(23) : Vian sayang Nitha ?

13 0 0
                                    

"Nitha ! Lo pulang ikut bus kita aja !" Ujar Vian yang di sampingnya ada Lita

Nitha bersorak kegirangan dalam hatinya. Bahkan kejadian semalam, yang membuat Nitha kesal pada Vian pun dilupakannya.

"Eh tapi..." Nitha melirik pada Divia, Lala dan Vino yang dongkol di sampingnya.

"Kita perlu nyelesain laporan praktek,  biar besok udah kita kumpulin!"
Ujar Vian lagi

"Tau ah!" Vino yang ada di situ langsung pergi begitu saja.  Entah lah, dia akan naik bus yang mana, toh di setiap bus mana pun dia akan di terima dengan senang hati. Apalagi oleh bus yang isinya lebih banyak kaum hawa.

"Div ! La ! Gue ikut Vian yah !"

"Serah lo deh !" Ucap Divia.

Nitha,  Vian dan Lita pun pergi.

"Nitha bangke !" Celetuk Divia

"Kok lo ngomong gitu sih ?" Tanya Lala

"Tuh anak emang kalau udah deket Vian begonya nampak banget! Gak mikir apa ntar dia yang sakit hati"

"Yah tadi lo juga malah iyain dia!"

"Mau gimana lagi ? Lo gak liat tampangnya memohon banget biar di izinnin!"

"Iya sih!"

"Lo juga cuma diam tadi. Ah jadi gue yang keselkan.!"

"Sabar Div sabar !"

"Diam lo, sekarang baru mulut lo buka. Tadi kemana aja ?"

"Hehe maap maap!" Balas Lala dengan cengengesan

*******
"Gue duduk dimana ?" Tanya Nitha

"Duduk di sebelah gue aja!" Jawab Vian

"Lita ! Lo duduk di kursi depan boleh kan ?!" Lita mengangguk meskipun terpaksa. Vian mengacak gemas rambut Lita sambil tersenyum.
Jengkel ? Sudah pasti. Tapi tidak apalah, Nitha merasa sedikit menang kali ini sebab dia duduk bersama Vian.

Mereka kemudian duduk di kursi penumpang masing-masing.
Bus kemudian di jalankan.

Banyak siswa-siswi yang masih bercerita-cerita sedangkan yang lain sudah tertidur. Nitha dan Vian masih terus membahas laporan mereka.

"Emm Vian ?" 

"Mmm" gumam Vian masih terfokus dengan laptop di pangkuannya

"Soal kejadian malam itu, maafin gue sama temen-temen gue yah!"

"Yaudah gak papa!"

Hening lagi. Nitha pikir Vian akan mengajaknya bercerita hal lain. Sedari tadi Vian hanya membuka mulut ketika Nitha bertanya atau ketika mereka saling memberi argumen untuk laporan praktek mereka.

"Oh iya, terus lo sama Lita gimana ?" Tanya Nitha

"Gak gimana-gimana"

Canggung sekali. Ini pertama kalinya Nitha terus mengajukan pertanyaan pribadi pada Vian namun ini merupakan salah satu bentuk perjuangan yang Nitha mulai setelah selama ini hanya terus diam memendam perasaannya.
Mereka memang biasa bercerita namun hanya seperti kenalan yang tidak sengaja bertemu di suatu tempat atau seperti seorang rekan kerja. Bahkan menurut Nitha, kemungkinan besar, malam di saat Vian menolongnya saat itu sudah Vian lupakan juga. Mendengar Vian memberikan dia dukungan seperti saat di atas rooftop sekolah waktu itu membuat Nitha sangat senang namun kembali lagi, kesenangan itu hanya Nitha rasakan seorang.

"Kalian udah jadian ?" Tanya Nitha

"Bisa di bilang iya, bisa juga gak!" Jawab Vian

"Kenapa bisa gitu ? Kan namanya lo ngegantungin Lita!" Tanya Nitha lagi

"Selesai !" Ucap Vian

"Apa yang selesai ?"

"Tugas laporan kita, Nitha !" Balas Vian sambil tersenyum ke arah Nitha. Tidak terhitung berapa kecepatan detak jantung Nitha kali ini.

"Dari tadi lo nanya mulu ! Penasaran yah?"

"Hehe i-i-iya sedikit sih"

"Belum saatnya aja" jawab Vian mengalihkan pandangannya ke depan. Nitha menjadi bingung.

"Lita bisa terseret masalah nantinya" ujar Vian sambil menatap Lita yanh seperti sudah tertidur.

"Masalah ? Masalah apa maksud lo ?"

"Lo inget gak pas kita pulang sekolah waktu itu !" Nitha berpikir sejenak

"Oh iya, lo mau ngomong sesuatu kan sama gue ? Cuma karena ada si Vino itu makannya gak jadi!" Nitha tersenyum mengingat bagaimana lucunya Vino ketika membuat Vian kesal.

"Gue mau lo jauhin Vino !" Senyum Nitha seketika pudar.

"Maksud lo apa ?" Tanya Nitha bingung

"Gue sayang sama lo!" Ucap Vian. Nitha mengerjap-ngerjapkan matanya tidak percaya.

"Hah ?"

Vian meraih tangan Nitha. "Gue sayang sama lo, gue gak mau lo deket sama Vino. Vino bukan orang baik.! Dan gue tau, lo juga suka sama gue
Udah lama" Nitha dibuat terkejut setengah mati.

"Gue gak ngerti maksud lo ? Atau ini hanya karena lo kasihan sama gue. Terus Lita gimana ? Dan dari mana lo tau gue suka sama lo ?"

"Gue denger sendiri percakapan lo dan temen-temen lo pas di rooftop  waktu itu. Maaf kalau gue nguping, gue juga niatnya cuma mau ngambil botol minum gue yang ketinggalan. Dan soal Lita, itu urusan gue. Yang penting sekarang bagi gue adalah lo.!" Ucap Vian lagi. Nitha sangat malu. Namun di sisi lain Nitha terus bertanya-tanya. Jika Vian tahu, kenapa selama ini Vian berlagak seperti tidak terjadi apa-apa ? Apakah Vian mempermainkan Nitha ? Lalu bagaimana dengan Lita ? Apa hubungan mereka sebenarnya ? Apa Vian bersungguh-sungguh

Lita yang duduk di depan mereka seketika itu bangkit dari duduknya dan berpindah ke tempat duduk paling belakang. Seperti dia menangis. Nitha merasa tidak enak pada Lita.

"Jadi pacar gue!"

"HAH ?" Mungkin hanya itu yang bisa menunjukan keterkejutan Nitha. Antara bingung, senang, dan rasa bersalah. Semua tercampur aduk. Ini semua seperti mimpi bagi Nitha.

"Lo maukan jadi pacar gue ?"

Pikiran Nitha berkecamuk hebat, yang membuat dia hanya diam namun masih saling berpandangan dengan Vian.

"Lo diam, gue anggap itu sebagai iya!"

"Eh tapi!"

"Kalau soal Lita, lo tenang aja. Itu urusan gue. Gue bakal memperjelas hubungan sama dia. Tapi untuk saat ini, gue cuma pengen lo jadi pacar gue !" Ucap Vian sungguh-sungguh. Entah dari mana, Nitha mengangguk. Vian tersenyum.

Di luar kendali Nitha. Semuanya terjadi begitu cepat. Seseorang yang selama ini hanya bagaikan impian semata untuknya. Sekarang, di sampingnya sebagai kekasihnya.
Di luar dugaan, entah kenapa sangat cepat, tapi ini sangat indah bagi Nitha. Tidak sia-sia perasaan Nitha selama ini yang hanya bisa memendam, namun sekarang terbalaskan.
Terdengar egois mungkin karena Nitha akan menyakiti hati beberapa orang namun Nitha tidak bisa membohongi perasaanya sendiri.

•{To be continued}•

It's About HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang