(8) : Tears-1

49 6 2
                                    

"Akhirnya datang juga" ucap Lala saat melihat kedatangan Nitha dari arah pintu masuk

"Maaf, di sana hujan deras tadi" jelas Nitha sambil berjalan menuju tempat duduk

"Vian mana ?" Tanya Lala lagi

"Nganterin si adik kelas itu" jawab Nitha, Lala sudah mengerti siapa yang dimaksudkan Nitha

"Kemana ?"

"Rumahnya"

"Kalian ketemu di mana ?"

"Di apotek Lalaaaa ! udah ah, gue kedinginan nih" ujar Nitha karena jenuh di timpali pertanyaan terus menerus

"Oh iya iya, maaf mbak jangan marah dong" kata Lala, Nitha hanya memutar malas kedua bola matanya

"Divia mana ?" Tanya Lala

"Lagi ke kamar mandi" jawab Lala, Nitha ber-oh-ria.

"Nah itu dia " lanjut Lala menunjuk Divia dengan dagu-nya.

"Barusan Vian nge-chat gue. Katanya dia lagi ada urusan, makannya dia gak datang" ucap Divia sambil berjalan gontai kearah Nitha dan Lala. Nitha menghembus kasarkan nafasnya

"Udah biarin aja" kata Lala

"Emang dia ada urusan penting apa sih ?" Tanya Divia dengan nada ketus

"Mungkin dengan adik kelas itu, Lita. Tapi tau  ahh, mending kita beresin nih alat dan bahan praktek, nanti aja kita lanjutinnya. Kita gak bisa kerjain kalau anggota kelompok gak lengkap" jelas Lala

"Awas tuh Vian yah, kalau sampai praktek kita nilainya gak bagus !" Ujar Divia kesal

"Ya udah, nih alat dan bahan titip di rumah lo aja. Gue mau pulang, udah sore nih" kata Nitha

"Oke deh"

********

"Mbak, mama sama papa dimana ?"
Tanya Nitha pada mbak Mia yang sedang memasak didapur

"Belum pulang non" jawab mbak Mia sambil mengaduk masakannya.

"Oh, mbak besok temenin Nitha ke rumah sakit yah. Nitha kangen sama Theo" ujar Nitha

"Iya non". "Oh iya non, apa tidak sebaiknya non mengatakan kepada tuan dan nyonya tentang keadaan non sekarang"

"Gak usah mbak"

"Jangan gitu lah non, mereka orang tua non juga, jadi sudah sepatutnya mereka tau" kata mbak Mia menasihatkan Nitha. Nitha sebenarnya ingin menceritakan keadaannya, apa yang dia alami selama ini, tapi dengan melihat bagaimana keadaan keluarganya sekarang, Nitha mengurungkan niatnya. Nitha tidak ingin melihat wajah penolakan mama-nya kepada dirinya atau sikap acuh papa-nya.

"Nitha gak yakin mbak, mbak kan lihat sendiri, Nitha kayak orang asing disini" ucap Nitha tanpa terasa air matanya mengalir. Mbak Mia mematikan kompor dan beralih memeluk Nitha

"Sudah-lah non, kan ada mbak Mia disini. Suatu saat nanti pasti keluarga non akan seperti dulu" ucap mbak Mia menenangkan Nitha. "Sudah hapus air mata non !!" lanjut mbak Mia

"Makasih mbak, Nitha mau ke kamar dulu"

"Ya sudah, kalau makannya sudah siap, nanti mbak panggil non !" Nitha mengangguk kemudian pergi ke kamarnya. Mbak Mia menatap kepergian Nitha dengan rasa sedih. Pasalnya mbak Mia sudah lama bekerja di keluarga Dylis, jelas setiap kejadian di rumah itu telah disaksikannya.

********

"Non ! Makanannya udah siap"

"Iya mbak" Nitha langsung buru-buru keluar kamarnya, karena dia tahu papa dan mamanya sudah datang. Nitha ingin menemui mereka

It's About HopeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang