Besok aku pulang.
"Aaaargh!" Kiara melemparkan ponselnya begitu membaca sederet kalimat balasan chat Juan.
Sudah berpuluh-puluh kali ia menelepon ponsel suaminya itu, tapi tak ada satu pun yang diangkatnya. Juga dengan chat di aplikasi whatsapp.
Total dua hari Juan menghilang, dan ia tak tahu di mana keberadaan suaminya tersebut. mengingat ia pergi dengan Biru.
Apa yang sebenarnya mereka lakukan berdua. Juan bahkan terlalu tega membiarkan dirinya terbangun sendirian di rumah orangtuanya, padahal ia tahu bagaimana sikap ibu mertuanya yang tak pernah menyukai dirinya sebagai menantu keluarga Dirgantara.
Lalu tiba-tiba ditinggal sendirian begitu saja, membuat Kiara rasanya ingin menangis. Jika kemarin-kemarin ia bisa mengahadapi sindiran dari mertuanya, karena Juan selalu di sampingnya. Tapi sekarang ia tak yakin akan hal itu. Bisa-bisa ia dilahap habis oleh mertuanya.
"Juan balik ke Jakarta sama Biru. Mereka ada urusan mendadak."
Ucapan mertuanya kemarin pagi sungguh membuat Kiara sakit hati, dan ia seperti istri yang ditelantarkan karena lebih memilih selingkuhannya.
Bahkan ibu mertuanya itu tak mau repot-repot bermanis-manis pada dirinya. Justru menunjukkan wajah bahagianya karena Juan memilih pergi dengan Biru dibanding dirinya yang notabene istri sah juan.
Jadi setelah ia mandi, tanpa sarapan. Ia memilih kembali ke Jakarta dengan diantar sopir, walau itu perintah langsung dari mertuanya. Walau dengan setengah hati.
Tak cukup membuat ponselnya bercerai-berai, Kiara mengehempaskan semua peralatan make up-nya hingga berhamburan ke lantai.
"Aaaaargh!" Kiara menarik bed cover hingga memberantakan tatanan bantal guling yang telah rapi.
"Kenapa kamu tega sama aku, Mas!" lirih Kiara meluruh ke lantai, bersandar pada kaki ranjang. Kiara merasakan perut tiba-tiba kram tat tertahankan.
"Akh!" rintih Kiara menekan rasa sakit diperutnya, yang sekarang semakin menyakitkan. Keringat dingin mulai bermunculan. Rasa sakit itu mulai mencengkeram perutnya.
"Mas Asa!"
○●○●○●○●○
"Guntur!" sapa Richard mendapati sosok chef mudah itu, tengah duduk di sofa saat ia memasuki bangsal VVIP istrinya.
"Hei, Mas," sapa Lintar yang langsung berdiri dan bersalaman ala pria dengan Richard, kemudian memeluknya sebentar.
"Terima kasih sudah datang." Richard kembali menggiring Lintar untuk duduk di sofa kembali.
"Nggak apa-apa, Mas. Kebetulan aku telepon mbak Elisa, mau ngajak Biru makan siang. Eh ... nggak taunya mbak Elisa udah lahiran aja."
"Makasih ya, Lin. Udah mau dateng ke sini. Jadi ngerepotin kamu aja." Timpal Elisa yang masih duduk di atas ranjang rumah sakit dengan puteranya yang masih berumur satu hati.
"Apaan sih, Mbak. Biasa aja kok."
"Biru lagi sama mamanya." Entah kenapa ucapan Richard barusan membuat jantung Lintar tiba-tiba berdetak cepat.
"Mamanya?" Beo Lintar.
"Semalem mamanya Biru ke sini, dan secara kebetulan juga mamanya dateng berdua sama papa Biru. Jadi ... ya begitu lah, jam delapan tadi mereka pulang untuk bersih-bersih dan membawa serta Biru." Jelas Richard.
Anehnya, apa yang diucapman Richard membuat Lintar tak suka dengan fakta bahwa ayah biologis bocah itu kembali hadir. Setelah sekian lama dia meninggalkan mamanya dan Biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blue Sky
Ficção GeralKecemburuan Biru berubah menjadi iri, lalu kemudian beralih menjadi kebencian. Ia cuma ingin diakui oleh Juan. Satu kesalahan membuat dirinya ditinggalkan Juan dan kehilangan lelaki yang sudah menjadi separuh hidupnya. Jika saja ia bisa memilih, Bi...