Budayakan vote dan comment sebelum baca part ini. Sebab voment itu gratis kan. Nggak bayar. :D
.
.
.
.
.
.
.
Kedua langkah kaki terhenti tepat di depan gerbang sekolah. Ia menatap mobil agya hitam yang mulai melaju pelan meninggalkan seorang gadis yang masih berdiri menunggu mobil itu hilang dari pandangan.
Saat gadis itu hendak membalikkan badannya, ia mendapati sosok gadis lain yang tak jauh dari posisinya tengah berdiri diam dan mematung. Langkahnya tak terhitung lagi berapa kecepatannya, yang jelas langkahnya sedikit berlari melewati pintu gerbang lebih dulu darinya.
"Sally"
Tak ada jawaban, Annasya sedikit berlari meraih lengannya.
"Tunggu, aku mau ngomong"
Sally berhenti dan menatap tajam pada Annasya "lepas"
Annasya mengangkat kedua tangannya, "okay, aku lepas. Tapi please jangan buat aku bingung kaya gini, Sal. Salahku apa?"
Lagi-lagi tak ada jawaban selain senyum miringnya. Ia pun meninggalkan Annasya dan berjalan cepat ke kelasnya.
***
Setelah dua mata pelajaran selesai, murid-murid sudah mulai membereskan peralatan belajarnya ke dalam tas mereka masing-masing. Sementara ibu Yuyun masih berdiri di depan kelas.
"Tolong perhatiannya anak-anak" perintah Ibu Yuyun.
Seketika murid di dalam ruangan menghentikan aktivitasnya dan kembali duduk dengan rapi menatap ke arah Ibu Yuyun.
"Kalian sudah liat pengumuman di mading?"
"Beluuuuumm Bu" jawab semua murid bersamaan
"Pengumuman apa ya bu?" sambung Nando
"Mengenai pentas seni yang Ibu bilang beberapa minggu lalu. Berhubung bapak kepala sekolah 3 ke depan tidak tempat, karena beliau lagi menghadiri acara keluarganya, jadi pentas seninya diundur sampai 3 minggu ke depan, satu minggu setelah ujian semester"
"Yaaahhhhh lama dong bu?"
"Iya gak apa-apa. Kan kalian fokus aja dulu ke ujian kalian, baru fokus pentas ini ya, paham?"
"Iya Bu"
Semua murid pun mulai bergegas meninggalkan ruangan.
Airin yang sejak beberapa hari bersebelahan duduk dengan gadis yang kerap di juluki sebagai anak yang sombong karena sikapnya seperti tak peduli pada orang lain dan jarang menyapa orang lain, mulai penasaran dengan masalah antara mereka berdua.
"Annasya"
"Hm.. Iya"
"Ke kantin bareng aku, mau nggak?"
Annasya tersenyum, "Boleh. Yuk"
Annasya dan Airin membereskan meja mereka berdua dan meninggalkan ruang kelasnya yang mulai sepi.
Setelah kelulusan kakak kelas beberapa waktu lalu, kantin tak lagi begitu ramai seperti biasanya. Yang biasanya bangku nyaris tak ada yang kosong, kini malah terbalik, murid-murid lainnya bebas untuk memilih duduk dimana saja.
Airin menarik lengan Annasya pada bangku yang berada di sudut kantin. Annasya mengangguk, mengiyakan.
"Mau pesen apa?" tanya Airin

KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine
Roman pour Adolescents[MAAF. Beberapa part sudah di unpublish. Banyak revisi cerita.] Seorang gadis remaja ini, bernama Annasya. Memiliki seorang sahabat yang pintar, bernama Sally. Sejak perjumpaannya saat itu, menjadikan mereka lebih dekat dan menjadi akrab. Namun, di...