Jangan lupa vote dan comment, biar gue rajin updatenya. Hehe.
Sore ini Nindy sudah bersiap rapi, pagi tadi Akbar menghubunginya. Sejujurnya Nindy terlebih dahulu yang meminta bantuan Akbar agar Tama dan dirinya dapat bertemu. Dan sesuai kesanggupan Akbar. Sebentar lagi, Nindy akan menjumpai Tama. Seorang diri, tanpa di temani siapapun.
Namun sebelum memutuskan pergi, Gama sudah mewanti-wanti dan menasehati Nindy. Bagaimanapun keadaannya nanti, jangan sekali pun meneteskan air mata.
Nindy menghembuskan nafas berkali-kali, merasa gugup seolah dirinya tidak pernah berjumpa dengan Tama sebelumnya. Seolah ini adalah kali pertamanya dia bertemu dengan Tama.
Nindy memasuki lift, begitu taksi online yang dia pesan sudah menunggu di depan. Selama dalam perjalanan doanya dalam hati hanya satu, sesingkat itu namun tetap sangat penting 'semoga hari ini segalanya lancar, dan tidak ada hal yang dapat menyebabkan kesedihan.'
Nindy memasuki cafe sesuai dengan alamat yang Akbar kirimkan untuknya. Di ujung cafe, Nindy dapat melihat Akbar duduk berdiam melihat jalanan sambil menyesap kopinya. Nindy menghampirinya lalu duduk di hadapan Akbar yang membuat laki-laki itu sedikit terkejut.
"Maaf ngaggetin Bar. Udah lama disini? Maaf ya gara-gara saya, jadi nyusahin kamu gini." Akbar menggeleng sebagai jawaban lalu tersenyum singkat, senyuman yang sudah dapat mewakili bahwa dirinya baik-baik saja.
"Gakpapa, saya seneng kalau ada yang butuh bantuan saya." Nindy mengangguk sambil berfikir topik apa yang pas untuk di angkat sebagai bahan pembicaraan.
"Mm, terus gimana kamu ngajak Tama ke sini?" Akbar tersenyum sendiri, entah memikirkan apa. Senyumnya tetap mengembang bahkan saat cerita.
"Saya bilang, kalau saya pengen minta saran ke dia gara-gara gebetan saya marah ke saya. Padahal gebetan aja gak ada, saya cuman ngarang biar Tama mau dateng kesini." Nindy tersenyum lebar, Nindy tau sebagaimana menggelikannya kalimat itu untuk Akbar.
"Terus, dia gak curiga?"
"Enggak, saya sekalian bilang nongkrong buat upaya ngehibur saya. Dan saya juga bilang, supaya dateng sendiri." Nindy mengangguk paham.
"Dia ngaku ke saya kalau hari ini ada kelas kuliah." Ujar Nindy yang membuat Akbar sedikit mendelik kaget.
"Serius? Hari ini gak ada kelas, dia juga ada di kosan, tapi pas saya berangkat kesini dia emang lagi ke kosan Ninda. Dia bilang sebenernya dia mau jalan bareng Ninda hari ini, terus saya kacauin karena kamu minta ketemu." Nindy sedikit terkejut, namun dia berusaha mengontrol wajahnya dengan mensmpilkan senyum.
"Serius? Dia kencan terus ya. Segala bohong lagi ke saya. Emang dia tuh, tapi makasih ya Bar. Udah bujuk Tama."
Nindy berusaha bersikap biasa saja. Menahan segala jenis rasa kesedihan yang seketika muncul.
"Sama-sama, ngomong-ngomong kamu di Brooklyn kuliah atau gimana Nin?"
"Saya kuliah disana. Cari pengalaman hidup. Berusaha bertahan hidup sendiri di negeri asing."
"Emang kamu ngambil jurusan apa kok sampek sejauh itu kuliahnya?"
"Kedokteran, ya mungkin memang rejeki saya di sana. Buat makin ngasah kemampuan." Akbar hanya dapat berdecak kagum.
"Itu mah hebat banget Nin. Saya turut seneng ya, semoga cita-cita kamu terkabul." Nindy hanya mengamini.
"Kamu ke Jogja sendirian? Memang tujuannya mau ketemu sama Tama?"
"Enggak sih, ke Jogja bareng sama temen, soalnya dia sekalian pulang. Ya tujuan awalnya memang mau ketemu sama Tama."
"Terus kamu disini tinggal di mana Nin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Firmament
General FictionBertahan dengan yang sudah ada, atau pergi mencari hal baru yang menurutnya lebih membuat bahagia? Cover photo Lai Guanlin by mandarin orange Start : 28 November 2018 End : -