Bab 12

28 4 3
                                    

Langkahnya begitu cepat tak biasa memasuki ruang kelasnya yang diikuti oleh tiga teman kelas lainnya. Annasya yang masih duduk di bangku Sally yang tepat di samping tembok kelas, melepaskan earphonenya sambil memandang heran pada wajah Sally kecewa.

"Kenapa Sal?" Annasya memegang bahu kiri Sally

"Habis patah hati, Sya" ucap Nando dari bangkunya yang menghadap kea rah Annasya dan Sally.

Annasya menajamkan pandangannya pada Nando yang mulai mengusili Sally.

Nando yang merasa diperhatikan oleh Annasya dengan tatapan mautnya memperbaiki duduknya. "Kak Ardi ternyata uda punya pacar. Pindahan dari Jakarta" Nando berbicara pada Aidan yang duduk di depannya namun lirikan matanya seolah mengarah pada Annasya. "Oh iya yah. Kalo Kak Ardi kan pernah tinggal lama di Jakarta. Jadi wajar aja sih punya teman cewek disana" sambunya tak berdosa.

Degh

Dia udah punya pacar?

Terus ngapain nyuruh aku buat bales Whatsapp dia?

Annasya menghelas nafas pelan dan mengusap bahu Sally. Meski pandanganny masih tetap pada Sally tapi ia masih mendengar dengan jelas setiap kata dari Nando yang menceritakan tentang Kakak kelasnya itu. Memang Annasya sejak dulu tak pernah tahu dan tak ingin cari tahu tentang Ardi. Mulai ia menjadi anak baru di Sekolah ini, ia tidak tertarik sama sekali untuk mencari tahu tentang kakak kelasnya itu.

Ia pernah melihat wajah Ardi sekilas, yang waktu itu Annasya nyaris terlambat mengikuti upacara bendera dan tidak sengaja mereka berdua berjalan beriringin di lorong kelasnya. Dan itu sudah cukup lama. Hingga kakak kelasnya itu muncul kembali dengan segala perhatian dan pertemuan yang tak ia sengaja di luar Sekolah.

Untuk menghibur sahabatnya itu, ia merogoh isi tasnya. Kemungkinan ia bisa menemukan sebungkus snack atau apa yang bisa ia makan. Annasya hanya menemukan sebungkus coklat dan langsung menawarkan Sally.

"Thanks, Sya"

"Segitu sukanya ya?" Annasya menatap Sally dengan penuh tanya

Sally mengangguk mengiyakan.

Anansya menyodorkan tisu dan juga sebotol air mineral di depan sahabatnya. "Kan aku udah bilang. Jangan terlalu memaksakan diri untuk menunjukkannya pada orang yang kita sukai. Terkadang yang menurut kita, dia adalah yang terbaik, tapi ternyata malah sebaliknya"

"Sayangi hati dan dirimu, Sal. Perasaan yag tumbuh di masa-masa SMA memang indah. Tapi, akan menjadi penyakit bilamana kita sudah sadar akan rasa yang tumbuh itu akan layu sebelum di petik oleh pemiliknya"

Sally menoleh dan memeluk tubuh Annasya yang masih tegak. "Makasih banyak Sya. Kamu selalu buat aku tenang"

"Tapi Sya, aku kok gak nerima gitu ya?"

"Mungkin kamu masih penasaran aja sama Kak Ardi itu" Anansya mengangkat kedua bahunya seolah tak peduli tentang sosok Ardi itu.

***

Bel bunyi bebrunyi nyaring panjang. Murid-mmurid mulai berhamburan keluar kelas. Sally menyusun buku-buku pelajarannya ke dalam tas dengan sedikit terburu-buru. Lalu ia pamit pada Annasya yang masih merapikan bukunya yang berhamburan di atas meja untuk pulang terlebih dulu.

"See you Monday, Sya"

"See you too, Sal"

Setelah merapikan bukunya yang sudah di atas meja ia pun menggendong tas ranselnya dan meninggalkan ruangan kelasnya. Ponsel Annasya tiba-tiba bergetar dua kali.

Brother Somplak : Baru keluar kelas, mungkin aku telat jemput.

Brother Somplak : Tungguin di depan Sekolah aja. Jangan kemana-mana.

He Is MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang