Budayakan Vote dan Comment ya :*
.
.
.
.
.
.
.
Setelah kejadian di Mall waktu itu, Sally tak lagi berdiam diri atas tingkah Annasya. Semakin ia diam, semakin ngelunjak pula tingkahnya, gumam Sally.
Hampir setengah jam ia berdiam diri dalam toilet café tersebut, hingga Irma kelelahan menunggu hingga makanannya habis lebih dulu.
"Dari mana aja sih?" tanya Irma pada adiknya yang baru saja duduk di hadapannya.
"toilet" singkat Sally.
"Yaudah abisin sushinya"
"Bungkus aja. Udah gak napsu" ucapnya santai sambil membawa nampan miliknya ke kasir untuk di bungkus oleh pelayan café.
Irma menatap heran. Tak ingin berdebat, ia pun mengangguk dan bergegas mengambil bawaan belanjanya keluar dari café menuju parkiran mobil.
***
Langit sudah mulai gelap, jalanan pun mulai sepi. Ardi dan Annasya juga yang lainnya sudah berada di parkiran. Tiba-tiba saja, Selin menarik lengan Annasya dan ia ingin mengantar Annasya pulang. Meski ia tahu, arah rumah Annasya dan Ardi kebetulan searah, ia tetap pulang bareng dengan Annasya.
"Nggak usah, Lin. Kan, rumah lo beda jalur sama Annasya. Sekalian aja sama Ardi" sahut Dika
"Iya nih, Lin Lin tumben yak mau nganter Syasa balik. Biasanya juga ketus banget" ucap Aryo
"Emang kenapa sih kalo gue nganter dia pulang? Ada sesuatu hal yang ingin gue bahas sama dia" jawab Selin sambil melirik Annasya. "Masuk deh di mobil gue, ntar kita kelamaan di jalan"
Annasya melirik Ardi yang sudah menatap minta persetujuannya, dan ia hanya tersenyum kemudian mengikuti langkah Selin menuju mobilnya.
Sementara mereka bertiga masih mematung melihat mobil Selin berlalu meninggalkannya.
"Udahlah. Mungkin mereka butuh privacy. Biarkan aja. Gue percaya sama Selin" Dika mencoba menenangkan Ardi. Sebab, Ardi tidak suka jika Annasya terlalu dekat dengan Selin.
Takutnya, Selin memberi informasi yang tidak sesuai dengan apa yang terjadi antara mereka berdua. Sama seperti kejadian beberapa tahun lalu, awal ia pindah di Bandung. Dan ia mendapati seorang cewek mengomentari foto Ardi di instgram, dan ia dengan membeberkan tentang hubungannya di Jakarta.
"Ke cafenya Kak Ilham yuk, lama nih gak nongkrong" ajak Aryo
"Boleh deh" Ardi mengiyakan ajakan Aryo. Kemudian ia mendekati mobilnya dan menuju ke Café yang dimaksud Aryo.
Seperti perkiraannya, jalanan mulai tak ramai seperti sore tadi saat Selin berusaha menyalip beberapa mobil demi menonton film yang sudah ia tentukan pada Ardi dan teman-teman lainnya.
Kecepatan mobilnya sengaja ia perlambat agak santai, agar ia bisa lebih leluasa berbicara banyak pada gadis yang duduk di samping kirinya. Tapi sayangnya, mereka saling membisu, yang ada hanya sebuah lantunan lagu Pupus dari Hanin Dhiya menemani mereka di sepanjang perjalanan.
"Satpam kompleks lo tutup gerbang jam berapa sih?" Selin membuka suara memecah hening di antara mereka berdua.
"Jam 11, Lin"
KAMU SEDANG MEMBACA
He Is Mine
Teen Fiction[MAAF. Beberapa part sudah di unpublish. Banyak revisi cerita.] Seorang gadis remaja ini, bernama Annasya. Memiliki seorang sahabat yang pintar, bernama Sally. Sejak perjumpaannya saat itu, menjadikan mereka lebih dekat dan menjadi akrab. Namun, di...