BAGIAN 18 - GAME OVER

133 28 13
                                    

"Usaha tempe?"

"Iya," ternyata, Lanang berguru bikin tempe di rumah nenek dari pihak mamah. Wah, sepertinya masnya itu memang mewarisi otak kreatif keluarga mamah. Buleknya disana membuka usaha kecil-kecilan, buat rajutan, meronce, bikin kalung-kalung etnik. Kadang bulek membuka workshop buat ibu-ibu yang mau belajar, berbagi ilmu kan juga termasuk ibadah. Dan di jual lewat toko yang terletak di pasar kota. Paklek punya ruko disana. Tak ketinggalan, nenek juga usaha, membuat tempe. Tapi cuma untuk dijual di daerahnya. Buat lauk para ibu-ibu disana.

Nah maka dari itu, Lanang mau usaha, bikin tempe, terus dijual. Katanya sih mau ngider dulu. Gendis benar-benar di kelilingi oleh saudara yang hebat. Sudah terbukti pada Lanang yang tak pernah kehabisan ide. Kula, bisa hasilkan uang lewat hobinya, fotografi. Panji, dia dapat keuntungan kuliah jurusan IT. Bersama Azka, masnya itu bisa benerin software atau hardware pada komputer, perangkat IT lainnya termasuk smartphone. Mereka bisa jadi web designer bahkan game tester lewat kenalan-kenalan ayah Azka. Sedangkan Gendis, dia tak bisa apa-apa. Yang bisa dia buat, cuma bikin orang khawatir doang.

"Aku mau bikin yang dibungkus daun mah. Jadi satuan, satunya empat ratus perakan aja."

"Murah amat." Celetuk Gendis. Tangannya sibuk memasukkan keripik busil rasa original, alias asin, gurih ke mulutnya, sejenis ubi, buatan nenek juga. Sorenya Gendis cuma duduk-duduk santai bareng Lanang dan mamah. Ngobrol ini-itu.

"Disana juga di jual segitu. Bikinan nenek itu gede-gede. Empat ratus udah sepadan dek sama ukurannya." Gendis mengangguk paham.

"Mas mau ngider dikomplek aja?" mamah ikut menanggapi.

"Iya mah, aku belum mau bikin terlalu banyak dulu. Kedelai juga lagi mahal mah."

"Iya, mamah dukung apapun yang kamu lakuin. Yang penting bener dan halal." Mamah mengusak rambut Lanang pelan.

"Em, mas." Lanang mengalihkan perhatiannya pada adiknya itu. "Ahad ini, anterin adek ya?"

"Mau kemana si dek?"

"Ketemu sama seseorang."

"Seseorang siapa sih? Hayooo," ledek mamah yang malah bertos-ria sama Lanang sambil cekikikan.

"Mamah!"

-WFTW-

"Dek! Buruan!"

"Iya!" tibalah hari ahad. Gendis sudah cantik dengan rambut yang dikepang dua, memakai kacamata, cuma aksesoris tapi membuat tampilannya makin cantik dan menelisiknya sebentar. Setelah merasa cukup, Gendis keluar kamar, berlari kecil menuruni tangga.

"Mau kemana si kalian?" tanya bapak lagi santai nonton te-ve.

"Jalan-jalan dulu pak. Hehe. Berangkat dulu." Lanang dan Gendis pamitan, salim sama bapak dan mamah.

"Ciye berduaan." Mamah mendelik mendengar guyonan Gendis. Tapi sedetik kemudian tawa mamah dan bapak pecah. Ada-ada saja putrinya itu. "Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

-WFTW-

'Achoo!'

"Kamu nggak sakit kan Ta?"

"Tenang aja, aku nggak papa kok, mbak. Idungku cuma gatel." Atta dan Annur sedang dalam perjalanan, mereka naik taxi. Sekali-kali main sama Atta. Sepertinya seru juga. Annur kangen banget sama Gendis. Akhirnya bisa ketemu hari ini.

"Kiri pak,"

Bersamaan dengan Annur dan Atta turun dari taxi. Gendis dan Lanang ternyata juga baru saja sampai, mereka sedang berjalan menuju resto. Gendis yang sadar lebih dulu berteriak memanggil mbak anyarnya itu.

We Find The Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang