"Ah lo mah ngehenina kemampuan gue."
"Ya udah, itu tolong ya Gama bawang bombay sama daun bawangnya di potong-potong, di cuci dulu tapi sebelumnya."
"Okee." Jawab Gama senang, entah mengapa sesaat Nindy melihat sosok anak kecil dalam diri Gama.
Gama berkutat dengan kegiatan memotongnya hingga tidak menyadari Nindy yang berdiri di sampingnya untuk melihat bagaimana hasil kinerja Gama.
"Gama, itu potongannya gede banget."
"Ah enggak deh, tuh lihat gak kan."
"Itu mau di tumis Gama bukan mau di masukin ke kuah."
"Eh hehe iya ya?"
"Sini. ini lihat ya caranya motong." Nindy mengajari Gama bagaimana caranya memotong, namun bukannya memperhatikan gerakan memotong Nindy. Gama malah sibuk memperhatikan wajah Nindy dari samping.
"Udah bisa kan?"
"Eh iya bisa, sini coba gue yang motong."
"Gama itu jari-jarinya di masukin, jangan di keluarin gitu biar gak kena pisau."

KAMU SEDANG MEMBACA
Firmament
Ficción GeneralBertahan dengan yang sudah ada, atau pergi mencari hal baru yang menurutnya lebih membuat bahagia? Cover photo Lai Guanlin by mandarin orange Start : 28 November 2018 End : -