(17) : Ada yang Baru

37 6 8
                                    

Nitha sedang berbincang-bincang dengan Lala di rooftop sekolah. Divia belum bisa ke sekolah, karena tante Sisi, mamanya belum mengizinkannya. Padahal dokter sudah membolehkan.


"Asik banget yah di atas sini" ucap Lala

"Iya" balas Nitha seadanya

"Gue seneng seenggaknya sekarang gue rasa lo udah sedikit membaik. Entah bener atau enggak"

"Lo benar. Gue merasa lebih membaik" ucap Nitha membenarkan
"Lo tau gak ? Sebelum ini meskipun gue sering bungkam, gue gak jujur ke kalian bahkan ke diri gue sendiri. Gue bergaya seakan-akan gue mampu. Gue seakan gak menghargai kalian sebagai sahabat gue. Tapi satu hal yang gue ingin kalian tau, gue selalu bersyukur kepada Tuhan karena memberikan gue orang-orang seperti kalian". Jelas Nitha membuat Lala terharu

"Gue bangga punya sahabat kayak lo, lo hebat, lo gak mau kita sedih. Atas semua yang terjadi kita pasti punya alasannya kan" balas Lala. Nitha mengangguk menyetujui

"By the way Divia lagi ngapain yah sekarang ?" Tanya Lala mengingat sahabat mereka yang masih di Rumah Sakit

"Paling dia lagi ngebujuk mamanya buat biarin dia  pulang" balas Nitha

"Iya sih, tapi palingan tante Sisi gak bakal izinin. Orang itu anaknya satu-satunya" ucap Lala

"Lucu aja gue inget kejadian kemarin. Nianti  di ancam bakal gak di beliin kuota internetan baru deh dia diem" balas Nitha

"Iya yah, padahal sebelumnya udah main ngesot di lantai, lantainya pake di  cakar-cakar pula. Kan kasihan lantainya" timpal Lala.

Mereka kemudian tertawa bersama mengingat kejadian kemarin.

"Oh iya, kapan-kapan ajak gue ketemu Theo lagi yah. Adik lo lucu banget" ujar Lala

"Iya. Gue berharap bisa liat dia tumbuh besar" ucap Nitha. Lala bisa mendengar jelas kesedihan disana

"Lo kayak orang tuanya aja" balas Lala mencoba membuat candaan kecil

"Yah memang gitu faktanya. Gue harus berperan sebagai orang tua, kakak, teman dan segalanya bagi Theo. Agar Theo gak ngerasa sepi dan tetap terseyum. Karena saat ini dan selamanya Theo adalah alasan untuk semua hidup gue. Gue masih berusaha kuat sampai saat ini itu semua untuk  Theo. Maaf kalau gue terkesan egois. Tapi saat ini gue bener-bener takut" Jelas Nitha. Air matanya sudah menetes sejak tadi. Lala senang Nitha sudah mulai berubah, dan tidak tertutup setidaknya kepada sahabat-sahabatnya namun di sisi lain dia merasakan kesedihan Nitha. Mungkin ini yang Nitha maksudkan bahwa dia tidak ingin melihat orang-oramg disekitarnnya khawatir ataupun sedih.

Lala kemudian merangkul sahabatnya itu.

"Menurut gue, lo enggak egois kok. Lo selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk orang lain. Bahkan gue rasa lo belum sempat  mikirin diri lo sendiri karena lebih mementingkan orang lain. Dan soal Theo, dia adik yang baik dan hebat. Dia kan udah melewati masa koma, dia  juga sedang dalam proses penyembuhan. Jadi enggak perlu ada yang harus lo takutin !" Ucap Lala sambil menenangkan Nitha.
Lala berpikir Nitha terlalu banyak memendam sesuatu, bahkan menangis saat bercerita seperti ini saja nyaris tidak pernah Lala saksikan sebelum kejadian kemarin saat di rumah sakit. Lala menganggap Nitha adalah orang yang tegar namun apa yang harus di takuti?.

"Gue takut Theo pergi ninggalin gue" ucap Nitha tangisannya meledak. Nitha memang belum menceritakan tentang penyakit yang Theo alami setelah komanya.

"Maksud lo apaaan ? Jangan ngomong gitu" tegas Lala

"Saat ini Theo sedang melawan penyakitnya. Tumor otak. Gue gak tahan tiap kali ngeliat dia sakit" ucap Nitha

It's About HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang