(3) : Selalu

59 6 3
                                    

Ada hal yang harus kita simpan untuk diri kita, dan membiarkannya menjadi bibit rahasia. Bukan untuk kesenangan hati seorang, namun untuk mencegah hal buruk.
_________________________

Pukul 00:15

"Nitha !! Nit ! Bangun" Lala berusaha membangunkan Nitha.

Dengan napas yang tidak beraturan dan tubuh yang sudah dipenuhi dengan keringat, Nitha akhirnya bangun.

"Tha ! Ini diminum dulu" ujar Divia yang baru saja pergi mengambil air untuk Nitha

"Lo habis mimpi apaan sih ? Sampe ngigau yang aneh-aneh, malah susah di bangunin lagi" tanya Divia

"Nggak kok bukan apa-apa, cuma mimpi buruk. Nggak usah dipikirkan" balas Nitha yang sudah mulai merasa tenang

"Bukan apa-apa gimana ?  lo tidur sambil teriak-teriak kalau lo bukan pelaku, gimana kita gak khawatir, emang pelaku apaan sih?"
Tanya Divia lagi

"Udah bukan apa-apa kok, cuma mimpi" jawab Nitha

"Ya udah yang penting sekarang lo udah tenang kan, balik tidur aja, gak enak nanti tante sama om jadi keganggu" ujar Lala

"ini udah jam berapa yah ?" Tanya Nitha

"Udah mau jam 1 subuh nih, emang kenapa ?" Balas Divia

"Gue mau balik ke rumah" jawab Nitha

"Rumah lo ? Jam segini ?" Tanya Divia dan dibalas anggukkan

"Apa gak sebaiknya besok, malam ini kita nginap di rumah Divia. Udah larut banget nih, jam segini juga udah susah buat nyari kendaraan" Lala memberi saran kepada Nitha. Memang di sekitar rumah Divia, jika sudah larut seperti ini, kendaraan yang berlalu lalang sudah jarang terlihat.

"Nanti gue bakal telpon supir gue buat ngejemput gue disini. Jam segini sih belum tidur, paling masih main catur sama satpam disana" jelas Nitha. Kedua temannya tidak bisa mencegah lagi. Mereka tau Nitha pasti akan berusaha untuk pulang bagaimana pun caranya.

Nitha dan kedua temannya sekarang sudah berada di depan rumah Divia menunggu supir keluarga Nitha.
Sebelum mereka keluar, Nitha sudah menelpon supir keluarganya, dan benar saja supirnya masih bermain catur, jadi Nitha langsung meminta untuk menjemput dirinya di rumah Divia. Supirnya sudah mengetahui rumah Divia karena, jika ada kesempatan dia akan mengantar Nitha karena biasanya supir keluarga Nitha lebih sering mengantar mamanya Nitha.

Kurang lebih dua puluh  menit'an Nitha menunggu supirnya yang akhirnya. Nitha berpamitan kepada Divia dan Lala, kemudian masuk ke dalam mobil.

**********
"Non Nitha kenapa nggak menginap aja sama teman non ?" Tanya pak Boni, Supir Nitha.

"Nggak jadi" jawab Nitha
"Mama sama papa di rumah ?" Tanya Nitha yang sekarang duduk di bagian belakang

"Iya non" jawab Pak Boni kemudian kembali memfokuskan dirinya dalam menyetir mobil.

**********
Nitha sampai di rumahnya dengan keadaan yang sangat lelah. Ia kemudian menuju kamarnya yang berada dilantai atas. Tiba-tiba kakinya terasa nyeri saat menapaki tangga, rasanya seperti seperti saat dia menuruni tangga rumah Divia tadi. Dia baru menyadari bahwa siang tadi dia bertubrukan dengan seorang laki-laki, dan yah Nitha sangat merutuki dirinya, mengapa sakit karena terkena kursi roda orang itu baru dirasakaannya.

Dari pada berlarut dalam kekesalannya, Nitha memilih untuk cepat kekamarnya dan langsung beristirahat.

Dalam kamarnya Nitha mengganti bajunya terlebih dahulu dengan baju tidur, kemudian Nitha mencari obat penenang yang biasa ia minum dan tentunya sudah disarankan oleh dokter Lalu meminumnnya hingga akhirnya Nitha akhirnya bisa tidur dengan tenang.

It's About HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang