BAGIAN 10 - ADA APA DENGAN NUNU?

151 27 28
                                    

Pagi yang sehat buat Gendis. Dia memang lari-lari. Bukan sedang olahraga, tapi karena hampir telat. Akibat buru-burunya itu Gendis tersandung kakinya sendiri. Untung lagi sepi. Bukan waktunya memikirkan itu, dia harus sampai kelas sebelum guru sampai duluan. Nyeri lututnya dia abaikan.

Alhamdulillah, Gendis sampai kelas dengan selamat. Hingga saat mau duduk, dia menyadari Atta dibelakangnya. Jadi, Atta pasti liat bagaimana tadi Gendis terjungkal dong. Rasa terbakar dipipi Gendis saat Atta lewat disamping mejanya. Entah Atta peka atau tidak bahwa Gendis sedang malu padanya. Atta juga lari tadi, dibelakang Gendis. Melihatnya jatuh kesandung. Mau nolong, tapi Gendis sudah lebih dulu berdiri dan jalan cepat. Jalannya agak pincang.

"Nggak biasanya lo telat," tanya Kula saat Atta sampai di mejanya.

"Ban mobil bocor, jadinya ngangkot deh." Jelas Atta.

"Oh,"

"Adek lo jatuh tadi," Kula kaget sebetulnya. Cuma dia diam. Khawatir sih, memang dasar ceroboh. Apalagi tadi malam, Kula lihat adeknya itu tidur di sofa depan te-ve. Karena tak berselimut, Kula balik ke kamar Gendis guna mengambilnya. Dia memang marah, tapi tak berarti mengabaikan, bukan? Atta heran, biasanya Kula bakalan bereaksi. Tapi ini tidak. Ada yang tak beres.

-WFTW-

"Nu, makan yuk? Laper nih,"

"Gue males, sendiri aja." Jawab Nunu, tapi tak macam biasa. Dia kelihatan tak semangat macam biasa.

"Lo sakit?" Gendis menempelkan punggung tangannya ke kening Nunu. Tapi ditepis sama Nunu.

"Nggak usah sentuh gue!" Sikap Nunu sangatlah beda. Apa dia PMS? Mungkin saja. Gendis rada takut mau tanya lagi. Belum sampai terucap, Nunu melenggang pergi.

-WFTW-

Panji melirik tangan yang sedang mengulurkan cokelat batang berpita merah di meja. Ternyata, Azka.

"Buat lo," kata Azka.

"Astaghfirulloh, jangan belok Ka,"

"Asem lo ya? Bukan dari gue." Panji mencium keteknya kanan-kiri. "Ngapain sih lo?"

"Gue nggak asem Ka,"

"Basi ah!"

"Gitu aja kesel," goda Panji. "Emangnya dari siapa?"

"Hanum yang nitip,"

"Hanum siapa?" Panji mengingat-ingat. Kapan dia punya kenalan bernama Hanum?

"Lupa ingatan nih orang,"

"Oh, cewek sarap itu. Yang suka pake-copot jilbab?" Azka manggut-manggut. Tapi seketika matanya membulat.

"Dia nggak sarap kali."

"Ciyee! Belain." Panji mulai menggoda lagi. "Abisnya, nggak paham ama tingkah tu cewek."

"Ya, dia tuh anaknya pemegang saham terbesar dikampus kita."

"Emang bisa jadi alesan kek gitu? Kampus kan punya aturan yang perlu ditaati." Panji sudah mirip guru konseling rupanya.

"Yaudah sono bilang sama orangnya." Giliran Azka yang godain Panji.

"Ogah! Dan cokelat ini, buat lo aja. Gue nggak mau." Tegas Panji.

-WFW-

Hari pertama Gendis kerja, tidak boleh telat. Jarak sekolah sama toko tak jauh, jalan sampai, pakai kendaraan juga lebih cepat sampai. Tapi Gendis lebih memilih jalan kaki, biar ngirit.

Tak disangka, Gendis dan Nunu searah. Padahal rumah Nunu arah sebaliknya.

"Nu!" Panggil Gendis menyusul, mensejajarkan langkahnya dengan Nunu. "Lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo!" Nunu menyetop angkot dan cepat-cepat masuk ke sana. Gendis menggigit bibirnya, apa Gendis ada salah sama Nunu? Apa Gendis nyakitin Nunu? Banyak pertanyaan yang Gendis ingin tanya sama Nunu. Ada apa dengan Nunu? Akhirnya, Gendis mengirimi Nunu pesan.

Nu, gue salah ya? Gue minta maaf.

-WFTW-

Terima kasih buat yang sudah baca,
Mulmed bukan punya saya.

Salam hangat,
HOI

Wonosobo, 07 September 2018.

We Find The Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang