[01] Sepenggal Masa Lalu

16.1K 1.9K 118
                                        

Back song Nick Jonas - Find You

««------»»

"BIRUUU!" Jerit Juan geragapan.

Dadanya naik turun dan napasnya tersengal, seolah-olah sehabis lari maraton. Bulir-bulis keringat berjatuhan dari keningnya, juga membasahi kaos dalaman berwarna putih polos yang ia kenakan.

Menyugar rambutnya yang ikutan basah, Juan masih menetralkan detak jantungnya.  Mengusap wajahnya dengan kasar, ia berusaha menenangkan deru napasnya yang tiba-tiba mengebu akibat mimpinya.

Mimpi yang ia dapat setelah lima tahun berlalu.

Menatap kosong Juan kembali terseret ke dalam memori lima tahun silam, di mana ia dengan brutal menghajar dan melukai Biru.

Lembayung Biru.

Setelah dengan beringasnya ia melukai fisik perempuan itu, tanpa belas kasihan Juan meninggalkannya begitu saja.

Apa yang terjadi, setelah ia meninggalkannya begitu saja tanpa pertolongan.

Hari itu, ia benar-benar dibuat marah akan sikap seenaknya Biru dan tak bisa mentolerir lagi.

Ada sebersit penyesalan kala melihat kondisi Biru, tapi ia menampiknya cepat. Bahwa gadis itu harus diberi pelajaran, sesekali.

Ia sadar bahwa perlakuannya terhadap Biru keterlaluan. Hampir separuh hidupnya ia mengenal Biru.

Juan mengenalnya saat ia berusia sepuluh tahun, dan Biru Berusia tujuh tahun.

Mereka bertetangga dekat. Samping rumah pas. Biru yang baru pindah tak punya banyak kenalan, hanya Juan yang dia tahu.

Biru begitu menyukai Juan, hingga mengikuti kemana pun lelaki itu pergi. Mengabaikan jika Juan merasa risih dan tak suka akan keberadaan Biru. Menganggap Biru layaknya kuman yang terus dihindari.

Juan tak pernah menyukai Biru.

Biru bahkan tak sungkan menawarkan keperawanannya untuk Juan. Siapa yang menolak jika disuguhkan ikan segar, bahkan seekor kucing pun takkan menolak.

Bahkan ketika ia kuliah ke Jakarta, Biru mengikutinya. Dan rela tinggal seatap dan menjadi teman tidur Juan selama hampir lima tahun.

Orang tua Biru meminggal karena kecelakaan saat akan menghadiri acara kelulusan Sekolah Menengah Pertamanya. Membuat Juan sedikit bersimpati dan memberi perhatian pada Biru.

Namun ternyata gadis itu mulai melunjak, selalu mengitimidasi setiap wanita yang dekat dengannya.

Hingga puncaknya ia mengancam Kiara, juga tak segan-segan melukai gadis yang sudah berstatus sebagai calon istrinya.

Juan berang. Merasa tak terima akan kelakuan Biru. Dan hari itu ia melampiaskan semua kemarahannya yang tertahan selama hampir lima tahun.

Juan berusaha melupakan semua tentang Biru, di mana ia meninggalkan perempuan itu terkapar menyedihkan di lantai toilet mall.

Lima tahun. Dan kenapa baru sekarang ia bermimpi tentang Biru.

"Mas Asa." Suara wanita selembut beledu terdengar sampai ke telinga Juan.

Membuyarkan lamunanya, Juan menoleh pada sosok malaikat yang tengah duduk di sampingnya.

"Ki! Sori, kamu jadi kebangun."

Kiara Lestari.

Gadis yang pada akhirnya berhasil ia persunting lima tahun lalu.

"Mas Asa, mimpi?" Juan mengangguk lesu. Percuma berbohong, toh Kiara sudah tahu bagimana dirinya.

Mengusap lembut lengan suaminya, Kiara membaringkan tubuh berotot Juan dan merengkuhnya ke dalam pelukannya. "Tidur, Mas. Besok katanya ada meeting."

Tak ada kata-kata menenangkan, tapi belaian lembut di kepalanya menghantarkan Juan pada kebiasaannya dulu bersama Biru seusai mereka melakukan seks.

Biru selalu merengkuhnya dalam tidur dan membelai kepalanya hingga ia tertidur. Tak bisa Juan pungkiri jika kebiasaan saat bersama Biru ia terapkan kembali dalam rumah tangganya.

Salah satunya seperti saat ini, namun tetap saja rasanya berberda.

Karena Biru dan Kiara adalah orang yang berbeda.

◎○◎○◎○◎

Mimpi itu kembali mengusik Juan dalam tempo seminggu ia bisa memimpikan Biru sampai tiga kali.

Seperti pagi ini. Kembali ia mendapatkan mimpi itu. Menceritakan isi mimpinya pada Kiara pun tak dapat membantu sedikitpun.

Meringis dalam hati. Ia tahu bahwa istrinya itu juga terusik akan mimpi Juan.

Ia bahkan tak bisa konsentrasi dalam bekerja, ada saja yang salah dalam pekerjaannya. Tak urung bawahannya pun kena imbas juga.

"Biru sialan!" Pekik Juan ketika berada di atap kantornya.

Mengambil sebatang rokok, kemudian menyulutnya dan menyesap nikotin tersebut perlahan.

"Iih, Juan! Dibilangin jangan ngerokok juga. Itu nggak baik bagi kesehatanmu. Kamu tuh cuma punya satu ginjal, jaga dengan baik."

Ucapan Biru kembali terngiang, maka secepat itu pula ia mencampakan rokok tersebut ke tanah, dan menginjaknya hingga padam.

Setiap kali ia dibuat kesal, Juan selalu memaki Biru dan mengutuk Biru bahwa gadis itu adalah kesialannya. Bahkan selalu berharap jika Biru enyah dari hidupnya. Seakan Tuhan mengabulkan doanya. Gadis itu menghilang, ak ditelan bumi.

Pernah suatu kali ia pergi ke apartemen tempat dulu mereka tinggal. Tak ada tanda-tanda kehidupan di sana. Bahkan barang-barang biru tak bergerak sama sekali.

Juan bahkan membiarkan apartemen itu tak berpenghuni. Membiarkan kosong begitu saja, hanya seminggu sekali ia menyuruh orang untuk membersihkan.

Sebulan sekali ia akan mengunjungi apartemen itu, memindai jikalau saja sewaktu-waktu Biru pulang. Namun sampai detik ini juga, Biru tak pernah kembali ke apartemen mereka.

Sempat ia tak menghiraukan keberadaan Biru, pasca kemarahannya yang brutal. Karena menurut Juan, semarah apapun dia melampiaskannya pada Biru. Gadis itu akan selalu kembali padanya.

Karena Juan tahu seberapa besar cinta Biru terhadap dirinya.

Bohong jika lambat laun ia tak merindukan Biru.

Biru yang manja.

Biru yang ceria.

Biru yang menggoda.

Biru yang tergantung padanya.

Biru yang keras kepala.

Dan Biru yang lainnya.

Dua bulan pasca pernikahannya ia tak mampu lagi membendung keingintahuannya akan keadaan Biru.

Dalan kurun waktu lima bulan, tak ada kabar apapun darinya. Jika dulu Biru selalu merecoki hidupnya dan selalu membuat dirinya sebal, kesal, juga marah. Biru akan selalu mendatanginya, kemudian merayunya dan berakhir dengan kegiatan panas di atas ranjang.

Biru selalu tahu bagaimana cara memuaskan dirinya.

Sialnya! Juan selalu menampik rasa kehilangan akan sosok Biru dihidupnya.

Hari dimana Juan tahu bahwa Biru menghilang, hari itu juga ia tak menampik jika dirinya merindukan Biru.

Birunya Angkasa Juanda Dirgantara.

◎○◎○◎○◎○◎

Hujan-hujan nulis beginian. Lancar bener kek jalan tol idenya. Ekwkwkwkwkwk.

Surabaya, 13/11/2018
-Dean Akhmad-

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang