Biasakan vote dulu baru baca ya :D
.
.
.
.
Suasana taman kota mulai ramai dengan anak-anak bersama orang tuanya. Ada yang terduduk lesehan di bawah pohon berdaun rimbun bersama teman-teman dan juga ada yang bersendau gurau antara anak dan bapak.
Kedua matanya selalu berkeliling sembari menikmati suasana yang sangat jarang ia temukan. Biasanya, taman ini memang selalu ramai ketika ia mengunjunginya di akhir pekan, namun untuk kali ini, Annasya baru menyadari bahwa ia terlalu dingin untuk menikmati momen seperti ini.
Ditengah taman sudah dipadati dengan keluarga dan juga beberapa anak remaja yang menjadikan taman sebagai objeknya. Mungkin untuk sekedar bersantai ria dengan sebayanya atau melakukan pertemuan santai dengan beberapa teman kampusnya. Annasya mencari-cari tempat yang sedikit sunyi untuk buku juga untuk dirinya.
Matanya tertuju pada sebuah ayunan besi di sudut taman, kemudian dengan langkah yang sedikit santai ia menghampiri ayunan tersebut dan mulai mengambil buku bacaannya. Suara gesekan besi ayunan menjadi teman untuk dirinya yang sedang duduk bersandar.
Saat ia meneguk air dari botol yang ia bawa dari rumah, ponselnya seketika berdering.
Penguntit is calling...
Annasya pun menggeser tombol hijau.
Penguntit : Halo. Assalamu'alaikum. Lagi dimana?
Annasya : Wa'alaikumsalam. Lagi di taman kak.
Penguntit : Oh. Sendirian?
Annasya : Iya
Penguntit : Dekat kompleks kita kan?
Annasya : Hm
Dan telpon itu pun terputus. Annasya mengeritkan dahi sambil menatap ponselnya yang sudah kembali ke layar utama. Ia kembali menyimpan ponselnya di atas tas, dan kembali melanjutkan bacaannya.
***
Setengah jam lebih Annasya mengisi waktu santainya dengan membaca beberapa lembar, lalu ia menutup buku dan menyimpannya ke dalam tas beserta botol minumannya. earphone sudah terpasang rapi di kedua telinganya yang tertutup rambut yang terurai dengan ia juga sebuah topi jeans untuk menutupi sedikit wajahnya. Tahu lah itu topi siapa? Siapa lagi kalau bukan, punya Ardi yang di pinjamkan tempo hari.
Matanya terbelalak seketika, saat seseorang langsung saja duduk dihadapannya. Suaranya membuat orang-orang yang sedang berlari santai menoleh padanya, dan dengan cepat Ardi menutup mulut Annasya dengan telapak tangannya, menyuruhnya untuk tetap tenang dan diam.
"Apa sih kak? Ngagetin" jawab Annasya yang berusaha menepis tangan Ardi
Ardi terkekeh, "daritadi Sya aku manggil tapi kamunya gak balik. Ternyata kamu pakai ini toh?" Dengan cepat Ardi melepas earphone milik Annasya.
Annasya hanya tertunduk malu dan melepas topi yang terpasang rapi di kepalanya. Namun, tangannya di tepis oleh Ardi. "Jangan di lepas. Biarin kaya gitu."
Kepala Annasya mendongak ke arah wajah Ardi, lalu menunduk kembali. Ardi tersenyum, dan melirik sebuah buku di pangkuan Annasya yang berwarna merah muda. Sebenarnya Ardi sangat penasaran pada Annasya, sepertinya ia merasa tak banyak tahu tentang perempuan yang dihadapannya ini.
"Kamu suka nulis?" tanya Ardi sambil melepas jaketnya
"Eh.. Iya kak"
"Oh... Sejak kapan? kok aku gak tahu ya?"

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine
Fiksi Remaja[MAAF. Beberapa part sudah di unpublish. Banyak revisi cerita.] Seorang gadis remaja ini, bernama Annasya. Memiliki seorang sahabat yang pintar, bernama Sally. Sejak perjumpaannya saat itu, menjadikan mereka lebih dekat dan menjadi akrab. Namun, di...