[23] Liburan Part 2

24.2K 1.9K 419
                                    

Sedari tadi Juan hanya memandangi layar ponselnya yang berisi potret Biru, Junior, dan dirinya. Kemudian memandang Kiara yang memilih menatap keluar jendela.

Ia sadar, jika menggunakan potret ini akan menyakiti hati Kiara. Tapi Juan tak bisa menahan diri untuk menunjukkan pada orang lain jika dirinya telah punya seorang anak.

Di sana mereka tertawa layaknya keluarga utuh yang sempurna, senyum merekah membuat siapa saja yang melihatnya pasti tertular senyum yang terpatri di sana.

"Dia anakku, Ki. Anak yang nggak pernah aku tau keberadaannya." Juan menjelaskan kenapa gambar itu ada di layar ponselnya dan di jadikan wallpaper juga.

"Aku tau." Lirih Kiara

"Ya! Dan aku yang udah buat dia cacat, Ki." Lirih Juan tak kuasa menitikkan airmatanya.

"Aku tahu!" Kali ini Kiara tak bisa menyembunyikan tangisannya.

Tentu saja ia tahu. Kiara pernah bertemu dengan Angkasa Biru. Seorang anak penderita Cerebral Palsy. Semua aktivitasnya terbatas, semuanya di lakukan di atas kursi roda. Ia tak menyangka jika bocah laki-laki itu adalah benar anak Juan, suaminya.

"Kejadian enam tahun yang lalu di toilet ... itulah yang membuat Junior cacat. Aku pelakunya, Ki. Aku!" Seru Juan diantara tangisannya. "Aku yang udah bikin anakku sendiri cacat, Ki. Ayah macam apa aku ini, Ki? Putraku ... dia-" kiara menutup mulutnya dengan ledua tangannya. Ia sama terpukulnya dengan Juan, yang tak pernah ia tahu bahwa perbuatan Juan enam tahun yang lalu, saat menganiaya Biru malah berimbas pada janin yang tak berdosa.

Kiara semakin menangis sesenggukan tanda bisa dicegah lagi setelah mendengar cerita Biru selama ini. Dadanya begitu sesak, mengetahui sahabatnya menjalani kehidupan yang begitu berat.

Ia sudah menjadi akar dari ketidakbahagiaan Biru. Bahkan karena dia lah Junior tak pernah mengenal ayah kandungnya, karena dirinya juga Junior harus hidup dengan orang tua angkatnya. Karena dia juga Junior menjadi cacat.

Kalau saja ia tak merebut Juan, Mungkin Junior akan tumbuh menjadi seperti anak normal lainnya.

Ya Tuhan! Apa yang sudah ia lakukan.

Pantas saja Tuhan menghukumnya seperti ini.

🌼🌼🌼

Biru menghirup udara pegunungan yang menyegarkan, meski hari sudah sore tak mengurangi kesegarannya sedikitpun. Ditambah dengan panorama pegunungan dan hutan yang masih hijau membuat siapa saja betah berlama-lama berdiri di balkon ini. Tak terkecuali Biru.

Ketenangan Biru terusik, begitu mendengar jerit tawa Junior yang menggema

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketenangan Biru terusik, begitu mendengar jerit tawa Junior yang menggema. Melongok ke bawah, ia menemukan Lintar dan Junior tengah berenanh. Lebih tepatnya Lintarlah yang menemani junior bermain air, karena pemuda itu lebih memilih mengendong putranya dipunggung. Sesekali Lintat berpura-pura tenggelam, mengakibatkan jeritan Junior tak terelakan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 23, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang