Hari ini ibu Gama mengajak Nindy untuk menemaninya belanja kebutuhan dapur, Gama sudah melarang mati-matian namun ibunya tetap memaksa untuk mengajak Nindy pergi dengan alasan 'kapan lagi ibu ngerasain punya anak cewek?'
"Bu, kok gak nyuruh pembantu aja sih? Kasihan tuh Nindy, pasti jetlag."
"Loh orang Nindy mau kok ibu ajak ya kan nduk?"
Nindy mengangguk sambil tersenyum "Gakpapa Gam, gue nemenin ibu. Biar tau juga daerah sini."
"Ya udah Gama anterin ya bu."
"Gak usah lah, biar sopir aja yang nganterin, kamu di rumah aja, soalnya kamu cerewet kalau ibu lama belanjanya."
"Biar Nindy aja bu yang nyetir, Nindy bisa kok."
"Eh bener? Tuh udah kamu diem di rumah aja Gama."
"Nggih bu, nggih." Gama melipat mukanya kemudian mengekori ibunya ke arah garasi.
"Ngapain kamu sampek sini?"
"Ya Allah bu, Gama cuman mau nganterin sampek sini aja."
"Oh gitu, ya udah sana masuk. Jangan keluyuran dulu masih pagi."
"Nggih buu, Gama joging keliling komplek aja kalau gitu."
"Iya. Ayo nduk keburu siang nanti malah gak kebagian."
Setelah mengiyakan Nindy mengambil tempat di kursi pengemudi, mengemudikan mobil milik ibu Gama sambil di arahkan oleh ibu Gama.
Begitu sampai di pasar, Nindy hanya mengekor di belakang ibu. Mendengarkan percakapan yang terjadi di sekitarnya, memahami kata perkata yang keluar dari bibir pembeli dan penjual. Sesekali Nindy tersenyum melihat interaksi sesama pedagang dan bagaimana pembeli menawar barang.
"Nduk, kamu mau apa?"
"Enggak bu, Nindy gak mau apa-apa."
"Gak mau ibu masakin?"
"Enggak bu, apa yang di masak ibu Nindy suka kok."
"Duh, ibu makin pingin anak cewek kalau gini." Nindy hanya tersenyum simpul menanggapi kalimat ibu yang sering kali di lontarkan.
"Gak berat itu belanjaannya? Sini ibu bawa."
"Ah enggak kok bu, biar Nindy aja. Ini juga ringan kok."
"Ya udah, ayo ke tempat langganan ibu."
"Iya bu." Lagi-lagi Nindy hanya mengekori ibu, iya hampir saja menubruk punggung ibu saat matanya fokus menatap penjual ikan koi. Ia tersenyum sambil melambai kecil, seolah berpamitan pada ikan yang berada di akuarium.
Nindy sibuk menatap segala hal yang terjadi di dalam sini, segala aktivitas yang sedang terjadi di depan matanya, pagi ini segelintir orang tersenyum bahagia karena dagangannya laku terjual, hal ini menularkan perasaan bahagia kepada Nindy hingga membuat Nindy juga ikut tersenyum.
"Nah ini nduk, ini tempat langganan ibu."
Nindy menatap papan nama kedai yang sudah terlihat kuno dari tulisannya, warnanya yang Nindy perkirakan awalnya putih kini menjadi kuning, ia melihat sekilas kedalam kedai yang lumayan ramai orang mengantri. Lalu menyusul ibu masuk kedalam kedai. Ternyata ini kedai penjual makanan manis.
"Kamu duduk sini dulu, biar ibu pesen dulu. Disini ketan item sama ketan merahnya enak. Nindy suka ketan enggak?"
"Suka kok bu, biar Nindy aja yang pesen."
"Gak usah sini aja kamu."
"Nindy pengen ikut lihat bu, boleh?"
"Ya udah ayo."
Nindy berjalan di samping ibu, persis seperti anak perempuannya. Ia melihat berbagai makanan manis dari balik etalase.
"Ibu, boleh beli ini enggak?" Tanya Nindy sambik menunjuk mochi berisi kacang merah.
"Boleh, kenapa Nindy suka?"
"Kesukaan Gama bu." Ibu tersenyum mendengar jawaban Nindy.
"Iya ibu beli yang banyak, Nindy mau apa lagi? Mau ini enggak gethuk enggak?"
"Enggak bu, Nindy makan bubur aja."
Ibu memesan 2 mangkuk bubur ketan merah dan ketan hitam dan mochi satu kotak untuk Gama. Nindy menyantap bubur di hadapannya dengan nikmat sambil tersenyum sumringah, membuat ibu gemas dengan kelakuan Nindy.
"Kamu mau nggak jadi anak ibu?" Tanya ibu tiba-tiba membuat Nindy tersenyum.
"Aku anak ibu kok bu."
"Jadi anak perempuan maksudnya menantu nduk." Nindy membelalakkan matanya.
"Aduh bu.."
"Kenapa Nindy udah punya pacar ya?"
"Eh enggak bu, bukan gitu. Aduh, Nindy sama Gama cuman temen aja bu."
"Iya gakpapa ibu ngerti, kan nanti bisa tuh temen jadi cinta."
"Ah ibu, Nindy gak berpikir sampek kesitu."
"Gakpapa, makanya biar ibu aja yang mikirin sambil ngerencanain hubungan kamu sama Gama."
Nindy tersenyum kaku, ia sudah kehabisan kata untuk menjawab ucapan ibu.
"Jangan di pikirin sekarang, nanti aja. Ayo sekarang di habisin buburnya, enak kan?"
"Eh enak kok bu."
"Nindy mau lagi?"
"Enggak bu, Nindy ini udah kenyang. Ibu sebentar lagi mau kemana?"
"Nanti mampir ya ke toko ujung jalan, Nindy mau nemenin ibu?"
"Iya bu, Nindy temenin."
Sesudahnya makan, ibu dan Nindy kembali menyusuri dalam pasar. Ibu mampir ke dalam toko batik, melihat-lihat kemudian menanyakan ukuran kepada pegawai toko. Nindy hanya mengamati sambil sesekali melihat motif batik pada pakaian yang di jual disini.
"Ayo Ndy, ibu udah selesai."
"Loh cepet banget bu. Ibu mau kemana lagi?"
"Udah, ayo pulang. Ini buat kamu nanti pakek ya sampek rumah."
Nindy melihat kedalam kantong plastik yang ibu beri, yang ternyata di dalamnya berisi baju santai bermotif batik.
"Bu ini bagus banget, ibu kok repot-repot beliin Nindy."
"Gakpapa, buat anak ibu. Lagian kayaknya kamu gak bawa baju banyak."
"Makasih ya bu."
"Iya sama-sama ayo pulang."
Nindy tersenyum senang, ia bahagia dengan kebaikan keluarga Gama. Di kota ini ia kehilangan seseorang yang sangat berharga untuknya, dan di kota ini pula ia menemukan satu keluarga yang kini sangat berharga untuknya. Ia sangat bersyukur atas hal ini. Memang rencana Tuhan itu indah, ia di jauhkan dengan 1 orang, kemudian di kirimkan pula 1 paket lengkap untuk dirinya yang merasa sepi.
.
.
.Tbc, maaf ya slow update hehe.
![](https://img.wattpad.com/cover/164688139-288-k888017.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Firmament
General FictionBertahan dengan yang sudah ada, atau pergi mencari hal baru yang menurutnya lebih membuat bahagia? Cover photo Lai Guanlin by mandarin orange Start : 28 November 2018 End : -