BAGIAN 38 - PIKNIK, YUK?

154 24 9
                                    

"Masya Allah. Cantiknya."

"Mamah!" Gendis menangkupkan kedua tangannya, wajahnya panas, karena malu. Karena sudah keputusan bulat, Gendis akan berhijab. Jadi, hari ini, dia bersekolah sudah lengkap pakai jilbab.

"Adek makin cantik tahu." Sambung Kula. "Wah, kudu waspada, nih. Kalau-kalau ada yang naksir."

"Mas! Apaan sih?!" Kula memeletkan lidahnya, menggoda sang adik, yang mukanya sudah semerah cabe keriting.

"Yaudah, ayo berangkat. Udah telat." Bak murid baru, penampilan Gendis benar-benar mencuri perhatian. Namun tanggapan mereka juga positif. Memuji Gendis yang kelihatan semakin cantik. Nunu, juga heboh, saat melihat Gendis mengutarakan niatnya. Tadi pagi, Gendis sudah mengirimi foto dirinya.

"Harusnya dari dulu, adek begini."

"Terus?"

"Nabrak,"

"Mamas!"

-WFTW-

Bolpoin, sepertinya lebih sedap. Ketimbang buah dihadapannya. Pasalnya Gendis lagi menggigiti pen itu. Sembari mikir. Entah mikirin apa, sih. "Mah, piknik, yuk?"

"Kenapa tiba-tiba?"

"Lusa kan tanggal merah, kali-kali deh, refreshing mah, yang deket aja. Ummi, abi, juga diajak." Mamah terlihat berpikir, ada benarnya juga, si Gendis.

"Tapi, ntar kamu kecapekan." Gendis menghela napasnya.

"Mah, adek tuh pengin, ngehirup udara segar. Hidung adek baunya obat." Curhat Gendis. Iyalah, tiada hari tanpa obat, malahan. "Plis, mah, bilang ke bapak ya? Ya? Ya?"

Mamah jadi tidak tega, "Iya, nanti bilang sama bapak."

"Ye! Makasih mamah," Gendis menerjang mamahnya dan menciuminya.

"Tapi inget, jaga badan."

Gendis berpose hormat, "Siap bos!"

-WFTW-

"Laut!" teriak Panji sembari berlari, disusul Kula sama Atta. Ya, Atta juga ngikut. Usul Gendis akhirnya di ACC sama bapak. Tapi, terjadi perdebatan pula antara Panji sama Kula. Panji minta ke pantai, Kula tidak mau, katanya panas. Namun, karena banyak yang memilih pantai, Kula harus terima. Lagipula, dia juga senang kan?

"Untung sepi," Bapak memilih pantai yang belum banyak orang tahu, dan kebetulan ada. Jadinya, tidak terlalu hiruk pikuk di tanggal merah. Kebanyakan, mereka memilih pantai-pantai yang sudah terkenal.

Semua orang berpencar, setelah meletakkan makanan, di tempat yang teduh. Kecuali barang berharga, mereka bawa. "Ummi," panggil Gendis malu-malu.

"Iya, sayang. Kenapa?" Gendis mengulurkan dua kantong kain pada ummi. "Ini apa?"

"Biji bunga. Buat ummi." Setelah ummi menerima, Gendis langsung ngibrit pergi, ummi sampai berteriak saat mengucapkan terima kasihnya.

"Dasar, nakal." Karena dirundung penasaran, ummi segera membukanya. Satu kantong isinya, biji bunga matahari, satunya lagi biji lotus. Ummi tersenyum, memperhatikan Gendis yang berada di tepi pantai, menghadang ombak yang bergulung lembut. Tapi, saat ombaknya datang, Gendisnya lari.

Bunga matahari, memilik arti, kesetiaan. Karena, bunga itu selalu mengikuti arah matahari. Bisa juga, sebagai simbol keceriaan, kebahagiaan. Sedangkan lotus, memiliki makna kejernihan hati dan pikiran. Ada beberapa yang percaya, bahwa lotus juga menjadi simbol kekuatan, keberuntungan dan kehidupan. Terlepas dari semua itu, lotus itu istimewa, hidup di tempat yang kotor, tapi dia bisa menunjukkan bahwa dirinya itu cantik. Tidak peduli dengan kondisi rumahnya, bagaimana.*

We Find The Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang