BAGIAN 37 - SESI PEMOTRETAN

152 23 18
                                    

"Ini apa?"

"Buka aja di rumah,"

"Oke, makasih." Gendis tersenyum sambil mengangguk. Setelah memberikan kotak karton cokelat pada Atta, Gendis ngeluyur pergi, dia pengin ke perpus, lama tidak berkunjung kesana. Atta sebenarnya penasaran, kotaknya lumayan berat. Tapi, dia akan tetap membukanya di rumah.

"Oi! Apaan itu?" tanya Kula penasaran.

"Nggak, bukan apa-apa." Meskipun Gendis adik Kula. Tapi rasanya aneh, kalau bilang ke Kula, tentang Gendis yang ngasih sesuatu. Kayak orang ngaduan, nanti. Finally, Atta juga akhirnya tahu perihal masalah Gendis dan keluarga waktu itu, dia tahu dari Kula sendiri yang curhat. Tapi, syukurnya sudah selesai. Alhamdulillah.

-WFTW-

Kakinya melangkah perlahan, setelah dari kantor POS. Gendis berencana ke toko buku, mencari keperluan tambahan untuk sesuatu yang sedang dia bikin. Kebetulan, kantor POS dan tokonya dekat dengan sekolah, jadi sembari menunggu Panji menjemput, Gendis bisa berbelanja sebentar.

'Tin!'

Kepala Gendis mendongak, kala Panji membunyikan klakson mobilnya. Tanpa basa-basi, Gendis segera masuk. Dan duduk dengan anteng.

"Abis beli apa?"

"Kebutuhan." Singkat Gendis.

"Lagi ada tugas emang?" tanya Panji lagi, seraya menjalankan mobilnya. Gendis menggeleng, Panji bisa melihat dari ekor matanya. "Lah, terus?"

"Ada lah, adek lagi bikin samting."

"Apa sih?"

"Rahasia."

"Gitu ya? Main rahasia-rahasiaan." Panji mengacak rambut Gendis.

"Ah, berantakan!"

"Biarin."

"Ih, mas!"

-WFTW-

"Kaktus dari siapa, dek?"

"Gendis mmi," Atta baru saja selesai membaca tulisan di sebuah kertas. Lalu menatap kaktus itu lama.

"Taruh jendela kamar aja, kalau mau nyiram, pake semprotan, kaktus kan nggak suka lembab

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Taruh jendela kamar aja, kalau mau nyiram, pake semprotan, kaktus kan nggak suka lembab." Nasehat umminya pada Atta.

"Iya, ummi."

"Mbakmu jarang kesini, ya, sekarang?" tanya ummi sedikit cemburu.

"Ya kan, udah bersuami, masa mau kesini terus. Ummi aja, coba main kesana." Ummi menggeleng, lalu tertawa.

"Malu ah, dek." Atta cuma melirik umminya yang lucu sekali. Sampai tak bisa berkata-kata.

"Ummi mau jadi nenek ya? Bentar lagi," celoteh ummi.

We Find The Way ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang