[16] Rasanya Seperti Itu

12.3K 1.8K 146
                                    

"Who is he, Ma?" Pertanyaan polos bocah tersebut membuat sekujur tubuh Biru menegang, dan Juan menyadari hal itu.

Juan melirik sebentar ke arah Biru yang masih menunduk, namun kemudian matanya kembali memandang sosok bocah laki-laki yang sedang duduk di kursi roda itu.

Anak itu memaksa pria bule yang dipanggilnya Daddy, untuk segera mendekat kearah Biru dan dirinya.

"Mama ... who is he?" tanya bocah itu lagi. Kali ini Biru berbalik dan memaksakan seulas senyuman.

"Hai, Baby," sapa Biru yang menekuk lututnya agar sejajar dengan anak lelaki itu, dan mengacak rambutnya. "Kenapa ikut ke sini? Ini sudah malam, harusnya sudah tidur."

"Aku mau menemani Mommy Elisa. I miss you, Mama," ucap si bocah yang langsung memeluk tubuh Biru.

"I miss you too, Kiddo."

Juan masih mengamati interaksi antara Biru dengan bocah laki-laki tersebut, hingga mata mereka bersirobok. Membuat sebuah gelenyar aneh tiba-tiba muncul dan menyelinap ke rongga dadanya, sesuatu yang menggetarkan.

"Is he my Papa?" Bisikan anak lelaki itu masih terdengar oleh telinga Juan. Sontak saja jantung Juan seperti terhempas jauh dari tempatnya, turun ke perutnya dan berkumpul dengan usus besar, dan membuat gejolak itu hadir kembali.

"Papa?" lirih Juan menatap manik mata seperti kepunyaannya.

Haruskah ia bahagia? Dipanggil Papa adalah impiannya semenjak lima tahun yang lalu, kemudian ada yang memanggilnya demikian Juan merasa satu buncahan yang tak bisa ia bendung lagi.

Biru menelan ludahnya perlahan, lalu mengembuskan napanya. "Yes, Bi. He is your Papa." Mendengar jawaban Biru, kehangatan yang menyebar di dalam dadanya tadi menguap seketika. Tubuhnya seolah dialiri listrik membuatnya menegang tanpa ampun, hingga otot-ototnya dan persendianya melemas. Membuat tubuh Juan terhuyung ke belakang.

Satu hentakkan kuat menyambar wajahnya, saking kuatnya Juan tak mampu menahannya hingga ia terjungkal ke lantai. Kepalanya terantuk ujung kursi besi, menambah pedih pukulan yang mendarat tepat di pipinya. Tak hanya sudut bibirnya yang robek, kini ia juga merasakan ada cairan hangat meluruh dari kepalanya menuju rahangnya, dan menetes hingga ke kaos putih yang ia pakai.

"Merde basique!*" Satu tonjokan kembali bersarang, kali ini pelipis Juan yang merasakannya.

"Folle!*" Satu tonjokan kembali mendarat di pipinya, hingga ia merasakan jika mulutnya mengeluarkan darah.

"Cruelle!*" Juan yakin jika pukulan kali ini mampu merontokan giginya.

Cukup! Dengan sisa tenaga yang ia punya, Juan mendorong tubuh jangkung Richard hingga terhuyung ke belakang. Meski bukan tulang rusuknya yang terkena bogeman mentah lelaki bule itu, tetap saja terasa menyakitkan. Terutama bagian kepalanya.

Tertatih, Juan beranjak dari posisinya semula kemudian membungkuk, dan meludah. Hanya cairan merah yang keluar beserta dua giginya. Entah gigi sebelah mana.

Pandangan beralih pada sosok Biru yang memandangnya datar, tanpa ekspresi.

Richard hanya mendengkus kesal, dan merapikan lengan kemejanya yang berantakan sekalian menggulungnya sesiku. Umpatan bahasa asing yang tak Juan mengerti kembali terlontar dari bibir Richard, seraya mencengkram kaos Juan. "Dasar banci!"

"Rich, enough!" Cegah Biru ketika Richard akan melayangkan bogemannya.

Juan masih menyeka sisa-sisa darah di sudut bibirnya, juga rembesan yang keluar dari helaian rambutnya.

Blue SkyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang